Final Test

293 35 3
                                    

TW: Blood.

Katanya, tes akhir ini berbeda dengan tes sebelumnya.

Tes yang unik.

Tes yang sulit.

Tes yang ... menyenangkan.

Jauh dari kata monoton, ujian masuk terakhir sekolah menengah atas elit ini benar-benar menguji mental para pesertanya.

Bukannya mengerjakan puluhan soal di monitor, para calon peserta didik baru justru dihadapkan dengan berbagai macam permainan. Permainan yang harus dimenangkan.

Mereka bilang, SMA Putra Bina Karya hanya ingin memiliki murid berkualitas. Peserta didik berprestasi, cerdas, bijak mengambil keputusan, dan tentunya mampu bertahan dalam kondisi apapun.

Apapun ... termasuk kondisi yang membuat mereka harus berhadapan langsung dengan kematian.

»»——⍟——««

"Selamat pagi, para calon peserta didik baru."

Suasana kelas yang tadinya riuh kini terasa mencekam. Mereka semua menanti tes yang akan diberikan dengan harap-harap cemas.

"Saya Kirana. Saya yang akan menjadi mentor kalian selama pelaksanaan ujian."

Pukul 07.30. Wanita dengan stelan jas rapi dan surai merah terang itu sudah ada di kelas bersama seorang pria kekar sekitar 5 detik lalu. Jika dilihat-lihat, mereka ini berpenampilan seperti budak korporat. Dengan balutan kemeja, jas, sepatu hak tinggi dan kulit. Oh, jangan lupakan kacamata hitam yang bertengger manis di hidung keduanya. Dan kotak kosong transparan di tangan sang pria.

Eh, tunggu. Kotak? Untuk apa?

Wanita yang katanya bernama Kirana tadi melepas kacamata. Menampakkan kelereng merah sewarna mata miliknya, itu terlihat cantik dan bersinar akibat biasan cahaya matahari dari jendela, "disini, saya akan memberi arahan mengenai aturan yang harus kalian patuhi selama mengikuti tes."

Diambil alihnya kotak kosong transparan dari tangan si pria. "Peraturan harus dipatuhi oleh seluruh peserta. Siapa saja diantara kalian yang dianggap melanggar aturan akan dieliminasi."

Remaja yang duduk di pojok paling belakang mengangkat alis heran. Dieliminasi? Ujian apa sebenarnya yang akan mereka laksanakan disini?

"Mengerti?"

Seisi kelas bersorak. Kirana tersenyum manis, "aturan pertama, penggunaan alat teknologi seperti ponsel, laptop, dan jam tangan pintar tidak diperbolehkan. Saya beri waktu selama 10 menit untuk kalian mengumpulkan semua alat teknologi yang dibawa ke dalam kotak ini. Tenang saja, kalian tentu bisa mengambilnya kembali saat tes telah selesai," ujarnya seraya meletakkan kotak kosong transparan itu di atas meja guru.

Manik merah darah sang remaja menatap dalam ponsel ber-casing hitam miliknya. Sangat disayangkan benda ini harus disita, padahal ia telah berjanji pada sang bunda akan langsung memberi kabar jika ujian masuk ini sudah berakhir.

Namun jika peraturannya sudah seperti itu, apa boleh buat? Setelah melihat teman sebangkunya yang kembali duduk di kursi sebelah, ia berdiri dan membawa ponselnya masuk ke kotak. Bergabung dengan ponsel-ponsel lainnya.

Jemari lentik Kirana bergerak memasangkan rantai dan gembok pada tutup kotak. Seakan kotak itu berisi harta karun yang tidak boleh dibuka oleh sembarang orang.

"Kalian akan memainkan lima macam permainan yang berbeda. Baik itu permainan individu maupun kelompok. Peraturan kedua, kalian boleh melakukan apapun untuk menang dalam setiap permainan, termasuk bermain curang,"

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 20 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

LifeWhere stories live. Discover now