Chapter 5: Harapan

35 6 0
                                    

Juli 1965, seperti biasa Pierre harus latihan fisik karena profesinya sebagai tentara militer. Namun, karena di tubuhnya sekarang bukanlah Pierre yang asli, melainkan orang lain dari masa depan yang bernama Arya. Tidak seperti Pierre yang lihai dalam melakukan latihannya, Arya yang tidak biasa melakukan latihan merasa sangat kesulitan dan mudah lelah.

Saat ini ia dengan pasukannya yang sedang berlatih, tetapi ia terlihat sangat tidak siap dengan latihan itu. Pierre selalu mengeluh dan bahkan dia tidak ada henti-hentinya berkata bahwa ia ingin keluar dari sana. Bima sebagai temannya yang sudah mengenal Pierre sejak lama merasa aneh dengan perubahan sikap yang dialami oleh Pierre dan bertanya-tanya apakah terjadi sesuatu dengan Pierre kemarin sebelum ia ditemukan pingsan?

Tiga jam berlalu sejak latihan pagi hari tadi, dan kini terdapat seorang pemuda yang tengah terbaring direrumputan dengan napas yang memburu, bahkan keringatnya telah membasahi kaos polos berwarna hijau army itu.

"Sudah! Aku menyerah, aku tidak kuat untuk melakukannya lagi," teriaknya putus asa.

"Hei, Kapten Pierre! Kenapa tidak terlihat siap untuk latihan hari ini, ada apa denganmu? Apakah terjadi sesuatu kepadamu kemarin?" tanya Bima yang sambil melakukan latihannya.

Arya yang yang merasa dipanggil namun bukan dengan nama aslinya itu menoleh dan hanya menggeleng saja. Atasannya yang bernama Jenderal Nasution melihat keanehan yang dilakukan oleh Arya bertanya-tanya kenapa Pierre menjadi seperti itu dan tidak seperti biasanya yang selalu semangat dan menjadi nomor satu dalam melakukan latihan fisiknya. Lalu pada saat waktu istirahat, Nasution menghampiri Pierre yang melamun entah memikirkan apa.

"Hei, Pierre. Ada apa denganmu hari ini?" tanya Nasution sambil menepuk pundaknya.

Arya yang tersadar dari lamunannya karena tepukan di pundaknya menoleh ke sumber suara yang ternyata itu adalah Jenderal Nasution.

"Nggak apa-apa, mungkin gue cuma ngerasa kecapekan aja. Setelah dibuat istirahat sebentar juga balik lagi kayak biasanya," jawab Arya yang masih merasa kikuk dengan panggilan barunya.

"Sejak kapan gaya bicaramu berubah menjadi seperti ini? Yang kutahu kau selalu berbicara dengan sopan. Bahasa mana yang kau pelajari ini? Sejak misi terakhir itu kau seperti orang yang berbeda saja," ujar Nasution yang kaget setelah melihat perubahan besar yang dialami oleh bawahannya itu. Awalnya ia kira perubahan ini hanyalah rumor yang beredar dikalangan tentara, namun setelah melihatnya langsung ternyata itu bukanlah rumor belaka.

Arya yang mendengar kalimat terakhir yang diucapkan oleh atasannya itu seketika tercengang dan bertanya-tanya di pikirannya, "bagaimana Nasution tahu bahwa dia bukanlah Pierre yang sebenarnya?". Namun, Arya tetaplah Arya, ia tetap bersikap biasa saja dan merasa tidak peduli dengan itu.

"Eee... Pierre mungkin merasa kesal karena kelelahan, Jendral. Kan setiap hari kami juga harus selalu berlatih dengan keras. Jika Jendral melihat seperti apa latihan yang selalu kami lakukan bukankan ini sangat berat untuk junior seperti kami, iya, kan?" ucap Bima yang menjawab pertanyaan atasannya sembari menoleh pada Pierre yang tetap tampak tak peduli.

Jenderal Nasution tidak percaya dengan apa yang diucapkan oleh anak buahnya itu, tetapi dia lebih mementingkan latihan yang dilakukan oleh Pierre karena dia ingin menjadikan Pierre sebagai ajudan pribadinya daripada ribut dengan membahas bahasa aneh yang digunakan oleh Pierre saat ini.

"Baiklah, lupakan apa yang dibahas kita sekarang namun aku hanya berpesan kepada Pierre bahwa jika kemampuanmu sudah kembali seperti biasanya kau akan ku naikkan jabatan, dan menjadikanmu sebagai ajudanku karena kemampuanmu sebelum ini sangatlah bagus. Kalau begitu aku akan pergi dulu, dan kau jangan lupa teruslah berlatih karena aku akan terus mengawasimu," ujar Nasution yang menepuk dua kali pundak Pierre sebelum pergi.

Arya PierreWhere stories live. Discover now