09. i say fuck it when i feel it

393 40 8
                                    

"Kau sudah gila, Lisa?!" Suara Nash meninggi.

Setelah tur selesai, keempat orang tersebut berkumpul di kamar Nash untuk rapat. Belum sempat Will menutup pintu, Nash langsung menghampiri Lisa dengan marah. Suasana menjadi tegang.

Mata Lisa menyipit. Ia menyahut dengan suara sinis. "Apa salahku? Aku hanya mengoreksi hal buruk yang dia katakan tentang rumahnya sendiri. That bastard was being disrespectful. He is a piece of shit!"

Tidak ada yang mengira Sehun masih menutur tim untuk melanjutkan tur. Meski ia tidak banyak berbicara dan membiarkan Dae menjelaskan, tetap saja Sehun memberikan komentar-komentar sinis yang membuat amarah Lisa tidak tertahankan. Entah berapa kali keduanya terlibat perdebatan sengit yang membuat situasi menjadi canggung.

Keduanya berdebat tentang hal-hal yang dikatakan Dae. Memperdebatkan koleksi pakaian di ruang penyimpanan, debat tentang bagaimana Jusan menjalankan pemerintahan, dan banyak hal lainnya. Anehnya, Lisa-lah orang yang membela dan mengatakan hal baik tentang Jusan, sementara Sehun terus mengatakan hal sebaliknya.

Saat Sehun menyinggung pekerjaan Lisa dan teman-temannya dengan mengatakan pekerjaan mereka terlalu mudah dan tidak begitu penting, Lisa jelas naik pitam.

"Hanya orang-orang tidak punya kesibukan yang mau membaca kabar tentang selebriti dan keluarga kerajaan." Sehun berkomentar. "Orang-orang yang hanya bisa berandai-andai dan membayangkan hidup mereka seperti fiksi yang ditulis di media."

"Excuse me?!" Suara Lisa naik. "Kami tidak menulis fiksi, Your Highness. Jurnalis punya kode etik yang harus dipatuhi. Apa yang kami beritakan tentu saja berdasarkan fakta."

"Kalau begitu, kurasa kalian kurang meriset topik berita kalian," sahut Sehun dengan suara datar, meski tatapannya melihat Lisa sinis.

Lisa hendak menghampiri pria itu dan menghajarnya, tapi Will dan Naomi menahan lengannya. Semua orang langsung merasakan atmosfer permusuhan di antara Sehun dan Lisa. Nash memijat kening dan menggeleng pasrah. Hal itu membuat Lisa kembali meredam emosinya dengan susah payah. Ia tidak mau merugikan teman-temannya.

Perdebatan keduanya berakhir saat seorang pengawal kerajaan berbisik pada Dae. Kemudian Dae mengatakan pada Sehun kalau raja memanggilnya. Pria itu segera saja meninggalkan tempatnya, membuat semua orang bisa bernapas lega dan melanjutkan kembali pekerjaan mereka.

Kembali ke kamar, Nash masih berdiri dengan emosi tinggi di hadapan Lisa. Tidak kalah naik pitam, Lisa berdiri dengan dada membusung menghadap Nash. "So what?! Bukan berarti kau bisa bertingkah semaumu dan mencari ribut dengan seorang pangeran." Nash berseru membalas Lisa. "Bagaimana kalau dia membuat kita diusir dari sini? This is his fucking house. For fuck sake if he orders us to bark, then we'll fucking bark."

Lisa mencibir dan mendorong bahu Nash. "Aku bukan penjilat. Pekerjaan kita di sini resmi dan mereka sendiri yang mengundang kita. Kita ini tamu, bukan orang asing yang mencari suaka."

"Guys, calm down." Naomi menengahi. "Tur tadi memang sedikit kacau, tapi setidaknya kita punya semua bahan yang kita butuhkan untuk hari." Gadis itu lalu melirik ke arah Will. "Will? You got everything you need?"

Mengangguk satu kali, Will menyahut, "Ya. Kurasa sudah cukup materi yang kukumpulkan."

"See?" Naomi bersuara lagi. "Ayo kita fokus ke pekerjaan selanjutnya. Jangan biarkan Sehun atau siapapun memperlambat kita. Kita hanya punya waktu satu minggu."

Mencoba meredam amarahnya, Lisa mengangguk dan menghampiri Naomi yang sudah membuka laptop di meja kerja. Nash duduk di sofa dekat jendela, masih mencoba menurunkan emosinya juga. Suasana masih terasa tegang dan canggung. Will bergerak menghampiri Nash, mencoba menenangkan rekannya.

Treasure You | hunlis (YOU SERIES BOOK 3) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang