05. Blame the destiny

75 12 1
                                    

***

Angin malam kala itu berdersir kencang. Rambut panjang Kaleesha yang indah terhempas-hempas. Pasir-pasiran yang Aster beli di pet shop Kaleesha pijak. Mereka bertiga ini ceritanya mau buat MV dengan latar pantai. Tapi yaa ... Mereka terlalu malas untuk pergi langsung ke pantai (faktor lainnya karena uang mereka yang sedikit). Jadinya mereka set up Jakarta semirip mungkin dengan Maldives. Dengan komponen murahan seperti pasir pet shop, green screen, dan pohon palem berbahan plastik.

Konsep MV-nya tersusun rapi. Ceritanya, seorang perempuan telah mencintai sahabatnya selama bertahun-tahun. Perempuan itu menganggap sang sahabat adalah serendipity. Maka, perempuan itu tidak rela untuk melepaskan sahabatnya. Namun, perempuan itu mendapatkan fakta bahwa sahabatnya berkencan dengan wanita lain.

Kaleesha berperan menjadi perempuan yang memiliki nasib mengenaskan itu. Aster berperan jadi sosok lanang yang diincar dua wanita. Sedangkan Laluna, ia berperan menjadi kekasih Aster. Jujur saja, Kaleesha tidak terima ia yang paling tersakiti!

"Gakpapa, Kal. Muka lo ngenesin soalnya." Laluna mengelus punggung Kaleesha, agar sahabatnya itu bisa merasa lebih lapang dada. Bukannya lapang dada, Kaleesha malah naik pitam.

"NGENESIN PALELU." Kaleesha melempar pasir-pasiran ke arah Laluna.

"Berisik lo, Kal. Ayo shooting lagi. Lo ceritanya bawa buket bunga, terus buket itu lo taro di meja bunder yang ono," Aster memberi instruksi dengan jelas. 90% konsep karya mereka itu Aster yang pikirkan. Tak heran, Aster sudah khatam dengan seluk-beluknya.

Sungguh, Laluna sangat berterimakasih kepada Aster, karena telah menyelamatkannya dari terkaman maut Kaleesha.

Kaleesha bangkit dari posisi nyamannya. Ia mengambil buket bunga daisy, berjalan anggun menuju meja mundar, dan menaruh buket itu di meja bundar. Setiap gerakan Kaleesha tak luput dari sorotan kamera Aster. Sip! MV mereka nyaris selesai.

"Next. Lun, lo berdiri di sana, deket pohon palem." Aster memboyong Laluna ke area yang penuh dengan pasir. Aster menyandarkan tubuh Laluna ke pohon palem berbahan plastik. Laluna juga diberikan kain putih penutup wajah oleh Aster. Bagus, kini Laluna persis sekali seperti kuntilanak.

"GUE KOK DIPAKEIN GINIAN!?" Laluna tantrum. Pekikannya menggelegar hingga kutub utara. Duh, Aster dan Kaleesha jadi kelimpungan sendiri.

"Lo nggak usah teriak dong. Cosplay jadi tarzannya kapan-kapan aja! Sekarang serius dulu," pinta Aster dengan air muka pasrah. Merawat macan betina seperti Laluna memang merepotkan.

Kini Laluna tak membalas. Gadis itu sudah mulai tunduk (walau terpaksa). Tapi, kalau dipikir-pikir, jadi kuntilanak tak seburuk itu.

Kaleesha memutar lagu yang sudah selesai proses rekamannya. 'If i lost my serendipity' mengalun dengan indah di tengah-tengah mereka. Sajak demi sajak yang mereka buat, rentetan nada yang mereka susun, terdengar berpadu manis dengan balutan genre ballad. Suara Laluna di rekaman itu sangat halus. Seakan mampu memberkati sekujur jiwa.

"Even if you gave me thousand reasons, i still cannot believe what you said,"

"You make my heart spinning like carousel. But, you broke that carousel cruelly,"

"She's so perfect, it might be the reason why you love her,"

"But i'm the one who understand you, baby. I'm begging you, please, love me as hell too,"

"Cause i already lost my serendipity,"

Aster dan Laluna berpelukan di bawah sinar rembulan pantai, sesuai dengan script yang telah Aster buat. Sementara Kaleesha menyorotnya dengan kamera. Hingga akhirnya, seluruh adegan yang ada di script telah mereka laksanakan. Kaleesha tersenyum puas. "Cut!" kata gadis itu.

If i lost my serendipity [JANGKKU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang