S2 - Part 57

3.2K 569 64
                                    

Baihee menghela nafas. Meski pemilik tubuh memiliki sakit hati. Sesungguhnya sosok Mayleen tidak begitu memusingkan karena memang bukan dirinya yang tersakiti.

Hanya saja, melihat wajah Bai Rong yang dulu menyebalkan. Itu masih mampu memetik emosi Baihee. Apalagi Bai Rong sempat berniat menjadi selir sang suami.

Baihee bergeser untuk duduk semakin merapat pada Hongli. Terserah bila dirinya dikatakan tidak professional dan berwibawa saat ini. Lagipula Dreamland adalah miliknya mutlak. Mereka tidak suka. Maka, silahkan keluar.

"Apa kau lupa bahwa dia pernah berniat merebut suamiku? Aku susah payah mendepaknya tapi kau membawanya kesini." Delik Baihee menatap Bai Rong penuh permusuhan.

Bai Rong tersenyum kikuk karena memang dirinya sadar bahwa dulu dirinya begitu serakah.

"Aku kan sudah mendapatkan hukuman setimpal. Masa kakak masih tidak mau memaafkanku?" Cicit Bai Rong sembari memainkan jarinya.

Bila diperhatikan. Kini Bai Rong benar-benar bersikap seperti seorang adik yang takut pada kakaknya.

Baihee terdiam dengan mata menyipit.

Sejujur, Baihee kasihan juga. Namun rasa cemburu dan kesalnya masih lebih dominan. Dan jawaban Bai Rong, sebenarnya cukup berhasil mengusik hati nurani Baihee.

Benar. Hukuman yang Baihee berikan memang tidak sesederhana itu. Selain seluruh harta Bai Rong, dirampas. Golden Core Bai Rong juga dihancurkan sehingga dirinya kini sama sekali tak akan mampu berkultivasi.

Hidup di dunia ini tanpa kekayaan, kekuatan, dan kekuasaan. Sudah pasti akan didepak dan dikucilkan.

Dan seperti kata Qian Qu, yang tersisa dalam diri Bai Rong saat ini hanyalah otaknya.

Bai Rong yang merupakan seorang putri Raja pastilah mendapat pendidikan mumpuni meski tidak akan mendapatkan pembelajaran yang akan membuatnya melebihi harkat seorang laki-laki. Ingat bukan? Bahwa masih ada kesenjangan sosial di jaman ini.

Dengan kepintaran, kecerdasan, dan pengetahuan yang Bai Rong miliki. Dirinya cukup berguna untuk ditempatkan sebagai tenaga pendidik di Akademi.

Namun, apakah benar bahwa Bai Rong tidak akan membuat ulah?

"Dirinya sudah bersumpah darah. Bahkan sudah meneteskan darahnya pula untuk di segel. Apa yang harus kau khawatirkan?" Xuan Wu yang mendengar pikiran Baihee, memilih mendukung keponakan cantik dan penyabarnya, Qian Qu.

Xuan Wu, "lagipula, apakah kau lupa pada prinsipmu sendiri ketika membangun pulau ini? yakni kesempatan kedua bagi mereka yang terbuang. Ah dan tentunya selama memiliki 'nilai tukar'. Nah~ mantan putri ini kan mempunyai nilai tukarnya. Pengetahuannya. Manfaatkan saja. Saling menguntungkan untuk kedua belah pihak."

Baihee menoleh untuk menatap Hongli yang hanya diam. Suaminya memang tidak banyak bicara selain padanya. Hongli bagai sosok tak tersentuh orang lain.

Hongli membalas tatapan Baihee dengan alis terangkat. "Hm?"

Baihee masih tidak menjawab. Dan Hongli cukup tahu apa yang ada dipikiran istrinya itu. Meski kini dirinya tidak bisa mendengar pikiran Baihee. Namun ikatan keduanya masih terjalin begitu erat. Meski demikian, ingatkan Hongli untuk menanyakan perihal ini pada Xuan Wu nanti.

Hongli, "menurutku, apa yang dikatakan oleh nona Qian Qu itu benar. Lagipula adikmu tidak akan bisa macam-macam lagi sekarang. Dia akan langsung melebur ketika bahkan memiliki niat tidak baik itu."

Ucapan yang terkesan ringan, padahal Hongli tengah menyiratkan sedikit ancaman agar Bai Rong tidak akan mencoba untuk memiliki niat buruk.

Baihee menghela nafas kembali dan kini menatap Bai Rong yang menunduk. "Hei~ Adikku yang durhaka. Apa kau berniat berubah dari hatimu? Kau benar-benar menginginkan kehidupan yang baik tanpa niat terselubung akibat dendam padaku? Kau benar-benar ingin kehidupan baru disini?"

Journey of HerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang