Sorry

749 62 6
                                    

TW: Murder, harsh word, little bit romance, death characters.

"Kalo aja dulu gue bisa larang lo nikah sama dia, mungkin kejadiannya nggak bakal gini, kak."

–Taufan Aryasatya.

»»——⍟——««

Taufan terbangun karena guyuran air yang membasahi wajahnya. Dia mengusapnya kasar kemudian mendelik kesal pada sang kakak yang berdiri berkacak pinggang dengan satu tangan memegang gayung.

"Lo kalo bangunin gue tuh bisa wajaran dikit nggak sih, kak?!" sebal Taufan.

Halilintar menaikkan alis, "siapa suruh lo tidurnya kek orang mati?"

Yang lebih muda berdecak. Taufan duduk di pinggiran kasur sembari memperhatikan tetesan-tetesan air yang menuruni rambutnya. Mengumpulkan nyawa.

"Jangan bengong! Mandi, sarapan. Terus jemur kasur lo sendiri!" ujar Halilintar sebelum beranjak pergi dari kamar Taufan.

Si biru mendengus. Tangannya bergerak mengaktifkan ponsel. Tertera tanggal 15 disana, seminggu sebelum akad nikah sang kakak dilantunkan. Taufan menghela napas. Ia tak rela Halilintar menikah, terutama dengan perempuan itu.

Pandangannya beralih pada jendela yang terbuka. Dia memang tak rela, tapi apa yang bisa dirinya lakukan? Jika kedua orangtua mereka saja sudah merestui pernikahan ini.

Mau tak mau, Taufan juga harus menerimanya.

Suara menggelegar sang bunda menyadarkan Taufan dari lamunan. Buru-buru ia masuk ke kamar mandi dan melakukan acara bersih-bersihnya. Menghampiri sang bunda, lalu menjemur kasurnya yang basah karena ulah Halilintar tadi.

Yah, sebuah hari yang biasa, di kehidupan Taufan yang biasa pula.

»»——⍟——««

"Kak."

Panggilan itu ditujukan untuk sang kakak yang tengah bersantai di sofa ruang keluarga. Sedangkan Taufan duduk di atas lantai. Panggilannya tadi tak kunjung mendapat jawaban.

Makan malam baru saja selesai. Saat ini mereka berdua tengah bersantai di ruang keluarga. Sedangkan orangtua mereka sudah duluan masuk kamar.

"Kak Hali!" panggil Taufan kedua kalinya. Namun Halilintar tetap tak menjawab.

Taufan pun menoleh ke belakang, dan menemukan Halilintar yang sedang asik musikan. Kedua telinganya tersumpal earpods dengan mulut Halilintar yang bergerak menggumamkan lirik lagu.

Jika seperti itu, maka sampai kiamat pun panggilan Taufan tak akan dijawab. Jadi Taufan berinisiatif menarik kasar salah satu earpods. Membuat atensi Halilintar berhasil teralih pada Taufan. Terbukti dengan si empu yang kini mendelik kesal padanya.

"Ck, apaan sih, Fan?! Balikin nggak!"

Si adik segera memasukkan earpods yang digenggamnya ke dalam saku celana, "eits, tunggu dulu! Gue mau ngomong serius sama lo."

Lifeजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें