Chapter 104 ♗

207 27 7
                                    

Di titik yang sama dengan titik yang waktu itu dimanfaatkan Frey untuk mengumpulkan para ksatria dan mage yang akan pergi ke Arlern. Dylan, Wistar dan Oza serta Zia sudah siap sedia untuk berangkat ke tempat yang sudah mereka tetapkan. Oza dan Zia duduk di tangga, Dylan berdiri bersandar pada pilar kanopi, dan Wistar berdiri di sampingnya dengan kedua tangan di belakang punggung tanpa sedikitpun mengganggu Dylan tidak seperti biasanya. Dylan mulai ingin menanyakan apa sebenarnya yang salah setelah sebelumnya dia terus mengabaikan keanehan Wistar berpikir anak itu cepat atau lambat juga akan kembali ke dirinya yang biasanya. Tapi Wistar rupanya masih dengan gerak-gerik anehnya bahkan hingga detik ini. Dan belum sempat Dylan mendampratnya tentang itu, Valias sudah lebih dulu muncul didampingi Frey, Alister, dan juga Edgar di sebelahnya. Dylan menutup rapat mulutnya.

"Kalian sudah siap?" Valias menyapa dengan senyuman miliknya.

Oza menggerutu. "Jika tidak kita tidak akan sudah di sini."

Valias tersenyum. Menoleh pada Edgar. "Tuan Mage Edgar. Anda sudah bisa pergi dengan mereka sekarang."

Edgar mengangguk. Menyiapkan mantranya untuk kepergian ketiga orang itu beserta dirinya.

Kini Valias menoleh pada yang menjadi satu-satunya yang tersisa. "Zia."

Zia menoleh padanya. Kali ini Valias bisa melihat bagaimana rupanya dengan jelas. Seorang anak gadis yang manis. Rambutnya hitam pendek, agak kikuk mengetahui kini dirinya hanya sendirian bersama orang-orang yang tidak akrab dengannya, dan Oza yang biasanya selalu ada bersamanya kini pergi ke tempat lain. Tapi anak itu tampak memberanikan dan menguatkan dirinya agar tidak terlihat gugup seperti seekor kelinci.

"Ikut denganku." Valias mengajak anak itu. Gadis itu lalu berdiri dan dengan menurut melangkah mendekati Valias.

Alister melihat bagaimana menggemaskannya Zia, tersenyum sebagaimana seorang kakek tua yang melihat lugunya seorang anak kecil. Frey melangkah lebih dulu untuk menjadi orang yang memandu ketiga orang lainnya ke lokasi ruang kerjanya. Di situlah mereka akan menunggu, dan memantau mereka yang pergi ke lokasi yang berada jauh dari Hayden.

Frey menempelkan matanya pada Valias. Valias bisa merasakannya. Bertanya. "Ada apa?"

"Aku sebelumnya tidak menanyakan ini karena mereka ada di sini," kata Frey. "Tapi, kau yakin membuat mereka pergi tanpamu? Seperti yang kau bilang, kau lah yang paling tau tentang benda-benda itu. Aku tidak habis pikir kau membuat keputusan ini."

Valias bicara terus terang. "Aku merasa aku membutuhkan beberapa hari untuk istirahat. Tapi membuat beberapa hari berlalu begitu saja tanpa melakukan apapun juga terasa terlalu membuang-buang waktu. Jadi aku membuat mereka menggantikanku."

Frey melongo. "Kau kelelahan?"

"Tidak terlalu," jawab Valias. "Aku hanya merasa aku bisa libur sedikit."

"Aku akan meminta Kalim membawakan racikan itu."

Valias tidak merasa itu sesuatu yang perlu ditolak. "Saya akan menerimanya."

"Lalu, setelah 'liburan' ini, kau akan kembali pergi sendiri?" tanya Frey.

Valias bergumam mengiakan.

"Akan dengan siapa kau pergi?'

"Kei, dan Nona Vetra."

Frey memikirkan tanggal hari penobatannya, lalu dia jadi bertanya. "Hei Valias. Kapan hari ulang tahunmu?"

Valias tercenung. Dia menunggu Norra memberitahunya.

Tapi sebelum Norra benar-benar menjawab Alister sudah lebih dulu menjawab untuknya. "20 Ocbert, Yang Mulia. Saya rasa Tuan Muda Valias benar-benar tidak peduli tentang itu dan jadi melupakannya," dia tersenyum hingga kedua matanya menyipit.

[HIATUS] Count Family's Young Master 백작가의 젊은 주인Where stories live. Discover now