Chapter 6: Jalan Keluar

31 7 0
                                    

Sudah dua minggu masa pemulihan Arya berjalan, dan selama dua minggu ini ia sudah bisa menyesuaikan diri dengan dunia barunya. Namun, itu bukanlah sesuatu yang mengherankan, karena jiwa yang berada ditubuhnya adalah Pierre Tendean yang memang cerdas sejak berada dibangku sekolah.

"Raden saya sudah menyiapkan motor baru untuk Anda, karena motor lama Anda sudah rusak. Dan ini kunci motornya," ucap Suryo menyodorkan sebuah kunci dengan gantungan rantai berwarna silver.

"Tetapi aku tidak ingat jalan daerah sini," terang Arya.

"Eh, benar juga. Kan Raden lupa ingatan, kalau nyasar gimana?" ucap Suryo bermonolog.

"Yaudah kalau begitu Anda tidak perlu khawatir, hari ini biar saya antar sama supir, Raden," ucap Suryo langsung berlari setelah mendapatkan persetujuan dari Arya.

Di mobil, Arya menatap sekitar jalanan dari kaca dengan kagum. Matanya berkali-kali menangkap berbagai kendaraan yang berbeda-beda bentuknya, lalu beralih menatap banyaknya gedung bertingkat yang seolah tengah berlomba untuk menjadi yang tertinggi, dan kemudian menatap orang-orang yang kini tengah sibuk dengan aktifitasnya masing-masing. Ia kemudian melirik jam tangan hitam mahal yang bertengger elok di pergelangan tangan kirinya. Pukul 07.00 WIB, waktu jam sibuk di mana secara bersamaan orang-orang tengah memulai aktivitasnya.

Terlalu tenggelam dalam kekaguman membuat ia tak sadar jika mobil Bugatti La Voiture Noire itu telah memasuki pintu masuk universitas. Sebuah universitas nomor satu di Yogyakarta, yaitu Universitas Bumiputra. Konon katanya, universitas ini dibangun dari bekas markas TNI AD di zaman pasca kemerdekaan Republik Indonesia.

"Kita sudah sampai, Raden," ucap Suryo membukakan pintu mobil.

Arya beranjak keluar mobil, ia terdiam berdiri menatap sekitar kampusnya. Dengan setelan kaos putih polos dan celana kain hitam yang dipadukan dengan cardigan kotak-kotak berwarna hitam putih, ia berdiri dengan tampannya. Beberapa mahasiswi yang berlalu-lalang bahkan tak bisa mengalihkan pandangannya dari pria yang akhirnya kembali masuk ke kampus itu.

"Raden Arya tambah ganteng banget setelah kecelakaan," ucap seorang gadis pada kedua temannya.

"Iyaa, gue kira wajahnya rusak atau gimana gitu."

"Walaupun ada bekas luka, dia masih ganteng dimata gue. Jadi pengen nikahin," ucap salah satunya lantas membuat teman-temannya tertawa.

"Inget kasta! Dia darah biru, sedangkan lo darah rendah," ejek temannya langsung disambut tawa kembali oleh yang lainnya.

Mendengar hal itu Arya tampak acuh, ia lantas mulai berjalan menuju gedung jurusannya, karena sebentar lagi kelas akan dimulai.

Sama halnya dengan kejadiaan saat ia datang, hal yang sama terjadi saat ia memasuki kelasnya.

"Yo! Raden Mas Arya sudah kembali," celetuk seorang pria berhoodie hitam yang tengah duduk dimeja.

Arya tetap acuh dan langsung duduk disalah satu bangku yang ada.

"Waduh-waduh, makin sombong aja nih, Raden," ujarnya mendekati Arya yang mulai membuka bukunya.

"Lama banget kita nggak olahraga bareng, jadi gimana kalau setelah kelas ini kita tanding basket di lapangan?" ucap pria itu merangkul Arya dengan kasar.

"Lo jangan bercanda, kayak gak ingat kejadian terakhir aja. Cowok cupu yang berlindung atas nama keluarga ini mana bisa olahraga," ejek salah satu temannya.

"Ohh, yang pingsan karena kena bola basket itu?" tanyanya lantas tertawa dengan puas. Namun, Arya tetap acuh dan membaca materinya membuat mereka lantas berdecak. Saat hendak memaki, seorang pria paruh baya yang diduga adalah dosen sudah memasuki kelas dengan langkah tegasnya membuat mereka kembali duduk ke bangkunya masing-masing.

Arya PierreWhere stories live. Discover now