☘️03☘️

902 117 21
                                    


💜~ Happy Reading ~💜





Waktu masih menunjukkan pukul sebelas siang. Satu jam lagi menuju makan siang, tetapi perut Taehyung sudah bergemuruh meminta diisi. Pekerjaannya terlalu tanggung untuk ditinggalkan. Pria Kim itu bermaksud menunda laparnya satu jam ke depan.

Semakin waktu berjalan, gelegar bunyi perutnya malah semakin berisik. Terpaksa, Taehyung harus menyuruh Gyumin membelikannya makanan cepat saji sebagai pengganjal perut.

"Gyumin-ssi, tolong belikan aku burger. Datang dalam waktu lima menit, aku kelaparan!" Perintah Taehyung seenaknya, setelah menghubungi Gyumin.

Taehyung menaruh ponselnya. la berniat melanjutkan kembali pekerjaan. Fokusnya dibuat-buat. Sebab Taehyung sebenarnya tidak bisa bekerja saat perutnya dalam keadaan kosong.

Biasanya tidak seperti ini. Biasanya baik-baik saja sampai jam makan siang, walaupun dirinya tidak pernah sarapan.

Sepuluh menit berlalu, Gyumin belum juga muncul. Apa ancamannya kurang tegas tadi?

Taehyung menyenderkan badannya ke sandaran kursi sembari mengembuskan napas berat. "Hah, lapar sekali." Keluh Taehyung.

Sekitar setengah jam kemudian, Gyumin datang membawa bingkisan berisi pesanan sang atasan. "Tuan, maafkan saya karena telah membuat anda menunggu lama."

"Hm. Mana makananku!"

Gyumin menaruh paper bag berukuran kecil itu di meja Taehyung.

"Kau boleh pergi!" Usir Taehyung.

"Eeh, tuan-" Panggil Gyumin menggantungkan bicaranya.

"Apalagi?" Taehyung yang sudah lapar berat merasa kesal telah diganggu.

"Itu...apa anda benar-benar tidak ingin memakan bekal dari istri anda? Bolehkah saya mengambilnya?" Tanya Gyumin ragu-ragu.

Seketika pergerakkan Taehyung yang tengah membuka kemasan burger itu terhenti. "Aku tidak peduli. Ambil saja!" Jawab Taehyung masa bodoh.

Wajah Gyumin langsung cerah.  "Ah, baiklah. Terima kasih, tuan."

"Tunggu!" Seru Taehyung menghentikan langkah Gyumin.

"Ya, tuan? Ada yang anda butuhkan lagi?"

"Kenapa kau sangat ingin memakan makanan itu?" Tanya Taehyung menukik alisnya heran.

"Karena saya lapar. Dari pada makanannya di buang percuma, lebih baik saya memakannya." Jawab Gyumin.

"Tidak ada maksud lain?" Pertanyaan Taehyung mulai terdengar curiga. Bukan maksud cemburu.

Gyumin langsung paham. "Oh, maaf sebelumnya, tuan. Saya tidak ada niatan lain selain memakan makanan yang sangat berharga bagi orang tidak mampu jika memang pada akhirnya akan di buang."

Taehyung menyatukan alisnya. " Aku tidak masalah. Jika itu yang terbaik dari pada membuangnya, kalau begitu bekal setiap pagi kau saja yang makan." Perintah Taehyung dengan entengnya. Tidak ada rasa kasihan sekali pada pemuda Jeon yang rela bangun pagi-pagi buta demi membuatkannya sarapan.

Gyumin mematung sejenak. Seakan berpikir betapa jahatnya sang atasan terhadap istrinya. Kemudian Gyumin izin undur diri dari hadapan Taehyung.

Berjam-jam terlewati, seluruh karyawan berbondong-bondong keluar dari perusahaan, hanya beberapa saja yang tersisa, mungkin menyelesaikan pekerjaannya yang tanggung.

Di ruangannya, Taehyung meregangkan otot-ototnya yang terasa kaku setelah berjam-jam duduk. Pekerjaannya selesai. Biasanya ia akan langsung pulang dan tidur. Tetapi, sekarang Taehyung malas pulang ke rumah karena ada pemuda Jeon itu.

Tiba-tiba terdengar bunyi notifikasi pesan masuk. Taehyung langsung memeriksanya. Perasaanya mendadak senang setelah mendapat pesan dari Yanmi yang mengajaknya bertemu.

Pria Kim itu segera mengirimkan pesan balasan setuju pada wanita tercintanya. Lantas, segera merapikan mejanya, bergegas keluar.

"Kau boleh pulang!" Perintah Taehyung pada asisten sekaligus sekretarisnya yang berada tepat di depan di ruangannya.

"Perlu saya antar pulang, tuan?" Teriak Gyumin pada Taehyung yang semakin menjauh. Tetapi, Taehyung menjawabnya hanya dengan lambaian tangan.

Sepuluh tahun bekerja bersama lelaki itu, membuat Gyumin hafal dengan sifat Taehyung. Jika dilihat dari raut wajahnya yang bahagia, Taehyung pasti hendak menemui wanita itu. Mantan kekasihnya yang masih menempati hati tuan muda Kim nya itu.

***

Sebuah restoran bintang lima menjadi tempat pertemuan kedua pasangan yang telah usai itu. Saat Taehyung datang, Yanmi sudah berada di sana.

"Menunggu lama?" Tanya Taehyung sembari menarik kursi di depan wanita pujaannya, menundukkan diri di sana.

"Tidak. Aku juga baru sampai."

"Kau sudah memesan sesuatu? Pesan saja, aku yang akan membayarnya. Yang mahal kalau perlu." Ucap Taehyung tersenyum lebar. Begitu bahagia hidupnya jika Yanmi lah yang menempati posisi Jungkook saat ini. Pasti ia akan betah di rumah.

Yanmi merasa spesial diperlakukan seperti wanita yang paling berharga oleh pria masa lalunya ini.

"Kim Taehyung," Yanmi mengulurkan tangan pada lelaki itu, "selamat atas pernikahanmu." Ucap Yanmi sembari tersenyum.

Raut bahagia Taehyung seketika luntur. Dia menemui Yanmi karena tidak ingin melihat atau mendengar apapun tentang pemuda Jeon itu. Tapi Yanmi malah membuka pembicaraan tentang topik yang sangat sensitif baginya saat ini.

Taehyung kira Yanmi memintanya untuk bertemu karena memang wanita terkasihnya itu merindukannya. Kini, untuk pertama kalinya Taehyung merasa kecewa pada Lee Yanmi. Dengan mudahnya dia mengucapkan selamat, sementara Yanmi tidak tahu apa yang sedang dirasakannya sekarang? Menderita.

"Kau benar-benar sudah melupakan aku, ya?" Tanya Taehyung tersenyum getir. "Lima tahun kita lalui bersama. Lima bulan yang lalu kau meninggalkanku. Dan selama itu aku bahkan belum bisa tidur dengan baik, belum bisa makan dengan teratur, sebab apa? Sebab aku masih sangat mencintaimu. Tapi sekarang. Mendengar kau mengucapkan selamat padaku, aku meragukan rasa cinta yang kau bilang masih ada untukku." Ujar Taehyung penuh luka.

Yanmi merasa bersalah jika ucapannya menyinggung lelaki itu. " Taehyung-a, aku minta maaf. Bukan begitu maksudku. Aku hanya ingin kita bisa terbebas dari masa lalu. Kau harus bahagia seperti aku."

"Lee Yanmi! Asal kau tahu, aku terpaksa menikahi orang itu karena keinginan terakhir Kakek ku. Aku tidak pernah mencintainya. Dan kau dengan mudahnya menyuruhku bahagia?" Kedua bola mata Taehyung memancarkan kekecewaan luar biasa.

Yanmi terdiam. Hatinya goyah pada dua pria saat ini. Dalam keyakinan terdalamnya, Yanmi masih mencintai Kim Taehyung. Tetapi, ia juga tidak bisa mengabaikan pria lain yang kini menjadi suaminya.

Yanmi tersenyum menanggapi kemarahan Taehyung. Jika ia mengatakan yang sebenarnya, itu akan membuat Taehyung berharap. Yanmi tidak ingin membuat Taehyung kecewa lagi.

"Kau tidak boleh seperti itu. Kau harus melupakanku, Taehyung-a. Kasihan istrimu, dia pasti sangat sedih." Pesan Yanmi sembari mengelus punggung tangan Taehyung menggunakan ibu jarinya.

Taehyung membuang napas kasar. "Sudahlah, lupakan. Aku tidak mau membuat hubungan di antara kita menjadi canggung. Ayo makan!" Ucap pria itu.

"Iya, aku tidak mau hubungan pertemanan kita merenggang." Yanmi menambahkan. Seperti sesuatu mencubit hatinya. Taehyung benci Yanmi mengatakan itu. Dia fokus pada makanannya yang baru saja datang. Tak ingin menambahkan jawaban yang mungkin saja merusak hubungan mereka. Entah hubungan apa. Pertemuan mereka bukan hanya sekadar makan malam, tetapi berlanjut hingga ke tempat-tempat yang menarik di kunjungi malam hari. Seperti pasangan kekasih yang sedang berkencan.

Tanpa Taehyung ketahui seseorang di rumah tengah menunggunya dengan perasaan cemas.

















💜~ To Be Continue ~💜

Tuan Dingin Tercinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang