17. Menolong Bunda

5.4K 673 39
                                    

.

.

.

Langit dari tadi udah sepet banget mukanya. Iya si dia juga kasian sama bapak-bapak yang ngaku ayahnya ini udah terbaring ga berdaya.

Galaxy juga cuma ngulas senyum pas liat Langit jenguk ayahnya.

Padahal kan ini akal-akal an ayahnya biar deket sama Langit. Dan kalo beruntung juga jadi deket sama Miyara.

"Apa lo liat-liat" Langit aja sama orang sakit tetep galak.

Galaxy cuma nahan ketawa.

"Udah lama disini boy?" Langit cuma mendengus pelan.

"Udah, mau apa lo?" Tuh kan sensitif banget.

Steven cuma gelengin kepala pelan "Padahal tadi mau ku kasih chiki. Tapi galak gitu, ga jadi deh" Langit langsung memincingkan matanya minta kebenaran.

Galaxy dengan sengaja membuat keributan dengan gesekan plastik di tasnya. Langit langsung noleh terus menghampiri dia. "Mau" Tangan kananya mengadah.

Steven tak kuasa menahan tawanya. Dia tertawa melihat tingkah anaknya. "Bilang sayang papa dulu" Steven melihat ke arah Langit yang masih tidak diberi chiki.

Terus dia nengok ke arah Steven "Langit sayang papa, sayang banget ya kan sayangg" Sayang chikinya aja sih.

Terus Galaxy juga jail "Panggil gue adek dulu terus minta yang bener" Langit manyun aja, dia seperti dipermainkan.

"Adek Gala, kakak minta chikinya ya?" Muka Galaxy memerah sampai telinga.

"Iya kak" Galaxy terus kasih chiki tak lupa dia mengecup pipi kakaknya.

Langit cuma fokus sama cemilan ditangannya.

Dia terus makan itu jajanan. Lumayan dapet jajan mahal gratis.

"Tante mana kak?" Langit menelan.

"Ada, lagi kerja" Steven yang mendengarnya sontak merasa kesal.

Harusnya jika Miyara masih disisinya, dia tidak perlu repot-repot kerja dan hanya duduk manis dirumah dan dia akan membiayai seluruh kebutuhannya.

"Mau gue panggilin?" Langit udah nempelin benda pipih itu di tangannya.

Terlambat.

Galaxy yang tidak sempat menolak nya malah mendengar suara Miyara masuk ke indra pendengaran nya.

"Bun, ada yang mau ketemu nih. Di kamar mawar no 27"  Betul saja, ini rumah sakit tempat dimana Miyara bekerja.

Terus ada kernyitan heran.

"Iya" Begitu jawabnya.

Sambungan telfon terputus. Dan Langit lanjut makan chikinya.

Sedangkan dua orang tadi membeku di tempat.

Galaxy yang tidak siap untuk memperkenalkan dirinya yang merupakan anak tirinya.

Dan Steven yang masih belum cukup mental untuk menghadapi Miyara.

Kedua orang itu larut dalam pemikirannya.

Sedangkan si pelaku tengil memilih untuk menonton televisi dan bersantai.

Tak lama setelah itu,

"Permisi" Miyara datang dengan tas kerjanya. Ia hari ini shift pagi, oleh karena itu dia pulang di malam hari.

Miyara membeku di tempat.

Tatapannya dengan Steven menubruk lama. Ia kehabisan kata-kata di situasi saat ini.

"Bun!!" Langit yang panggil membuyarkan lamunanya. Segera Miyara datang kepada Langit.

"Pulang ya sayang. Capek kan?" Miyara mengelus dahi Langit yang keringetan.

Langit menggeleng "Ada chiki, bunda mau? Maaf ya Penyu ga bisa nahan godaannya" Miyara sudah menduga.

Anaknya diberi sogokan jajanan.

Miyara menghela nafasnya pelan. "Pulang yuk" Langit cuma manyun.

"Pa, snacknya tak bawa pulang ya?" Baru kali ini Steven mendengar tutur kata lembut dari bilah anaknya.

Steven lantas tersenyum dan mengangguk sebagai jawaban.

Sedangkan Miyara mematung. Jadi Langit sudah tau? Bahkan sudah sedekat itu untuk memanggilnya 'papa'

"Ayo bun" Miyara yang melamun langsung terkaget.

"Penyu duluan ke parkiran ya? Nanti bunda nyusul" Langit mengangguk.

Dia memakai jaketnya dan langsung menuju parkiran RS.

Di koridor aja belum sepi, dia jadi lega setidaknya ada beberapa orang yang lewat di penglihatannya.

Sedangkan di ruangan Steven.

"Mau mu apa si mas?" Miyara bersedekap dada. Sedangkan Steven duduk dari acara tidurnya.

Melepas infus dan meregangkan ototnya. Iya kan? Sudah kubilang ini akal-akalan.

"Deket sama anak kita... ?" Sedangkan Galaxy masih berdiri di ambang pintu, menjaga agar Langit tidak masuk kedalam.

"Udah ya mas, kita engga ada hubungan apapun. Jadi stop berusaha deket sama Penyu" Steven memandang nya sendu.

"Sorry for everything's Miy, aku juga banyak salah sama kamu" Steven menghela nafasnya.

"Tapi itu engga seperti yang kamu kira" Galaxy terdiam. Ini semua adalah karenanya.

"Aku udah maafin kamu bertahun-tahun yang lalu mas, tapi untuk deketin anakku, kamu engga punya hak" Miyara menatap Galaxy.

Awal ketemu dengan Galaxy, dia seperti tidak asing dengannya.

Dan pada akhirnya dia mengerti bahwa Galaxy adalah anak selingkuhan mantan suaminya hari ini.

Dia menghela nafas pelan "Ngga usah berharap untuk Penyu ada di lingkungan mu, aku ga mau dia menderita kayak aku dulu"

"Apapun mas, aku berikan apapun itu. Tapi untuk Penyu, ga akan pernah dan sampai kapanpun Penyu cuma milikku"

Miyara yang mengingat perjuangannya masuk kampus dengan satu nyawa di perut hanya demi mendapatkan sebuah tanda tangan dosen, membuat air matanya luruh.

Bahkan sang suami saat itu masih berkata 'sibuk' untuk sekedar mengantarnya.

"Kamu, secuil pun bahkan hanya sehelai rambut pun, kamu ngga punya hak untuk menyentuh Penyu" Dirinya kepalang buta dengan masa lalu.

Steven mendekat dan memaksa untuk memeluk Miyara yang memberontak di dekapannya.

"Aku minta maaf Miy, aku bener-bener bukan suami ataupun ayah yang baik. Untuk itu, tolong berikan aku kesempatan untuk merubahnya" Miyara menangis.

Dia tidak kuasa untuk berdiri lagi.

Luka lama yang mulai sembuh malah hari ini tergores.

Badannya di topang penuh oleh laki-laki yang dianggapnya brengsek sejak dulu.

Galaxy yang paham situasi memilih untuk menyusul Langit.

Dirinya tergesa-gesa dan tidak mau melihat ini lagi. Karena demi apapun, dia merasa bersalah dilahirkan di dunia.

Karena kelahirannya, keluarga Langit yang bahagia hancur.

"Ayo kak, adek anterin" Langit yang jongkok tiba-tiba berdiri karena kaget.

"Apa sih? Geli tau ga!!" Galaxy cuma mengulas senyum kecil.

.

.

.

Bersumbang.

Next Hint: Mama Melvin.

---

smgt tiga lagi end!!

Favorite Tritagonis [End]Where stories live. Discover now