☘️10☘️

857 150 14
                                    

💜~ Happy Reading ~💜

Jungkook termenung sejenak. kata-kata Taehyung sangat kejam sekali. Jungkook yakin, Taehyung melakukan itu padanya karena pria itu ingin dirinya cepat-cepat menyerah dan meninggalkannya. Rupanya Taehyung salah, semakin pria itu bersikap jahat, maka semakin tebal pula pertahanan Jungkook meluluhkan dinding es itu.

Raut murung Jungkook tiba-tiba berubah ceria. Senyum pemuda itu merekah seperti bunga yang mekar di pagi hari.

"Tidak apa-apa. Aku mengerti cinta itu tidak bisa paksakan. Meskipun sekarang kau menolak ku, aku akan terus menunggu agar perasaan yang kau miliki untukku saat ini bisa berubah suatu saat nanti, hyung. Maaf kalau aku mengatakannya lagi, aku mencintaimu karena kau suamiku. Suami istri yang hidup bersama seharusnya mencintai pasangannya, bukan? Hyung, aku tidak akan menyerah."

Lagi-lagi, setiap pemuda itu menyatakan kegigihannya, Taehyung hanya bisa tercengang. Entah bengong karena kebodohan Jungkook atau meresapi setiap kalimat sang istri yang menyelinap masuk ke dalam hatinya. Membuatnya penasaran, seberapa besar cinta yang pemuda Jeon itu miliki padanya?

"Hyung, awas!" Teriak Jungkook panik saat Taehyung nyaris menabrak trotoar jalanan.

Taehyung seketika mengerem mobilnya mendadak. Napas keduanya terengah. Hampir saja kecelakaan menimpa mereka. Jungkook melirik suaminya yang masih syok karena kejadian itu.

"Tae hyung kau tidak apa-apa? Apa yang sedang kau pikirkan?"

Taehyung bergerak gugup. "Ma-maafkan aku, sepertinya aku lapar." Ujarnya.

Jungkook tersenyum lembut. la memberanikan diri menyentuh tangan suaminya yang bersarang di gigi mobil. Seperti sengatan listrik yang langsung mengaliri tubuhnya, Taehyung langsung menarik tangannya menjauh.

"Jangan pegang tanganku. Kau tidak ingat peraturannya, jangan menyentuhku tanpa izin." Tegas Taehyung. Padahal, satu sentuhan itu membuat hatinya jadi tak menentu.

Jungkook hanya mengembangkan bibirnya. "Iya, maaf. Kalau kau lapar, kenapa kita tidak makan di luar? Bolehkan aku ikut makan denganmu? Sekali saja. Aku juga lapar."

Taehyung mendengus. Lalu, kembali menjalankan mobilnya. Tidak memberikan jawaban.

Jungkook memasang wajah sedihnya sambil mengelus perutnya. "Padahal aku lapar sekali." Rintihnya palsu.

Mobil Taehyung tiba-tiba memasuki rumah makan tradisional, Jungkook menahan senyumnya. Apa aktingnya bagus tadi sampai Taehyung langsung menuruti keinginannya? Jungkook semakin yakin, Taehyung itu tidak sejahat kenyataannya. Dia bersikap demikian karena ingin membuatnya cepat menyerah saja.

"Boleh aku pesan yang aku mau?" Tanya Jungkook lebih dulu.

Taehyung tetap diam, masih fokus melihat-lihat makanan di buku menu.

"Tae hyung," panggil Jungkook lagi.

Barulah laki-laki itu mengangkat kepalanya menatap sang istri.

"Boleh aku pesan ini, ini, ini dan ini." Pintanya begitu bersemangat.

Taehyung melongo. "Tidak."

"Pesan satu saja." Lanjutnya.

Senyum cerah Jungkook seketika luntur. "Ya sudah. Dasar tidak punya perasaan," kata Jungkook setengah menggumam.

"Tapi kau suka kan padaku?" Taehyung bersmirk, merasa puas telah mematikan pemuda itu dengan kata-katanya.

Jungkook mencebikkan bibirnya.

Tak lama, makanan yang di pesan datang. Mereka makan dengan lahap tanpa adanya percakapan.

"Hyung, terima kasih sudah membawaku makan makanan enak. Aku senang sekali." Ucap Jungkook sambil tersenyum.

Tuan Dingin Tercinta Where stories live. Discover now