☘️09☘️

811 149 57
                                    


💜~ Happy Reading ~💜


Hari ini untuk pertama kalinya Jungkook berbelanja bulanan. Setelah kejadian tadi malam yang mempermalukan dirinya sendiri, Jungkook merasa malu pada suaminya. Taehyung sama sekali tidak bicara padanya saat sarapan, tapi laki-laki itu memang jarang bicara. Padahal, apa salahnya menyatakan cinta pada suaminya sendiri?

Sebelum berangkat ke kantor, Taehyung memberikan uang untuk belanja bulanan. la jadi merasa seperti istri sungguhan, bukan istri yang akan diceraikan suatu hari nanti.

Selama menikah dengan Taehyung, ia sama sekali tak pernah keluar rumah. Pekerjaannya sehari-hari hanya seputar membersihkan setiap sudut rumah. Setelah semuanya beres, Jungkook hanya menunggu kepulangan suaminya penuh kebosanan. Terkadang Jungkook ingin bekerja saja kalau seperti. Nanti ia akan membicarakannya dengan Taehyung.

Jungkook berangkat menuju supermarket menggunakan bus. Berbekal pengetahuan kecilnya tentang Kota Seoul yang besar ini, apa boleh buat, ia hanya seorang pemuda yang dibesarkan Kakek dan Nenek Kim di sebuah kampung terpencil.

Jungkook sampai di sebuah supermarket terdekat. Mengambil troli belanja, dan mulai mengitari supermarket yang begitu luas, sampai Jungkook berpikir mungkin ia akan tersesat jika lama-lama berkeliling. Pemuda Jeon itu mengambil sayuran-sayuran segar, telur, bumbu dapur dan kebutuhan lainnya.

la memasuki lorong rak yang satu dan keluar dari rak yang satunya. Ternyata belanja sebanyak ini cukup melelahkan juga. Sambil menikmati dan mengkhayal dirinya adalah istri sungguhan, berbelanja bulanan, menyambut kepulangan suami dengan romantis, lalu suaminya itu akan bertanya manja karena lelahnya, 'masak apa hari ini? Aku ingin makan. Suapi aku, ya.' betapa bahagia rumah tangganya jika itu adalah sebuah kenyataan.

Terlalu menghayati khayalannya, sampai Jungkook tidak sengaja menabrakkan trolinya pada seorang pria paruh baya, membuat bapak tua itu menegurnya marah. "Yakk! Jalan hati-hati." Katanya marah.

Jungkook membungkukkan badannya berkali-kali sambil mengucapkan kata maaf berulang kali. Lantas, ia kembali melanjutkan perjalanan, sambil senyum-senyum sendiri mengingat kejadian tadi. Gara-gara memikirkan Taehyung ia sampai ceroboh.

Namun, langkah Jungkook tiba-tiba terhenti, bersamaan dengan dua orang yang berpapasan dengannya di depan sana. Senyum yang tadinya mengembang sempurna, perlahan meredup. Kelopak mata berbinar kini berubah sendu melihat suaminya sendiri sedang bermesraan dengan Lee Yanmi di depan matanya sendiri.

Tangan Yanmi yang awalnya menempel pada lengan Taehyung mulai melepaskan pria itu. Sedangkan Taehyung terdiam dengan tatapan tak beralih dari wajah sang istri. Jelas ia menemukan kekecewaan di mata pemuda itu

"Jungkook..." Panggil Yanmi merasa tak enak hati. la merasa bersalah telah berkencan dengan suami pemuda itu. Meskipun dulu Taehyung adalah kekasihnya, tapi bagaimana pun juga kini kekasihnya itu telah beristri.

Jungkook mengalihkan wajahnya. Berusaha mencegah air matanya agar tak jatuh. Dirasa mampu menguasai dirinya yang mendadak hancur, Jungkook kembali menatap mereka dengan senyum kuat.

"Halo, lama tidak bertemu." Sapa Jungkook membungkuk sopan pada Yanmi. Membuat wanita itu kian dirundung rasa bersalah.

Taehyung mendecih kecil sambil melihat ke arah lain. Istrinya itu pandai menutupi luka rupanya. la tahu pemuda itu sedang menahan rasa sakit di hatinya. Masih mau berpura-pura baik-baik saja?

"Tae, sepertinya aku pergi saja, ya?" Ujar Yanmi yang ingin beranjak pergi.

"Tidak usah merasa tidak enak hati padanya. Tidak apa-apakan aku jalan dengannya?" Taehyung menahan Yanmi untuk tetap diam, ia menatap istrinya remeh. Taehyung seperti sengaja memanas-manasi nya.

Jungkook tersenyum paksa. "Tentu saja. Kalau begitu, a-aku harus membayar belanjaan ini dulu."

Jungkook langsung berlalu dari hadapan mereka, Mata Taehyung terus memandang kepergian sang istri yang semakin menjauh. Dapat Yanmi lihat dari tatapan Taehyung. jika pria itu pasti juga merasa bersalah telah menyakiti hati istrinya.

"Kejar dia." Kata Yanmi tiba-tiba.

Taehyung tersentak saat mendengar suara Yanmi. "Hah? Tidak. Ayo lanjutkan perjalanan." Taehyung menggandeng tangan Yanmi tapi wanita itu justru menahan dirinya, seraya melepaskan genggaman Taehyung dari tangannya, membuat lelaki itu mengerutkan dahinya bingung.

"Kenapa?" Tanya Taehyung.

"Aku tahu kau peduli padanya. Meskipun kau membencinya, tapi matamu tidak bisa berbohong. Kejarlah dia. Aku tidak apa-apa." Ucap Yanmi, mengusap lengan pria itu lembut.

Taehyung termenung memikirkan ucapan Yanmi. Setelah pernyataan cinta pemuda itu padanya, membuatnya sedikit mempedulikan perasaan tak dianggapnya itu.

***

Jungkook keluar dari supermarket itu dengan dua kantong plastik besar yang cukup berat. Suasana hatinya sedang tak menentu sekarang, Taehyung begitu tega padanya. Tapi, apa yang bisa ia lakukan kecuali menerima kenyataan cintanya bertepuk sebelah tangan. Dada pemuda itu kembang kepis menahan amarah yang tidak bisa diluapkan, cuma bisa menelannya pahit-pahit.

la telah sampai di halte, sambil menunggu bus yang datang sebentar lagi. Kebetulan hanya ada dirinya di tempat itu. Bolehkan menangis sedikit, karena hanya itu yang bisa ia lakukan untuk meredakan sakit hatinya.

Isak kan Jungkook cukup keras terdengar. Pemuda itu menundukkan kepala, sambil terus mengusap air matanya. Dari kejauhan sebuah mobil terparkir tak jauh darinya, di dalamnya ada pria yang diam-diam memperhatikan bahu pemuda itu bergetar karena tangisnya.

Taehyung mendecih memandang ke arah lain, "Dasar bodoh!" makinya.

Kemudian Taehyung menjalankan mobilnya menuju pemuda Jeon itu dan berhenti tepat di depannya. Jungkook awalnya bingung, namun ia segera hafal jika mobil itu adalah milik suaminya. Ternyata benar saja, tak lama Taehyung keluar dari sana.

Jungkook langsung membulatkan matanya dan cepat-cepat menghapus air matanya kasar. Taehyung tidak boleh tahu dirinya menangis, atau pria itu akan menyuruhnya agar segera menyerah.

"Tae hyung, kenapa kau di sini? Bukannya tadi kau ingin jalan dengan Yanmi nuna?" Tanya Jungkook sambil tersenyum.

Taehyung menatap pemuda itu remeh. Dia kira ia orang bodoh yang menganggapnya baik-baik saja dengan mata sembap itu.

"Karena kau mengacaukannya. Makanya dia yang baik hati malah menyuruhku menyusul mu. Puas?" Tegas Taehyung.

Bibir pemuda itu melengkung perlahan. Seharusnya Taehyung tidak perlu mengatakan hal itu, jika tidak terima, dia tidak usah menemuinya.

"Ayo pulang!" Katanya, sambil mengambil dua kantong belanjaan dan memasukannya ke kursi penumpang. Taehyung lebih dulu memasuki mobil, dan disusul oleh Jungkook.

"Yakk! kau pikir aku supir? Pindah ke depan!" Hardik Taehyung, mengetahui Jungkook malah duduk di kursi penumpang. Mau tak mau Jungkook turun dan pindah menuruti permintaan suami jahatnya.

"Bukannya kau tidak mau duduk bersebelahan denganku, ya?" Ucap Jungkook sambil memasang sabuk pengaman.

"Kapan aku begitu?" Taehyung balik bertanya, dengan pandangan fokus ke jalan raya yang cukup ramai.

"Waktu Gyumin menjemput kita di bandara, kau tidak sudi aku duduk di sampingmu."

Taehyung tak menanggapi ucapan Jungkook, membuat pemuda Jeon itu mendengus.

Keheningan melanda. Jungkook sibuk memandang pemandangan gedung dari jendela depan.

"Aku menghargai perasaan cintamu padaku--"

Jungkook melirik Taehyung yang tiba-tiba bersuara. "Tapi, jangan berharap aku membalas perasaan yang sama. Karena sampai kapan pun, aku tidak akan pernah menerima kehadiranmu dalam hidupku. Bagiku kau adalah kesialan. Dan, aku sangat menunggumu mengajukan gugatan cerai."



















💜~ TO BE CONTINUE ~💜

Tuan Dingin Tercinta Where stories live. Discover now