BAB 4

246 47 4
                                    

Suara pantofel memasuki ruangan yang cukup besar, bisa dikatakan sebuah ruang tamu khusus dari keluarga Maheswara. Yanuar memasuki ruangan tersebut guna bertemu sang orang tua dan juga kakak nya yang sudah sejak tadi siang bertanya kapan dirinya akan pulang.

"I'm home." Ucap nya sedikit berteriak ketika tungkai nya hampir sampai di ruang tamu tersebut.

"Akhirnya inget rumah juga kamu adik." Sevanio Maheswara, kakak dari Yanuar. Seorang dokter ahli bedah penyakit dalam menyeletuk ketika Yanuar sudah akan duduk di sofa.

"Ck, ada apa? Kenapa papa minta kami semua kumpul?" Tanya Yanuar.

Sang papa menghela napas panjang nya, kemudian mulai membahas hal sedikit serius dengan kedua anaknya.

"Kamu tau kan papa dan mama sudah tua, rumah sakit sudah di kelola oleh Sevan sekaligus dia jadi dokter disana. Dan perusahaan kamu yang kelola ditambah juga kamu seorang komposer dan dosen, papa cuma mau mengingatkan usia kamu itu hampir 30 tahun dan—"

"To the point aja pa." Potong Yanuar.

"Kamu ini memang betul-betul susah diajak basa basi ya Nuar."

Yanuar yang mendengar itu hanya santai saja, raut wajah nya datar seperti biasanya.

"Papa mau kamu menikah."

Pffuuhh! Sevanio menyemburkan minuman nya kearah Yanuar tanpa sengaja.

"Apaan si kak, minum sampe nyembur gini ah sialan kena kemeja gue nih." Kesal Yanuar.

"Gue— gue cuma kaget denger lo mau nikah, mau nikah sama siapa? Kok lo gak bilang gue? Lagian bukannya lo udah putus sama—"

"Yang mau nikah juga siapa?"

"Ya lo lah, lo gak denger tadi papa bilang apa hah?"

"Sevan, kamu nih dengerin papa dulu dong nak. Kan papa mu belum selesai jelasinnya." Kali ini mama nya yang berbicara.

"I'm sorry, lanjut pa."

Sang papa hanya menggelengkan kepalanya saja melihat tingkah dua anak laki-laki nya itu. Tatapan nya menatap kearah Yanuar yang tengah menikmati secangkir kopi ditangannya, kemudian,

"Papa mau kamu nikah sama anaknya teman papa."

Pfuuhh! Kali ini Yanuar yang menyemburkan minuman nya kearah Sevanio.

"Yanuar!!! Lo ah, jas gue putihhhh brengsek."

"Pa?" Tanya Yanuar memastikan.

"Hello, excuse me? Jas gue gimana ya ini tolong?"

"Lo tinggal naik ke kamar lo doang, gausah ribet."

"Tcih."

Kembali pada pembahasan yang serius.

"Maksudnya gimana si pa?"

"Kamu menikah sama anak nya teman papa."

"Ini papa lagi jodohin aku kah?"

"Iyalah adik, masa gitu aja gak paham si lo" sahut Sevanio.

Yanuar melirik tak suka kepada Sevan, sedangkan Sevan membungkam mulutnya rapat-rapat.

"Kamu sudah mau 30 tahun, jadi wajar aja kan kalau papa minta kamu buat menikah? Supaya ada yang bisa menjaga kamu. Kamu ini terlalu gila kerja, papa cuma mau kamu punya pasangan yang pantas."

"Pantas? Menurut papa anak dari teman papa itu pantas buat Yanuar?"

"Iya, memang usia kalian berbeda cukup jauh. Tapi usia hanyalah angka, papa gak masalah sama itu."

"Yang jadi masalah itu papa gak pernah bicarain ini dulu sama aku. Dan tiba-tiba banget papa bilang mau jodohin aku sama orang yang bahkan aku sendiri aja gak tau muka anak itu gimana."

"Sebentar lagi kalian akan bertemu."

"Pa, what's wrong with you? Papa biasanya gak pernah kaya gini. Gak pernah mau mencampuri urusan anak, tapi kenapa soal menikah papa malah ngatur seenak nya begini? Yanuar akan menikah saat Yanuar udah nemu orang yang pas pa."

"Kemarin kamu bilang Jayova sudah jadi wanita yang pas buat kamu, lalu apa sekarang? Kalian sudah selesai sejak setahun yang lalu kan?"

"Itu beda lagi dong pa, aku sama Jayova itu memang udah ngerasa gak pantas lagi buat bersama. Papa nih... ah gak tau deh pusing kepala Yanuar."

Yanuar berdiri dari duduk nya, berlalu tanpa permisi dari ketiga orang yang lebih tua dihadapan nya. Keluar dari ruang tamu dan pergi entah kemana dengan amarah didalam diri nya.

"Pa? Are you sure?" Tanya Sevanio memastikan.

"Papa gak pernah gak serius dalam hal apapun Sevan."

Oke, Sevan tau itu. Orang tuanya tak pernah mengambil tindakan tanpa berpikir matang-matang lebih dulu. Sejak tadi ia hanya melihati papa dan anak itu berdebat tanpa mau menyela, karna ia tahu bahwa ini adalah pembahasan yang begitu serius dan sedikit sensitif untuk Yanuar.

Sevanio hanya diam sembari menenangkan mama nya yang saat ini begitu tidak tega dengan Yanuar.

Tetapi tidak ada yang bisa ia lakukan, semuanya sudah pasti di rencanakan sebaik mungkin oleh sang papa, pikir Sevanio. []



Give me support, agar aku semangat menulis 🥺🤍

Lecturer Husband Where stories live. Discover now