11. Cangkir Dingin

6.3K 723 19
                                    

.

.

.

Galaxy udah sampe di perkarangan rumah seseorang, Dia turun dari mobilnya dan nyamperin Langit yang masi dalam keadaan pingsan.

Dia buka sabuk pengaman Langit dan gendong langit untuk masuk ke dalam rumah.

Pas udah sampe, ada pria paruh baya yang nunggu di ruang tamu, dirinya membaca koran sambari minum kopi panas.

Saat melihat anaknya pulang dengan menggendong seseorang, dia langsung tersenyum lebar.

"How fast" Galaxy mengangkat bahunya acuh. Dia langsung menuju kesebuah kamar dan menidurkan Langit disana.

Diikuti pria tadi, sekarang hanya mereka bertiga disatu ruangan yang tertutup. "Kerja bagus, boy" Galaxy duduk di pinggiran kasur menatap Langit yang masih memejamkan mata.

"Oh~ Ini Langit?" Pria itu mendekat.

"Jadi ini rupa anakku?" --Steven Gloryous Adinata, Suami Miyara dan ayah kandung Langit, mengelus pelan pipi dan bibir Langit.

Setelah melakukan rangkaian tes DNA dengan rambut yang di bawa Galaxy tempo hari, kini dia merasa yakin bahwa anak yang saat ini tengah tidur adalah anak kandungnya.

"Kau harus membayarku, pak tua" Galaxy melepaskan tasnya. Ia berada di kursi meja belajar miliknya dengan tumpukan dokumen yang memiliki wajah Langit di atasnya.

"Whatever you need"

-

Terhitung beberapa jam telah berlalu, kini langit malam mulai menghiasi kota.

Langit mulai bangun karena efek obat bius itu sudah mulai hilang. Hal pertama yang ia lihat adalah dada dengan balutan seragam.

Langit yang kaget segera bangun dan malah ia merasakan pening di kepalanya.

Sepertinya tekanan darahnya rendah.

"are u okay boy?" Seseorang yang Langit tidak kenali menahan tubuh Langit agar tidak jatuh.

Langit mengangguk "Terimakasih"

Galaxy, pelaku yang tidur di samping Langit pun turut terbangun.

"Huh? Gala?! " Langit baru ingat terakhir kali dia masih bersama Galaxy.

Langit agak waspada, ini bukanlah rumahnya.

"Gala, kita dimana?" Galaxy duduk dan menatap Langit lamat.

"Ini rumahmu" Jawaban Galaxy membuat otak Langit tak berfungsi untuk sementata.

Dirinya masih memproses segala sesuatu pada hari ini "Ngga Gal, ini bukan rumah gue" Langit menyandarkan tubuhnya pada tembok dekat dengan kasur.

Kepalanya yang pening membuat otaknya semakin lambat. "Hey... are u okay?" Pria yang tidak di kenali Langit mencoba memegang lengannya yang sedang memijit bagian kepalanya.

"Om, sorry. Gue emang gagu kalau omong sopan, tapi beneran bilang sama anak lo kalau ini bukan rumah gue" Langit mengeklaim bahwa pria di depannya ini adalah ayah Galaxy.

"Langit, dia... orang yang ada di hadapan lo itu ayah kandung lo" Galaxy berdiri dan menghampiri Langit yang nampak membeku.

Sedangkan Steven, memasang wajah ramahnya.

Langit langsung menatap tajam Steven. Jadi dia ayahnya?

"Oh... jadi lo suami bunda gue?!" Langit nampak maju dan memindai pria yang masih mempertahankan senyum ramahnya.

"Untung aja ya bunda udah pisah sama lo" Walaupun Langit tidak tau kronologi nya seperti apa, tapi saat membahas 'ayah' dia teringat wajah sedih Miyara.

"Tapi ganteng co" Jiwa Abi yang fundan ga bisa menerima kenyataan ini.

"Langit kenapa ngomong gitu" Steven maju untuk mengelus kepala anaknya tapi hanya hindaran yang ia terima.

"Gal anter gue pulang" Tanpa mengindahkan Steven, Langit meminta Galaxy untuk mengantarkan dia kembali pada Miyara.

"Tapi Lang, ini rumah--" Langit menetralkan nafasnya.

"Ini bukan rumah gue, dan ini batas kesabaran gue Gal. Kalo emang lo bener-bener ga mau nganterin gue, gue jalan kaki sekarang" Galaxy dilema.

Sedangkan Steven yang juga mengerti akan situasi anaknya memilih untuk diam.

"Gue ga peduli dia bapak gue atau bukan. Tapi yang pasti bapak gue udah ga ada. Gue cuma punya bunda" Tegasnya sekali lagi.

"Entah apapun alesan lo biar gue nerima semua ini, gue ga bakal bisa nyembuhin hati bunda yang disakiti sama orang ini" Langit menunjuk Steven dengan telunjuknya.

"Lo pilih sekarang, lo nganterin gue pulang atau gue pulang sendiri" Galaxy menghela nafas pelan.

"Okay, fine" Lalu mengambil kunci mobilnya.

Steven menatap sendu Langit yang mulai menjauh dari pandangannya. Mungkin ia hanya perlu sabar untuk Langit menerima ini semua.

Galaxy duduk di kursi pengemudi dan Langit berada di kursi belakang.

Terlalu rumit menjelaskan masalah ini.

Bagaimana jika nanti bundanya tanya. Ia harus jawab apa?

Ia juga melihat Steven dibalik jendela rumah besar itu yang sedang mengintip mobil yang ia tumpangi.

Galaxy melajukan mobilnya saat sepersekian detik hening "Lang, gue--" Ia melihat kaca yang menampilkan Langit sedang melihat hujan di luar lewat kaca mobilnya.

"Gue adek lo" Perkataan itu sungguh tak membuat Langit menaruh perhatian kepadanya.

Galaxy adalah anak dari istri keduanya Steven. Ibu dari Galaxy kini sudah tiada.

Alasan Miyara menggugat cerai suaminya adalah karena Galaxy.

Saat itu dia masih memiliki putra bernama Langit yang baru berusia 1 tahun.

Steven ketahuan selingkuh dan memiliki anak dari wanita lain yang bahkan umur anak itu tak jauh berbeda dari Langit.

Dikatakan bahwa Ibu Galaxy dan Steven adalah sahabat dekat.

Penyebab ibu Galaxy tiada adalah karena penyakit Leukimia yang dia derita.

Permintaan terakhir dari sahabat adalah memiliki seorang anak dengan orang yang ia cintai, yaitu Steven sendiri.

"Gue tau lo marah and maybe sedih liat situasi ini" Galaxy menahan nafasnya sejenak.

"But... please, terima kehadiran Papa buat kali ini aja Lang" Langit memejamkan matanya.

"Gue bahkan gatau harus bersikap apa di depan orang itu" Yang dimaksud adalah Steven.

"Gue yang ga terbiasa, dan selalu liat bunda sedih karena dia... gue gatau Gal, gue ga bisa" Langit sudah tak mau melihat hujan lagi.

Abi ingat ini scene bab pertengahan.

Mungkin saat di dunianya dia juga tak memiliki seorang ayah, ia jadi canggung saat berurusan dengan manusia ber title ayah itu.

"Lang, gue... boleh panggil lo kakak? "

.

.

.

Bersumbang

Next Hint: POPDA

Favorite Tritagonis [End]Where stories live. Discover now