☘️15☘️

1.6K 185 30
                                    


💜~ Happy Reading ~💜



Hari yang panjang bagi kedua pasangan yang tidak saling mencintai itu. Namun, hari ini berbeda dengan hari biasanya, lebih tepatnya Jung Aerin, bayi kecil itu membuat hari mereka lebih berwarna. Bahkan, Taehyung yang semula berwatak dingin, seketika berubah jadi laki-laki siaga.

"Sekarang karena apa dia menangis?" Tanya Taehyung lelah karena sedari tadi bolak-balik membuatkan susu, mengambil pampers, membawa makanan bayi, mengambil baju ganti dan masih banyak lagi. Hari ini Jungkook sukses mengerjai laki-laki itu.

Banyak yang telah Taehyung lakukan, melihat bayi itu masih terus saja menangis membuatnya kesal setengah mati.

"Aku tidak tahu. Padahal dia sudah makan, popoknya juga baru saja diganti, minum susu bahkan sudah habis dua botol kecil."

Taehyung memegangi kepalanya yang mendadak pusing. Jungkook pun sama bingungnya. la belum pernah merawat bayi sebelumnya. Jungkook mengangkat Aerin yang berbaring terus menangis, menimang-nimangnya pelan.

"Aeyin, kenapa menangis, hm? Rindu eomma, ya? Kasihan sekali. Aeyin, tenang, ya, nak. Eomma mu pasti baik-baik saja." Jungkook berbicara dengan nada keibuan.

Lembut sekali pemuda itu bicara, menenangkan hati rasanya. Taehyung sampai terdiam mendengarnya, Jika menjadi seorang ibu, pasti dia akan jadi ibu yang baik dan hebat. Terbukti Aerin pun diam seketika, bayi itu tenang dalam dekapan Jungkook.

"Hyung," Jungkook mengalihkan pandangannya pada sang suami, kata-katanya tertahan ketika mendapati Taehyung tengah melamun sambil memandangi Aerin, sambil senyum-senyum sendiri lagi.

"KIM TAEHYUNG!" Jungkook berteriak memanggil sekali lagi.

"Eoh?" Taehyung tersadar, langsung bertingkah aneh, menghindari tatapan mengejek pemuda itu.

"Apa?" Tanyanya.

"Sepertinya Aeyin ingin jalan-jalan di luar. Aku akan membawanya keliling sekitaran sini saja."

Jungkook tak perlu persetujuan dari Taehyung, makanya setelah izin pada suaminya itu Jungkook lantas pergi begitu saja sambil terus bicara omong kosong dengan bayi yang tak bisa menjawab setiap bicaranya itu.

"AKU IKUT!" Teriak Taehyung, mengejar sang istri yang telah jauh.

***

Sungguh cuaca yang pas untuk jalan-jalan di sore hari ini. Tuan Jung tidak memberikan stroller bayi, jadi Jungkook harus ekstra tenaga menggendong Aerin yang tampak bahagia dengan celotehan-celotehan lucunya. Jarak ke taman memang tak jauh, Jungkook menikmati rumah-rumah megah berjejer sejauh mata memandang. Sampai kehadiran Taehyung disisinya membuat Jungkook terperanjat, seingatnya saat pergi tadi laki-laki itu diam saja. Kenapa tiba-tiba ada di sini?

"Kau ikut?" Tanya Jungkook memandang lurus ke depan.

"Tentu saja, aku ikut. Kau tidak tahu daerah ini, nanti kalau tersesat, lalu hilang. Aku juga yang dimarahi appa dan eomma." Elak Taehyung dengan alasan tak masuk akalnya.

Jungkook hanya mencebikkan bibirnya.

Sekilas orang-orang yang melihat mereka mungkin menganggap Jungkook dan Taehyung adalah pasangan serasi, meskipun kenyataannya kehidupan mereka jauh dari kata harmonis.

"Hyung, bisa kau bayangkan sekarang jika yang ada di posisiku saat ini adalah Yanmi nuna?"

"Kenapa jadi membahas tentang orang lain sih." Taehyung merasa tidak suka. Sebenarnya tidak terlalu mengerti dengan hatinya yang merasa kesal saat Jungkook malah membahas Lee Yanmi. Sebab dari tiga bulan yang lalu, Taehyung tidak berkomunikasi lagi dengan mantan kekasihnya itu. Bukan karena tidak mencintainya lagi, hanya saja akhir-akhir ini pekerjaan menyibukkan waktunya untuk sekadar bertukar kabar.

"Ya, jangan marah. Aku kan cuma bertanya. Eum, apa kabarmu?" Pertanyaan Jungkook sangat retoris. Sudah tahu Taehyung ada di hadapannya sekarang dan tentunya Jungkook tahu jika Taehyung baik-baik saja. Tapi, bukan keadaan sekarang yang Jungkook tanyakan, melainkan kabar pria itu selama tiga bulan terakhir.

"Apa kau buta? Kau tidak lihat aku baik-baik saja."

Jungkook menganggukkan kepalanya paham. "Berarti kabarmu belakangan ini juga baik? Maksudku, semenjak kita memutuskan menjadi orang asing."

Barulah Taehyung bungkam. Jujur saja, hidupnya baik-baik saja sebelum pemuda itu hadir dalam hidupnya, lalu, hidupnya berantakan saat tiba-tiba Jeon Jungkook menyusup dalam agenda kehidupannya. Mengacaukan pagi tenangnya dengan suara berisik alat masak di dapur, mengganggu penglihatannya saat baru keluar mandi dengan setelan pakaian kerjanya di atas kasur, dan merusak pemandangan ruang tamunya dengan tergeletak nya pemuda itu tertidur di atas sofa menunggunya pulang.

Kini, pemuda itu memutuskan berhenti melakukan itu semua. Seharusnya ia bahagia karena siklus kehidupannya telah kembali ke awal lagi. Bukan malah merasa kehilangan. la jadi tak bisa makan enak lagi, pakaian tak bisa rapi lagi, pun sering kesiangan.

"Hyung." Panggil Jungkook saat tak mendapat jawaban dalam waktu yang lama.

"Aku sangat baik. Kau pikir begitu berarti sampai aku harus merasa kehilanganmu, begitu?" Taehyung enggan mengakui yang sebenarnya.

Jungkook mengangguk-anggukkan kepalanya. Selepasnya tak bicara lagi. Merasa kecewa sebenarnya, tapi jika dipikir lagi, memang benar yang diucapkan Taehyung. Mana mungkin suaminya itu merasa kehilangannya. Pria itu pasti sedang berbahagia tanpa ada campur tangannya di kehidupannya.

Jungkook berjalan sedikit cepat meninggalkan Taehyung di belakangnya.

"Aeyin-a, nanti di taman, kamu mau main apa?" Jungkook menyibukkan diri dengan bayi mungil itu. Atau lebih tepatnya mengalihkan sakit hati.

Taehyung melihat kepergian Jungkook yang selangkah lebih jauh di depannya. la tahu betul pemuda itu kecewa. Biarlah pemuda itu sadar diri. Tapi, bukankah dari awal Jungkook memang sudah sadar diri?

***

Sampai di taman, Jungkook langsung menaiki ayunan besi yang muat untuk empat orang. Aerin tertawa kegirangan saat Jungkook mulai menggerakkan ayunan itu. Nyatanya bukan hanya Aerin yang bahagia, namun Jungkook juga ikut merasakan hal yang sama. Sekilas mampu melupakan masalah dalam sekejap, walaupun tidak selamanya.

"Aeyin, apa kamu bahagia? Sama. Aku juga bahagia." Ucap Jungkook.

Tiba-tiba tawa bahagia mereka berhenti saat pergerakkan ayunan terhenti. Dan, naik seorang Kim Taehyung duduk di samping Jungkook berdempetan. Jungkook mendelik tak suka, ia menggeser tubuhnya agar sedikit membuat jarak dengan suaminya itu.

"Ngapain?" Tanya Jungkook.

"Tentu saja main. Kenapa? tidak boleh?"

"Banyak wahana lain, kenapa harus di sini?"

"Memangnya ada larangan seorang Kim Taehyung dilarang menaiki ayunan ini. Tidak kan?"

Jungkook berdecak kesal. Taehyung mulai menggerakkan ayunannya lagi. Dia lantas tertawa sendiri, senang sendiri. Anehnya, Aerin yang tadinya senang, berubah jadi tidak seantusias tadi. Jungkook terperanjat kala tangannya tak sengaja dipegang Taehyung, ia langsung saja mengangkat tangannya menjauh.

"Aerin-a, ayo tertawa. Haha," Taehyung agaknya sedikit gila. (Taehyung Asik. Asik sendiri.)

Jungkook menatap Taehyung aneh. Baru kali ini ia melihat Taehyung tertawa sekeras itu. Apa yang membuat Taehyung sebahagia ini? Tentu saja, bukan ayunan yang membuatnya begini. Mungkin, Taehyung sedang merayakan kebebasannya jauh dari dirinya.

"Hentikan ayunannya! Aku ingin pulang. Aerin sepertinya sudah kelelahan." Ucap Jungkook. Beruntung Taehyung langsung melambatkan gerak ayunannya.

Jungkook turun dan meninggalkan Taehyung yang masih mematung.













💜~ TO BE CONTINUE ~💜

Tuan Dingin Tercinta Where stories live. Discover now