S2 - Part 42

4.9K 790 74
                                    

"Nyonya, ini adalah daftar para calon pekerja. Sudah saya urutkan berdasarkan lokasi terdekat dengan cabang usaha nyonya di setiap wilayah. Semua data ini sudah diperiksa lebih dahulu oleh tuan Jenderal, sehingga ini semua pastilah pemilik darah Wigon." Xiao Yi memberikan sebuah tumpukan kertas yang berisikan data-data para pelamar untuk menempati posisi kepala cabang.

Melihat cara kerja Xiao Yi yang kompeten, selalu berhasil membuat Baihee puas. "Kamu selalu melakukannya dengan baik. Terimakasih."

Xiao Yi tersipu malu. "Semua karena bimbingan nyonya. Tapi sayang sekali, saya tidak dapat membantu lebih karena saya bukanlah keturunan Wigon. Maafkan saya nyonya." Senyum Xiao Yi seketika meredup sedih.

Baihee menggeleng. "Meski kamu tidak benar-benar dapat mengakses kantung ruang. Aku tetap menjadikanmu sebagai asisten pribadiku. Perihal pemasukkan, aku hanya tinggal mengeluarkan para peti. Dan kamu bisa mengeceknya ketika sudah aku keluarkan dari kantung ruang."

Peti yang dimaksud Baihee adalah wadah uang logam (emas, perak, maupun tembaga) yang telah terpisah secara otomatis, berdasarkan lokasi cabang dari uang itu berasal.

Karena sistem 'perbankan' disini menggunakan sihir ruang. Jing Mi telah membuat rune sihir di setiap kantung dan peti. Sehingga, apapun yang dimasukkan ke kantung ruang, secara otomatis akan mengisi peti sesuai wilayah cabangnya.

"Maksud nyonya bagaimana?" Xiao Yi menatap bingung pada Baihee.

Baihee, "iya, kamu ingat bukan, bahwa aku memiliki tiga jenis kantung ruang? Nah, dari kantung ruang biasa, para kepala cabang akan memasukkan hasil pendapatan harian ke kantung ruangnya, dan secara otomatis akan mengisi peti khusus mereka. Lalu selanjutnya, aku akan menggunakan kantung ruang utama untuk mengeluarkan peti-peti uang itu dan kamu bisa menghitungnya dan membuatkan laporan keuangannya..."

"... Kamu sudah cukup mahir dalam membuat laporan laba rugi. Sehingga setelah kamu selesai membuat laporan tersebut. Laba yang dihasilkan, kamu bisa pisahkan ke peti baru untuk aku masukkan ke kantung induk. Dan sisanya akan kita putar kembali seperti yang sudah-sudah. Sampai disini apa kamu mengerti?"

Xiao Yi langsung mengangguk cepat sembari tersenyum lebar. "Mengerti, nyonya! Terimakasih karena nyonya masih mempercayakan pekerjaan ini pada saya."

Baihee tertawa kecil. Xiao Yi ini memang gadis ceria dan berbakat. Sangat tidak cocok bila hanya ditugaskan sebagai pelayan semata.

"Bagus bila kamu sukacita dengan pekerjaanmu. Tapi A Yi, bila nanti kamu mulai merasa tidak mampu mengerjakannya, jangan sungkan untuk beritahukan padaku. Maka, aku akan mencari seseorang untuk membantu meringankan pekerjaanmu." Baihee yakin, bahwa kelak usahanya akan besar dan memiliki cabang di seluruh kota besar. Bila waktu itu tiba, Xiao Yi pasti akan kelabakan.

Xiao Yi, "baik, nyonya. Tapi sejauh ini saya masih dapat mengerjakan semuanya tanpa kesulitan. Saya justru gembira karena saya mendapatkan pekerjaan yang saya sukai."

Baihee menggeleng kecil. Xiao Yi ini memang unik. Dulu di dunia pertamanya, banyak orang yang benci dengan perhitungan. Hingga melihat para akuntan bagaikan melihat sebuah kepintaran yang hakiki. Dan Xiao Yi ini ternyata salah satu manusia yang menggemari rentetan angka.

Beruntung! Itulah yang Baihee syukuri. Dirinya menemukan bakat seorang akuntan di dunia ini, itu sangat luar biasa.

Baihee, "selain masalah ini, adakah kabar terbaru dari Libetian? Atau mungkin dari para pandai besi?

"Untuk para Libetian, belum ada kabar apapun. Lalu untuk pandai besi, mereka sudah mulai merancang alat yang nyonya inginkan. Mereka mengatakan bahwa dalam waktu tiga hari kedepan, alat yang nyonya rancang akan selesai meski belum dapat memastikan apakah hasilnya sesuai harapan nyonya atau tidak. Bagaimanapun rancangan nyonya adalah pertama kali mereka membuatnya." Jawab Xiao Yi dengan lancar.

Baihee mengangguk puas. "Bagus. Semoga saja alatnya benar-benar sesuai harapanku, karena kita sudah harus segera ke Gunung Putih."

Xiao Yi, "oh iya, nyonya. Saya mendapatkan informasi bahwa ada sekitar sepuluh kepala keluarga yang meminta bertemu dengan tuan Jenderal. Mereka ingin membahas perihal Dreamland."

Alis Baihee berkerut. "Dreamland? Apa kamu tahu lebih jelasnya?"

Xiao Yi tersenyum lebar, tanda dirinya sudah lebih dahulu mengumpulkan informasi yang pasti diinginkan majikan perempuannya. "Tentu, nyonya. Ini semua berkat ksatria Chen yang menyebarkan informasi perihal Dreamland yang akan menerima mereka yang menginginkan hidup lebih nyaman namun dengan syarat memiliki bakat."

Senyum manis langsung tersampir manis di bibir Baihee. Ternyata sudah mulai berjalan rencananya itu. Meski tak ayal bahwa Chen sedikit mengubah informasi perihal 'bakat'. Baihee tidak pernah memerintah untuk mencari orang-orang berbakat saja. Asal mereka memiliki niat hidup yang tinggi dan rela bekerja keras. Baihee tak akan menolak.

Ah tentunya, selama bukan benar-benar penjahat.

Tapi tak masalah. Darisini Baihee dapat menilai. Bila ada orang yang nekad meminta 'rumah' meski tak memiliki bakat. Pastilah mereka adalah orang-orang pekerja keras. Karena hanya tenaga mereka lah yang dapat mereka berikan sebagai kontribusi untuk Negaranya.

"Kapan mereka semua datang?" Baihee menatap Xiao Yi.

Xiao Yi tampak terdiam sesaat untuk mengingat. Sebelum dengan malu-malu, Xiao Yi menjawab. "Hmm untuk itu saya belum sempat mencari tahu, karena perwakilan kesepuluh kepala keluarga itu, sudah lebih dahulu masuk ke ruangan kerja Jenderal."

Baihee memiringkan kepalanya. "Perwakilan?"

Xiao Yi, "ya, nyonya. Saat ini yang datang hanya seorang. Tapi niatnya datang sebagai perwakilan kesepuluh kepala keluarga itu terlebih dahulu. Mungkin bila Jenderal mengizinkan, dalam waktu dekat ini, kesepuluh keluarga itu akan benar-benar datang secara langsung."

Baihee mengangguk kecil. "Baiklah, aku yakin nanti suamiku akan mengatakannya padaku. Sekarang kamu bisa kembali bekerja, selagi aku memeriksa kertas-kertas ini semua."

Xiao Yi langsung menunduk patuh dan segera pamit.

Sepeninggalan Xiao Yi, Baihee menoleh ke keranjang kayu, yang berisikan kedua bayinya yang hanya menatapnya sembari mengisap ibu jarinya. Membuat Baihee terkekeh gemas.

Meski telah mendapatkan segala ingatan para leluhurnya. Raga dan jiwa kecil mereka tetaplah masih anak-anak. Dan Baihee sangat bersyukur akan hal itu.

Baihee sempat khawatir perihal ingatan yang mereka terima. Baihee takut anak-anaknya menjadi dewasa sebelum waktunya.

Berpikir cerdas boleh saja. Bijaksana pun tentu menjadi hal yang membanggakan. Tapi bila karakternya pun turut menjadi dewasa. Baihee pasti akan kikuk dan tentunya peran sebagai seorang ibu yang mendidik anak-anaknya, tidak sempurna.

Oleh sebab itu, Baihee merasa beruntung sekarang. Meski mendapat ingatan, mereka tetap masih polos dan sangat memungkinkan salah mengambil keputusan.

Seperti seorang anak tiga tahun yang mengikuti orangtuanya menonton drama percintaan rumit. Meski mereka menonton, tapi mereka tidak benar-benar mengerti. Seperti itulah penggambaran Wei Long dan Nan Fei. Mereka 'menonton' kisah hidup para leluhurnya, tapi tidak benar-benar mengkhayati.

Seiring berjalannya waktu, mereka akan mulai memahaminya sendiri. Dan sekarang, Baihee hanya perlu fokus dengan pendidikan tak langsung terlebih dahulu, guna membentuk karakter para buah hatinya.

"Anak-anak ibu sudah bangun? Sejak kapan, hm?" Baihee tersenyum senang menghampiri keranjang bayi kembarnya. Lalu menghujani mereka dengan ciuman bertubi-tubi.



To Be Continued

***

Aku stress ni tiba-tiba. Kaya lagi sibuk sama urusan pribadi. tapi aku gelisah karena ada yang nungguin ceritaku update. otokheeee?

Kaya kalau gak liat notif WP dan KK di email itu, ada yang kurang... tapi ya keteteran gitu. aishhh

Journey of HerWhere stories live. Discover now