Chapter 18: Trauma

11.9K 1.1K 85
                                    

Don't Like Don't Read

.

.

.

Warning! Penulisan EYD Kurang Tepat dan Typo Bertebaran⚠️

.

.

.

-Happy Reading-

•●•●•

16.00 PM

Hari demi hari berlalu, tidak terasa sudah tiga bulan Rafka bersama keluarga Leonardo. Rafka mulai terbiasa dengan kehidupannya saat ini, anak kecil itu perlahan mulai mengerti arti dari keluarga.

Ia mengerti bagaimana memberi dan menerima kasih sayang dari keluarganya. Seluruh keluarga Leonardo pun juga berusaha mengembalikan kehidupan Rafka seperti anak seusianya, meskipun Rafka memiliki masa lalu yang begitu mengerikan.

Grace sebagai seorang ibu yang hampir seiap hari menemani Rafka kini tersenyum ketika melihat perkembangan Rafka. Jika di bandingkan sebelumnya, Rafka kini sudah mampu berbicara dan berkomunikasi pada keluarganya meskipun tutur bahasa si kecil kadang masih membuat kedua orang tuanya dan para kakaknya kebingungan.

Rafka juga perlahan mengerti emosi yang ia rasakan karena Grace selalu membantu si kecil untuk memahami perasaanya ketika sedih, marah, senang, kesal dan berbagai emosi lainnya.

Namun ada hal yang masih membuat Rafka berbeda dari anak lainnya. Si kecil sulit mengungkapkan apa yang ia inginkan hingga mereka harus peka dengan apa yang di inginkan si bungsu.

"Baby Rafka mau apa, tunjuk barang yang ingin baby Rafka beli" ucap Grace sambil mendorong troli belanjanya, adapun Rafka kini duduk manis di troli belanja Grace dengan kaki pendeknya yang berjuntai dan bergoyang kesana kemari.

"Ada biskuit! Baby mau?" Kini Kenzo yang bersuara dan membuat mata bulat menggemaskan itu menatap ke arah dimana jari sang kakak menunjuk rak tempat berbagai merk biskuit bayi berjejer.

"Mau.." suara lucu Rafka membuat Kenzo dan Grace tersenyum. Mereka bertiga sedari tadi berputar di toserba untuk membeli kebutuhan sehari-hari, dengan niat lain juga ingin mengajak baby Rafka keluar.

Dari sekian banyaknya makanan, baru kali ini Rafka mengatakan 'mau' setelah berapa kali Grace maupun Kenzo menawarkan sesuatu pada si kecil.

Kenzo pun dengan semangat mengambil seluruh biskuit yang merupakan cemilan favorit si kecil. Grace bahkan hanya menggelengkan kepalanya.

"Terlalu banyak Kenzo" ucap Grace.

"Stok makanan untuk baby Rafka, karena sedari tadi tidak ada yang di inginkan baby selain biskuit ini" balas Kenzo.

Setelah itu, Kenzo dan Grace berjalan menuju kasir. Rafka terlihau suka ketika troi belanja itu di dorong oleh kakaknya.

"Bip...bip..bip.." suara lucu dan satu tangan Rafka bergerak seolah menekan klakson. Si kecil tengah berimajinasi kalau saat ini ia sedang mengendarai mobil seperti sang ayah atau keempat kakaknya ketika menjalankan mobil.

Cup

Dengan gemasnya Kenzo yang berada di belakangan Rafka mencium gemas pipi adiknya kemudian pria itu mendorong troli belanja tersebut sedikit lebih cepat hingga membuat Rafka semakin terlihat senang.

Semesta Rafka (END)Where stories live. Discover now