BAB 10

211 35 3
                                    

Malam hari nya, Yanuar benar-benar datang kerumah orang tuanya. Sebetulnya ia sangat begitu jarang untuk datang kesini, karna selain memang karna kerjaannya yang tak bisa dikatakan sedikit itu, juga karna jarak dari rumah nya dengan rumah orang tuanya cukup jauh.

Bukan tanpa alasan Yanuar kemari. Ia punya banyak pembicaraan untuk dikatakan kepada orang tuanya, salah satunya adalah pembicaraannya dengan Jalfie tempo hari dan juga dirinya sudah berjanji untuk berbicara agar keduanya tak jadi di jodohkan.

Kalau boleh jujur Yanuar juga sama nya dengan Jalfie, sangat berat untuk menerima perjodohan yang begitu mendadak tanpa keduanya ketahui sebelumnya. Pun dengan status mereka di kampus sebagai dosen dan mahasiswa.

Kaki Yanuar melangkah pasti untuk menemui sang mama dan papa itu yang sudah bisa Yanuar tebak mereka sedang berada di rumah.

"There's something I want to talk to you about." Ucapnya begitu menemukan kedua orang tuanya yang sedang menikmati secangkir teh di tangan masing-masing dan juga menikmati tontonan televisi yang sedang menyala itu.

"Hei nak, tumben kesini ga ngabarin mama dulu? Something important?" Tanya sang mama.

Yanuar hanya mengangguk, lalu ikut duduk bersama mereka.

"Terus terang saja Yanuar, ada apa? Kamu mau stop jadi komposer atau mau stop jadi dosen, atau bahkan kamu perlu bantuan papa untuk perusahaan? Which one?"

"All good, dan Yanuar kesini bukan untuk membahas pekerjaan pa."

"So?"

"Can you stop doing that shit?"

"Do what? Yang jelas."

"Stop perjodohan antara aku sama mahasiswa ku."

"Dia bukan mahasiswa kamu kalau di luar kampus, dia calon suami kamu."

"Jalfie masih sangat muda pa, papa boleh jodohin Yanuar kalau memang syarat untuk nerusin perusahaan papa harus Yanuar yang menikah karna kak Sevan ga mungkin yang nerusin perusahaan, dia udah punya tanggung jawab atas rumah sakit punya mama. Tapi tolong jangan Jalfie pa."

"Jalfie yang terbaik buat kamu."

"Menurut papa memang yang terbaik, tapi belum tentu menurut Nuar. Papa kan ga tau luar dan dalam nya Jalfie itu kaya apa, jangan cuma liat dari luar nya aja pa."

"Keputusan papa sudah bulat Yanuar, papa mau kamu menikah sama Jalfie dan papa ga mau kamu membantah."

"Apa karna papa ga enak sama pak Sangara? Nuar bisa jelasin baik-baik ke beliau kalau begitu."

"Tidak perlu, bukan karna papa dan ayahnya Jalfie berteman atau bahkan ada janji yang memang kami menginginkan anak kami menikah, tapi memang papa mau kamu beneran harus menikah sama Jalfie."

"Ma.."

"Mama ga bisa bantu nak, maaf." Jawab sang mama.

Kepala Yanuar pening, ia tidak tau lagi harus bagaimana untuk membatalkan perjodohan ini. Bukan tidak mau tapi Yanuar sudah terlanjur berjanji kepada Jalfie bahwa dirinya akan bicara kepada sang papa untuk tidak jadi menjodohkan keduanya.

"Pa, think twice."

"Jangan keras kepala Yanuar. Sudah, papa mau istirahat. Kamu meninap saja disini, sudah tengah malam begini tidak baik di luar sana."

Nihil, Yanuar tidak bisa berbuat apa-apa lagi sekarang. Menentang ucapan papa nya sejak dulu adalah hal yang paling mustahil untuk ia lakukan.


.
.
.

Hai, Haven't updated for a long time ya ternyata? Semoga masih banyak yang mau nungguin!!... happy reading babies 💖

Lecturer Husband Where stories live. Discover now