Part 15

69 10 3
                                    

Dunia Wanda seakan berputar selama beberapa detik saat tiba-tiba bayangan seorang pria muncul dalam benaknya sesaat sebelum ia tidak sadarkan diri setelah keluar dari toilet Bandara Incheon. Pria yang sempat memanggil namanya, yang kemudian menghilang dalam kegelapan. Sontak bulu kuduk Wanda meremang, kepalanya pening sehingga ia segera bersandar di atas sofa sebuah apartemen kosong di Seoul yang menjadi basecamp dua penculiknya.

Setelah mengubah memori Ayah dan Waylon, dua penculiknya tidak lagi membawanya berpindah lokasi. Mereka tentu merasa lebih aman karena Ayahnya tidak bisa mengacak posisinya lagi, sedikit menenangkan Wanda yang tidak perlu merasa bingung dengan waktu--dan sedikit bisa beristirahat setelah beberapa hari ini terus berpindah tempat secara acak.

Sayangnya Wanda tidak bisa merasa tenang sepenuhnya. Ia merasa bersalah telah menghapus memori kedua orang kesayangannya itu hingga ia hanya bisa diam termanggu di apartemen tersebut selama seharian, menunggu keputusan para penculiknya yang belum kunjung membebaskannya.

"Kakakmu tidak sepintar yang ku kira." Declan menyahut, tiba-tiba muncul bersama Yoonam di hadapannya setelah berpindah entah dari mana.

"Mereka benar-benar tidak tahu sedang dalam pemantauan." Kata Yoonam kemudian berjalan memasuki sebuah ruangan, meninggalkan Declan yang memandang Wanda dengan kikuk.

"Sekarang mereka tahu aku salah satu penculiknya. Pengetahuan yang tak berguna karena malam ini kau harus menghapus memorinya." Ujar Declan pongah sembari duduk di samping Wanda yang segera bergeser menjauh, enggan berada dekat-dekat dengan sang penculik menyebalkan.

"Aku tidak mengerti mengapa kalian melakukannya kepada keluargaku."

"Kami akan melakukannya kepada semua keluarga yang memiliki kekuatan, Wanda. Tidak hanya pada Maksten. Agen sepertiku tersebar di mana-mana." Jelas Declan tanpa diminta, mendapati lirikan tajam Wanda yang masih ingin mendengar penjelasannya lebih lanjut namun enggan untuk meminta.

Declan paham dan pria itu pun melanjutkan. "Kekuatanmu sangat kami perlukan agar kami tidak perlu menggunakan alat yang bisa membahayakan otak. Sayangnya kau masih perlu latihan untuk mengembangkan kekuatanmu. Jadi, setelah kau menerima tawaran kami, kau akan dilatih--"

"Menjadi senjata kalian. Menjadi perusak pikiran manusia. That's terrible!"

"No no no... itu buruk. Kau tidak akan jadi senjata. Kau akan membantu kami dalam melihat masa depan, isi pikiran penjahat, seperti Profesor X di X-Men, kau tahu?"

Bullshit. Wanda pun menyoroti Declan dengan tajam karena malas berbicara dan memunculkan diskusi alot tentang betapa bodohnya organisasi yang dimasuki pria itu. Lagipula ia tidak sehebat Profesor X dalam X-Men yang bisa melakukan telepati. Ia hanya bisa memanipulasi memori lewat tangannya.

"Kenapa kalian tidak mencari pemilik kekuatan selain diriku?" Tanya Wanda mendadak penasaran dan air wajah Declan berubah nanar. Pria itu mengatupkan mulut dengan rapat lalu berdiri dari sofa dan mengacak kepala Wanda dengan gemas sebelum perempuan itu menepis tangannya dengan kasar.

"You are so nosey, Wanda. Kalau kau ingin tahu, lebih baik cepat bergabung dengan kami!"

"Dalam mimpimu!"

~~~

Wanda menatap Waynne yang sedang tertidur lelap dengan perasaan kalut. Ia tidak menyangka akan melakukan ini kepada Waynne yang menjadi harapan satu-satunya untuk kabur dari Declan dan Yoonam. Kedua tangannya sampai terkepal, enggan membuka untuk menyentuh kepala Waynne meski Declan sudah mendorongnya untuk berdiri di sisi kasur. Ia benar-benar mematung, tidak bisa melakukan apa-apa.

"Wanda." Yoonam menyebut namanya dengan suara yang dalam. Ingin menggertak tapi tak bisa membesarkan suara.

Ingin rasanya Wanda menggeram, tapi ia tidak ingin hal buruk terjadi kepada keluarganya sehingga ia pun mulai menuruti keinginan dua penculiknya tersebut. Perlahan ia merilekskan kedua tangannya sebelum menaruhnya pada kepala Waynne, napasnya terhela panjang, kedua matanya menatap wajah Waynne yang terlelap dengan sendu lalu ia menutup mata, mulai menelisik seluruh memori Waynne sejak perempuan itu lahir.

Dada Wanda terasa sangat sesak. Kenangan Waynne membuatnya teringat akan banyak hal yang sebentar lagi hanya diingatnya sendiri. Kenangan saat mereka masih kecil, saat Waynne mencoba menggunakan kekuatannya, kenangan ketika Waynne bertemu dengan Jeonghan, membawa pria itu ke beberapa negara menggunakan kekuatannya...

Wanda tersenyum tipis. Waynne benar-benar menyukai Jeonghan. Ini pertama kalinya bagi Wanda menelisik ke dalam memori Waynne, menemukan banyak kenangan dari sudut pandang Kakaknya yang tidak pernah ia tahu itu.

Dan meski menyimpan kenangan pahit mengenai kedua orangtuanya, Waynne ternyata sangat jarang menggunakan kekuatannya. Kakaknya itu benar-benar menuruti keinginan keluarganya untuk menyembunyikan kekuatan besar yang dimilikinya meski ia terlihat seperti pemberontak yang benci akan rumah.

Wanda menghela napas panjang. Kini ia paham mengapa Waynne sangat keras dan selalu berhati-hati. Kekhawatiran Kakaknya itu sudah terbukti dengan hadirnya dua manusia brengsek di belakangnya. Dua manusia yang ia harap bisa lenyap begitu saja dari muka bumi ini.

~~~

"Wanda."

Vernon terbangun begitu saja setelah mendengar nama Wanda tersebut dalam benaknya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Vernon terbangun begitu saja setelah mendengar nama Wanda tersebut dalam benaknya. Bukan ia yang memanggil Wanda. Suara itu milik seorang pria yang tidak pernah ia dengar suaranya sebelumnya sampai ia terdiam selama beberapa saat di atas kasur, memandang plafon kamarnya sambil mencocokkan suara itu dengan suara orang-orang yang ia kenal.

Tidak ada yang mirip. Vernon menggelengkan kepala. Ia tidak mengerti mengapa dirinya secara refleks ingin tahu pemilik suara yang muncul tiba-tiba dalam benaknya saat ia sedang tertidur itu. Mungkin ia terlalu lelah, sangat ingin menemukan Wanda sampai berhalusinasi.

Tetapi ia sendiri masih merasa penasaran. Apakah itu suara Declan? Atau suara pria lain yang menculik Wanda waktu itu? Tapi, seingat Vernon, ia tidak merasa dua pria itu menyebut nama Wanda saat perempuan itu diculik. Malah dirinya yang memanggil nama Wanda yang tidak sempat ia tolong itu.

Vernon pun memijit kening, beringsut mencari posisi yang tepat untuk kembali tidur karena waktu matahari terbit masih lama dan ia memiliki segudang rencana esok hari, termasuk mencari Wanda bersama Jobu Tupaki.

Saat Vernon mencoba untuk kembali terlelap, tiba-tiba berbagai macam potongan kenangan masuk ke dalam kepalanya. Kenangan berbayang yang membuat kepala Vernon sakit hingga ia mengerang di atas tempat tidurnya.

Thank you for reading! If you like it don't forget to like and comment ^^

Fly HighWhere stories live. Discover now