02. Hate, maybe

146 15 1
                                    

TW: BULLYING

***

Bel berkumandang kelewat merdu, menandakan pelajaran matematika telah usai. Seluruh siswa-siswi bersorak ria sembari merenggangkan tubuh mereka. Matematika ... Pelajaran yang kerap dianggap sebagai musuh dunia. Semua murid menganggap demikian. Kecuali salah satu murid yang kelewatan cerdas. Olive Renderic.

"Olive, masih nggak pahaaaammm," keluh manja dilontarkan oleh Laluna. Sahabatnya-Kaleesha, hanya bisa mendengus gusar melihat tingkah Laluna yang kelewat memalukan.

"Kapan-kapan ajarin gue ya, Live!" seru Aster dengan nada mayor riang. Kaleesha semakin dibuat mengernyit. Mengapa kedua sahabatnya sangat gencar mendekati Olive? Apa posisinya akan digantikan?

"Hehe, gue juga dong, Live," persetan dengan pemikirannya barusan, Kaleesha malah ikut-ikutan. Karena, ia tidak mau munafik, toh, ia memang masih belum paham.

Olive terkekeh geli melihat kelakuan ketika insan tersebut. Ia hanya bisa mengacungkan ibu jarinya ke udara, pertanda gadis itu mengiyakan segala tawaran yang baru saja diberikan.

"Lo tuh pinter banget Live, makannya apasihh?" tanya Kaleesha gemas.

Olive mengulum bibir sebentar. Tampak semburat merah menghiasi pipinya, sangat manis. “A-ah aku nggak pinter kok.... "

Aster terkekeh, "Cie, salting,"

Yang digoda hanya bisa membelalakkan mata, sembari mengernyit dan menganga. Wajahnya seakan berkata; "Apasih, enggak ya!"

Ketiga insan yang mengerubungi Olive sontak tertawa. Olive itu kepribadiannya unik. Murni polos, pintar, dan juga gampang tersipu. Sangat menggemaskan, ya? Sayang, caranya berpenampilan terlalu kaku. Sehingga para pria enggan meliriknya.

Toh, urusan percintaan juga tidak begitu penting bagi Olive.

"Emang kalian nggak ngertinya di bagian mana?" tanya Olive penasaran. Ketiga insan itu saling tatap, setelahnya, dengan kompak mereka bertiga menjawab;

"Semuanya."

Olive sontak terbelalak. Mulutnya menganga sempurna, kelewat kaget. Bahkan lalat hampir memasuki mulut Olive yang masih setia menganga. Namun dengan cepat, Olive mengatupkan mulutnya.

"Ih Oliveee, kita kan nggak sepinter kamuuu, wajar laahhh." Laluna mengamit tangan Olive dengan manja. "Ajarin kita yaaa? Yaa? Yaa? Olive-sunbaenim,"

Laluna itu memang hiperbolis. Untuk apa memanggil Olive dengan embel-embel sunbaenim? Itu kan panggilan untuk senior! Olive sendiri kedudukannya masih sama dengan mereka.

"Apasih Lun, stop lebay! Jijik gue liatnya." Kaleesha bergidik ngeri, disusul dengan Aster yang berpura-pura muntah.

Masa bodo, Laluna masih setia bergelayut manja dengan Olive. Mereka tampak seperti pasangan yang baru memadu kasih. Menjijikan sekali, pikir Kaleesha. Tidak bohong, Kaleesha sekarang mendekap dirinya sendiri karena merinding.

"Iya, kapan-kapan aku ajarin kalian," final Olive, ketiga insan itu langsung melompat girang.

"KAMSAHAMIDA OLIVE-SUNBAENIM!" seru Laluna dengan suara cempreng dan tubuh yang dibungkukkan (seperti cara berterimakasihnya warga Korea)

"Asik, Sha. Gue bakal jadi sepinter apa ya kalo diajarin sama Olive." Aster berlagak sok, ia menyeringai timpang dengan wajah yang dibuat-buat agar terlihat keren.

"Halah, otak lo kan mampet! Mau diajarin sampe kiamat juga nggak bakal nangkep," seru Kaleesha dengan jengkel.

Aster memanyunakan bibir, kini wajahnya ia buat-buat sedemikian rupa agar terlihat imut. Bukannya imut, malah terkesan menjijikan.

If i lost my serendipity [JANGKKU]Where stories live. Discover now