Part 11

58 11 0
                                    

Waynne, Jeonghan dan Vernon berjalan mengendap di depan sebuah hotel di kawasan Dongnae Busan setelah memutuskan untuk mengecek keberadaan Beryl dan Declan di kota itu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Waynne, Jeonghan dan Vernon berjalan mengendap di depan sebuah hotel di kawasan Dongnae Busan setelah memutuskan untuk mengecek keberadaan Beryl dan Declan di kota itu. Ketiganya mengenakan penyamaran yang secukupnya, memutuskan duduk di sebuah halte bus yang berada di seberang hotel, menunggu Beryl dan Declan yang seharusnya keluar sebentar lagi untuk makan malam.

"Kau yakin mereka akan keluar sebentar lagi?" Tanya Jeonghan, berbisik pada Waynne di sampingnya.

"Ya, mereka bilang sendiri di grup." Jawab Waynne sedikit melongos, sewot karena Jeonghan meragukan informasi yang ia dapatkan di grup kerjanya dimana Kim, koresponden NatGeo Korea Selatan, menginfokan teman-temannya untuk berkumpul di lobby hotel sebelum pergi makan malam.

Di dekat mereka juga ada Vernon, yang merasa tersisihkan oleh dua manusia itu, duduk memandang ke dalam lobby hotel yang sedikit terlihat dari posisinya. Mengingat-ngingat postur dan wajah dua teman Waynne yang sempat diperlihatkan perempuan itu sebelum mereka berpindah ke Busan. Beryl dan Declan. Dua orang Kanada, satu kaukasian, satu lagi latin.

Tidak pernah terbesit dalam pikiran Vernon jika ia dan Jeonghan akan ikut dalam pencarian Wanda ditengah jadwal mereka yang sibuk. Tapi pria itu tidak peduli, bahkan dirinya tidak merasa lelah meski baru selesai melakukan latihan untuk rencana comeback Seventeen beberapa bulan mendatang. Yang ada dalam pikirannya hanya keselamatan Wanda yang entah sekarang berada di mana.

Berdasarkan informasi yang didengar Vernon dari Waynne yang memiliki Ayah dengan kemampuan dapat mengetahui keberadaan apapun setelah melihat gambar atau foto, Wanda selalu berpindah tempat. Perempuan itu seperti memiliki kekuatan Waynne, berpindah ke mana pun tanpa harus menggunakan transportasi. Ke Toronto, Korea... dua tempat itu tapi berbeda-beda lokasi, membingungkan semua orang.

"Itu Berry, bukan?"

"Beryl." Waynne mengoreksi. Jeonghan dulu dan sekarang sama saja, sama-sama belum bisa menyebut nama Beryl dengan benar.

Tapi tebakan Jeonghan benar. Seorang pria dengan kulit berwarna kecoklatan keluar dari lobby hotel, diikuti oleh Declan yang tingginya semampai yang membawa tas ransel kecil. Kedua orang itu berdiri di teras hotel, menunggu sebuah mobil yang tidak lama tiba di depan mereka yang diyakini Waynne dibawa oleh Kim. Kedua orang itu pun masuk ke dalam mobil yang bergerak keluar hingga ketiga manusia di halte itu segera bersikap seperti orang-orang Busan pada umumnya--Jeonghan yang memegang tangan Waynne seperti pasangan muda dan Vernon yang fokus menatap layar ponselnya.

 Kedua orang itu pun masuk ke dalam mobil yang bergerak keluar hingga ketiga manusia di halte itu segera bersikap seperti orang-orang Busan pada umumnya--Jeonghan yang memegang tangan Waynne seperti pasangan muda dan Vernon yang fokus menatap laya...

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Begitu mobil itu pergi menjauh, ketiga orang itu pun kembali bersikap seperti semula.

"See? Declan ada ada Busan." Waynne berseru menahan degup jantungnya yang berdegup tidak keruan karena tangan Jeonghan yang memegangnya tadi.

"Untuk saat ini kita memang tidak bisa menyimpulkan sesuatu." Kata Vernon sambil mengedikkan bahu, benar-benar bingung dengan keadaan yang ada sedangkan Jeonghan manut--ia tidak bisa mengelak karena dua teman Waynne itu memang sedang berada di Busan, tidak seperti spekulasinya beberapa menit lalu.

"Makanya ku bilang, kita harus lihat dulu apa yang penculik Wanda inginkan!"

~~~

"Jadi, kalian agen dari pemerintah?" Tanya Wanda skeptis pada Declan dan Park Yoonam, dua manusia yang menculiknya di bandara, yang tengah duduk di hadapannya untuk menerangkan asal-muasal dan tujuan mereka untuk menculiknya.

Declan mengangguk, tersenyum bangga, "ya! Semacam G.I Joe atau FBI, mungkin?"

"Versi yang lebih baik." Koreksi Yoonam sambil mendelik kepada Declan karena tidak setuju dengan persamaan temannya itu yang menyebut nama organisasi pemerintah, dimana salah satunya adalah organisasi fiktif dari sebuah film aksi. G.I Joe.

"Tapi kalian ingin menghapus kekuatan orang? Bukankah itu jauh berbeda dari G.I Joe? Atau... FBI?" Wanda bertanya retoris, masih skeptis sampai dua matanya menyipit menyoroti dua manusia di hadapannya itu.

"Lebih baik." Kata Yoonam lugas. "Dengan begitu di depan sana tidak ada hal-hal yang bisa mengancam peradaban manusia."

"Berarti, kau mau menghapus kekuatanmu sendiri?"

"Bukan kami, tapi orang lain. Dengan begitu, yang tersisa dapat dijadikan agen rahasia untuk menyelamatkan dunia dari berbagai macam ancaman di masa depan. Like G.I Joe." Jelas Declan seperti berkelakar hingga bahunya ditepuk dengan kencang oleh Yoonam, sedangkan Wanda mengernyit heran menatapnya sambil berusaha mengartikan maksud penjelasannya tersebut.

"TMI." Tegur Yoonam gusar.

"What? Is that wrong? Memang ben--"

"Too much information, bodoh!"

"Bukankah kalian sangat pathetic?" Tanya Wanda secara tiba-tiba, sukses menghentikan pertikaian kecil di hadapannya itu. Ia masih tidak percaya dengan tujuan organisasi pemerintah yang masih menculiknya ini. Tujuan mereka sangan bertentangan dengan pemikirannya tentang kebaikan.

"Pathetic?" Yoonam bertanya heran.

"Menghapus kekuatan orang lain secara paksa, bukankah itu sama saja seperti membunuh seseorang?"

"Tidak!" Sergah Declan cepat. "Kami tidak ingin membunuh siapa pun! Kami hanya menghapus kekuatan saja."

"Sama saja!" Tukas Wanda kesal, membentak tanpa rasa takut kepada Declan yang langsung terkesiap karenanya.

"Kalian membunuh kemampuan orang lain tanpa izin hanya ingin menjadi yang paling terkuat untuk dijadikan senjata pemerintah? Pathetic."

"Kau tidak tahu apa-apa." Kata Yoonam dengan rahang yang mengeras sebelum berdiri dari kursi. Ia juga menyuruh Declan untuk berdiri dan mendorong pria itu untuk keluar dari ruangan.

"You just don't know about the world so don't you dare saying that we are pathetics." Geram Yoonam sebelum meninggalkan Wanda sendirian di ruangan itu yang tiba-tiba merasa kepalanya pening.

Semuanya tidak masuk akal pikir Wanda. Ia merasa tengah diculik oleh dua manusia bodoh yang mau saja dijadikan kacung oleh entah-organisasi-gila-apa yang berniat merekrutnya itu. Mengapa kekuatan orang harus dihapus? Mengapa harus disisakan sebagian hanya untuk bekerja sebagai agen pemerintah? Mengapa tidak dibiarkan hidup bebas seperti manusia normal kebanyakan?

Wanda memijit keningnya pelan, berharap ia bisa seperti Waynne yang dapat berpindah tempat dengan mudah.

Thank you for reading! If you like it don't forget to like and comment ^^

Fly HighWhere stories live. Discover now