Part 2

79 12 2
                                    

Jantung Wanda berdegup tidak keruan sejak ia membuka mata setelah tidur nyenyaknya semalam. Hampir seharian ia tidak bisa berpikir dengan jernih, pusing dengan rencana pertemuannya dengan Vernon sampai Waynne kesal karena adiknya itu terus bertanya soal pakaian dan topik apa yang harus ia perbincangkan dengan seorang Chwe Vernon. Padahal mereka hanya makan malam saja, bukan sedang berdiskusi untuk ujian atau ingin memperbincangkan rencana penyelamatan dunia dari serangan alien--yang tentu saja tidak akan pernah terjadi sampai kapan pun.

Wanda tahu, ia gugup. Siapa, sih, yang tidak gugup jika akan bertemu seseorang yang sudah lama ia idolakan secara langsung?

Bahkan saat pertama kali melihat Jeonghan yang bukan biasnya di apartemennya saja, Wanda sudah kelabakan, berteriak seperti orang gila sampai Waynne menegurnya berkali-kali.

Bagaimana jika ia bertemu dengan Vernon yang jelas adalah biasnya dari Seventeen?

Ya, walaupun bukan Carat, Wanda tetap menyukai Seventeen dan tahu banyak soal Vernon dibandingkan anggota Seventeen lainnya.

"Wanda? Behave, remember?" Waynne memperingatkan saat mereka berjalan masuk ke dalam sebuah restoran mewah di kawasan Gangnam. Menyadarkan Wanda akan dunia nyata.

"I'm trying." Kata Wanda dengan suara yang bergetar, membuat Waynne memutar kedua bola matanya--tidak habis pikir dengan sikap adik satu-satunya itu.

Lalu keduanya pun menghampiri greeter yang stand by di dekat pintu masuk restoran, menyebut nama Jeonghan dan mereka pun segera dituntun ke sebuah ruangan yang cukup jauh dari keramaian restoran. Karena restoran yang mereka datangi cukup mewah, baik Waynne dan Wanda refleks mengatupkan mulut, terperangah dalam hati melihat interior restoran dan ruangan-ruangan VIP yang mereka lewati untuk mencapai ruangan yang dipesan Jeonghan.

"He is really into you, tho." Wanda berbisik pada Waynne yang langsung dibalas dengan sikutan, cara untuk membuat Wanda diam karena Waynne sedang tidak ingin berdebat.

Begitu sampai di ruangan yang dimaksud, Wanda langsung lupa dengan seluruh kalimat yang ingin ia utarakan untuk menggoda Waynne. Ia berdiri kaku memasuki ruangan itu, melihat Jeonghan dan Vernon--matanya langsung terpaku pada Vernon yang mengenakan pakaian super sederhana seperti yang telah diperkirakan Wanda, yang memperhatikan Waynne dengan saksama.

 Ia berdiri kaku memasuki ruangan itu, melihat Jeonghan dan Vernon--matanya langsung terpaku pada Vernon yang mengenakan pakaian super sederhana seperti yang telah diperkirakan Wanda, yang memperhatikan Waynne dengan saksama

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Bagus. Wanda bersyukur ia bisa melihat wajah Vernon dengan teliti dari jarak yang cukup dekat tanpa takut dilihat balik karena pria itu pasti penasaran dengan Kakaknya. Ia menggunakan kesempatan itu untuk menyimpan baik-baik rupa Vernon yang memang sangat tampan di benaknya sampai pria itu menyadari kehadirannya di sana.

"Wah? Wanda? Kau tidak seheboh saat pertama kali melihatku." Jeonghan menyahut, menggoda Wanda yang segera menghadiahinya dengan delikan tajam.

" Jeonghan menyahut, menggoda Wanda yang segera menghadiahinya dengan delikan tajam

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Oh iya, maaf... nama saya Waynne, teman Jeonghan. Ini adik saya,"

"Wanda Maksten." Wanda berdiri, menjulurkan tangan pada Vernon yang sedikit terkejut dengan aksinya yang tiba-tiba memotong ucapan Kakaknya sendiri.

"V-Vernon... Chwe." Balas Vernon kikuk, menahan tawa saat merasakan tangan Wanda yang bergetar saat menjabatnya.

Sejak awal pintu dibuka, Vernon sudah bisa menduga jika perempuan spesial yang mau ditemui oleh Jeonghan adalah perempuan bernama Waynne, yang berpakaian serba hitam dengan garis wajah yang cukup tegas itu sampai dua matanya tidak bisa berpaling ke hal lain. Vernon penasaran. Apalagi saat melihat bagaimana dua mata Jeonghan berbinar melihat perempuan itu. Dan perempuan satu lagi, yang ketahuan menatapnya daritadi adalah fansnya, Wanda Maksten--Vernon tahu dan berpura-pura tidak peduli.

"Kau gugup sekali Wanda." Jeonghan menyahut lagi, membuat Wanda mendecakkan lidah, heran mengapa pria itu masih sama mengesalkannya seperti saat memorinya belum dihapus--dan kini ia yang menjadi korban usilan Jeonghan, membuat Wanda jadi mengerti apa yang dirasakan Waynne selama ini.

"Salam kenal ya, Vernon. Maaf jadi mengganggu waktumu malam ini." Kata Waynne buru-buru menengahi dua manusia di dekatnya dengan berbincang kepada Vernon yang tidak terlihat seperti orang Korea kebanyakan.

"Ah... ya, tidak apa-apa." Kata Vernon santai, "salam kenal."

"So, you guys from Toronto, right? Kak Jeonghan tidak banyak bercerita tentang kalian." Kata Vernon penasaran, mengambil alih perhatian di ruangan itu sebelum Jeonghan kembali berbicara menggoda Wanda yang terdiam menatapnya tanpa berkedip.

"Ya... betul." Balas Waynne tiba-tiba merasa cemas, ia melirik Jeonghan yang berpura-pura tidak menyadari lirikannya itu dengan memperhatikan interior ruangan. Bukan tanpa alasan, Waynne jadi takut jika Jeonghan berbicara tentang rahasia mereka selama ini kepada Vernon yang bukan siapa-siapa. Bisa berbahaya jika orang lain tahu tentang kekuatannya dengan Wanda meski itu teman dekat Jeonghan sekali pun.

"Kak Waynne bertemu Kak Jeonghan di jalanan saat kalian mau konser. Benar, kan?" Tiba-tiba Wanda bertanya retoris kepada Waynne dan Jeonghan yang langsung mengangguk setuju (tapi kikuk), berharap Vernon tidak terpancing untuk bertanya macam-macam lagi.

"Oh, ya? Aku tidak bisa memikirkan Kak Jeonghan berjalan di Toronto sendirian..."

"Sama manager." Sahut Jeonghan yang sebenarnya tidak benar-benar berbohong, menyudahi pertanyaan kepo Vernon yang bisa tidak berhenti jika ia tidak segera mengambil alih keadaan dengan menyuruh Waynne dan Wanda memesan makan malam.

"Pesan apa saja yang kalian mau malam ini." Kata Jeonghan mempersilahkan. "Biar Yoon Jeonghan yang baik hati ini membayarnya."

Dan setelah mengucapkan kalimat yang sangat membanggakan diri itu, ketiga orang yang berada di sana sukses mendengus hingga Jeonghan berseru tidak terima.

"Yaa!! Kenapa kalian bersikap seperti itu!"

~~~

Vernon lucu. Wanda tidak bisa berhenti memperhatikan pria itu daritadi, yang sering mencomot makan malam Jeonghan diam-diam, yang kadang sibuk sendiri dengan makanannya atau sesuatu pada ponselnya, seperti anak kecil yang tidak tantrum.

Anehnya, Wanda tidak bisa mengajak pria itu berbicara meski ada banyak hal yang ingin ia utarakan kepada Vernon. Berbeda saat ia bertemu dengan Jeonghan. Bahkan sejak awal melihat Jeonghan, Wanda bisa mengungkapkan betapa ia menyukai Kpop dan bercita-cita untuk bekerja di Korea Selatan suatu saat nanti. Wanda juga tidak segan memberitahukan Jeonghan betapa ia menyukai seorang Vernon yang kini berada di hadapannya.

"Wanda! Kau janji padaku untuk menjadi Carat, kan?" Tiba-tiba Jeonghan menyahut, mengejutkan Wanda dan Vernon yang sedang sibuk dengan kegiatan masing-masing hingga sendok yang dipegang Vernon jatuh ke bawah meja.

Vernon pun segera membungkukkan badan mencari sendok itu dan Wanda refleks memegang ujung meja untuk melindungi kepala Vernon, benar-benar mengindahkan sahutan Jeonghan yang merasa sedikit keki telah diacuhkan. Saat pria itu ingin kembali berseru, tiba-tiba Wanda terkesiap.

Kedua mata Wanda segera terkatup rapat saat sekelebat memori masuk ke dalam pikirannya. Memori itu memperlihatkan jalanan Korea Selatan dari dalam sebuah mobil, lalu berpindah ke sebuah apartemen, ke sebuah kamar yang penuh dengan barang dan langit...

"Wanda!" Waynne dengan cepat menyadarkan Wanda yang keningnya mulai berpeluh. Perempuan itu kaget melihat Wanda yang sepertinya tidak sengaja memegang kepala Vernon yang juga terdiam di bawah meja, seperti terhipnotis sampai Jeonghan menariknya kembali ke atas sofa.

"Astaga! Apa yang kau lakukan, Wanda!" Seru Waynne kesal saat Wanda kembali duduk. Ia murka, tentu saja, tidak menyangka adiknya akan melakukan hal berbahaya itu kepada Vernon.

Tapi Wanda tidak sengaja melakukannya. Ia bahkan tidak tahu mengapa bisa menelisik memori Vernon lewat punggung telapak tangannya, menemukan sesuatu yang membuat bibirnya terkatup rapat meski Waynne terus misuh-misuh. Masa bodoh dengan amarah Waynne, kini pikiran Wanda hanya tertuju pada Vernon. Vernon yang bersandar lemas di atas sofa, yang tampak kebingungan dengan keramaian yang tiba-tiba terjadi di ruangan itu.

Thank you for reading! If you like it don't forget to like and comment ^^

Fly HighWhere stories live. Discover now