Father's Day [1/3]

763 83 3
                                    

01 November 2023.

"Apa bulan ini ayah nggak akan pulang lagi?"

Helaan napas dalam keluar dari belah bibir Amato. Pria berumur 53 tahun itu memijit keningnya. Mendengar pertanyaan yang sama untuk kesekian kalinya membuat Amato bimbang unuk menjawab.

Menjadi orang tua tunggal memang bukanlah hal mudah bagi Amato. Setelah perselingkuhan yang dilakukan sang istri pada 5 tahun lalu, Amato terpaksa mengemban dua tugas yang seharusnya mereka tanggung bersama.

Dirasa anak-anaknya sudah cukup umur untuk tinggal mandiri, pada akhirnya, Amato memutuskan untuk fokus saja pada tugas utamanya sebagai seorang ayah. Yaitu memberi nafkah untuk anak-anaknya. Membuat Amato terlalu sibuk bekerja dan bolak-balik luar negeri tanpa memikirkan ketujuh anaknya yang hidup tanpa pengawasan orang tua.

Katakanlah Amato egois, selalu berlindung di balik kata mandiri agar anak-anaknya tak terlalu merasa ditinggalkan. Namun sepertinya, kata-kata itu tak berlaku lagi untuk si sulung.

"Nggak, ayah sedang banyak pekerjaan. Maaf, Hali."

Jeda singkat terjadi setelahnya, "selalu begitu. Kapan sih ayah punya waktu untuk kami?"

"Ayah sibuk bekerja juga demi kalian. Apa kamu mau, kamu dan adik-adikmu hidup dalam kemiskinan?"

"Hali nggak masalah hidup miskin kalau itu bisa bikin ayah punya lebih banyak waktu buat kami. Ah, enggak, buat adik-adik Hali. Seengaknya ayah coba pikirin perasaan mereka, nggak usah pikirin Hali! Mereka kangen ayah! Mereka juga masih butuh didikan ayah!"

Nada si anak pertama mulai meninggi. Membuat Amato ikut tersulut emosi, "ayah sudah sering bilang ke kamu, mandiri! Gantikan peran ayah, dan didik mereka sebagaimana ayah mendidik kamu, Halilintar. Kamu itu paling tua, kamu harus bisa bantu ayah buat ngurus mereka. Bukan malah bikin ayah tambah pusing kayak gini!"

"Jadi Hali beban buat ayah?"

Amato terhenyak. Bukan itu yang dia maksud, "b-bukan gitu-"

Decihan terdengar di seberang sana. Mungkin anak sulungnya itu sudah muak berdebat dengannya. "Selama ayah masih ada ... Hali nggak akan pernah bisa gantiin peran ayah dalam mendidik mereka."

Tutt-

Telepon pun diputus sepihak.

✥✥✥

Halilintar meletakkan asal ponselnya di atas nakas. Tangan kanannya meremat kuat perut sebelah kanan yang terasa amat sakit. Organ hatinya bagaikan tengah dihujami ribuan panah tak terlihat.

Punya hati ngerepotin banget, sih!

Akibat perdebatannya dengan sang ayah tadi membuat emosi Halilintar naik. Dan itu tentu tak baik untuk liver-nya yang memang telah lama rusak.

LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang