Bab 20

133 26 4
                                    

"Mereka tadi pada ke kantin loh," Ujar Julian

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

"Mereka tadi pada ke kantin loh," Ujar Julian.

Tanpa aba-aba mereka langsung keluar dari ruangan itu, berlari sekuat tenaga untuk cepat sampai ke kelas.

Dari arah berlawanan, mereka melihat Ender,
Bora, Angga, Jimmy, Shania, dan Dita yang baru ingin memasuki kelas.

Menyadari kehadiran Raya, Altas, Taska dan Julian, yang lari tergesa-gesa, Ender menatap bingung.

"Kalian kenapa?" Tanya Ender.

Tanpa menjawab pertanyaan Ender, mereka ber-empat menerobos masuk ke dalam kelas. Tidak ada siapapun, kecuali mereka.

"Sialan, dia ilang" Umpat Raya.

"Kalian kenapa sih," Ujar Angga penasaran.

Melihat mereka yang tidak ada niat untuk menjelaskan, Julian menghela napas gusar, "Di kelas tadi ada orang, tapi dia ilang gitu aja."

"Hah, kok bisa tau kalo di kelas ada orang?" Kata Shania.

"Potensi Taska,"

Yang lain menatap Taska dengan mata yang ingin tahu.

"Melacak, gua bisa ngelacak orang-orang yang ada di jangkauan gua pake peta atau denah. Kalo tanpa itu, gue cuma bisa ngerasain ada orang lain di jangkauan gua tanpa tau di mana titik dia."

"Oh iya denah tadi, lo bawa kan Taska?" Ucap Raya.

Taska menggaruk tengkuknya yang tak gatal, "Yah, maaf ya Ray, gua lupa soalnya panik. Hehe."

Raya menahan untuk tidak mengeluarkan kekesalannya.

"Kayaknya kita bisa tau siapa yang masuk kelas kita diem-diem," Sahut Bora.

Bora langsung menempelkan telapak tangannya pada salah satu meja di sana.

Bisa ia lihat, jika ada seorang wanita berjas putih yang memasuki kelasnya mencari sesuatu di laci meja guru, membawa map yang ia dapatkan dari sana, lalu tiba-tiba seorang laki-laki lainnya muncul.

"Cepat, mereka sebentar lagi sampe sini," Ujar Laki-laki itu.

Wanita berjas putih itu membelak, "Secepat itu? Kenapa potensi mereka cepat sekali menjadi kuat."

"Apa yang pak tua bangkotan itu kasih ke mereka," Lanjut wanita tersebut berdecak kesal.

"Cepat, mereka sudah sangat dekat,"

"Map satu lagi belum gue ambil,"

Tanpa peduli dengan ucapan wanita berjas putih, laki-laki itu memegang tangannya dan tiba tiba menghilang.

Bora kembali ke dunia nyata dengan darah yang terus menetes dari hidung nya. Ia menceritakan apa yang ia lihat kepada teman-temannya.

"Wanita berjas putih?" Gumam Raya.

"Bukannya itu kak Nadin, petugas UKS," Lanjut Raya, menatap teman-temannya.

"Lo kenal Ray?" Tanya Jimmy.

"Gua dua kali gak sengaja tabrakan sama dia."

"Kalo gitu kita samperin aja ke UKS langsung," Usul Dita.

Saat mereka ingin melangkahkan kakinya, Taska berucap, "Dia gak ada di sana."

Mereka menatap Taska heran, "Gak ada orang lain lagi di sini selain kita."

"Tapi gue ngerasa kita lagi di liatin," Mereka menegang, apa lagi ini.

Taska melihat ke luar jendela, menatap jauh di sana. "Mungkin gak sih ada orang yang punya potensi penglihatan jauh?"

Tiba-tiba Raya teringkat dengan biodata siswa Kelas Unggulan lima tahun lalu, yang ia lihat di ruangan sebelumnya.

Ia merogoh saku bajunya dan tidak mendapati apapun di sana, "Sial, gua ninggalin kertas itu di sana."

Altas membuka lokernya dan mengambil laptop yang ia simpan di sana, "Kalian bisa gunain gue di situasi sekarang."

Mereka mendekat ke arah Altas, ia mulai menunjukkan potensinya. Menatap layar yang menampilkan biodata siswa Kelas Unggulan lima tahun lalu.

(Aku sengaja gak kasih visualisasi biar kalian bisa bebeas berimajinasi, gimana mereka)

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

(Aku sengaja gak kasih visualisasi biar kalian bisa bebeas berimajinasi, gimana mereka)

Kelas Unggulan Donde viven las historias. Descúbrelo ahora