Part 6

3.1K 216 17
                                    


Hatiku patah, kamulah penyebabnya
~Altaris Salma

"Sayang aku berangkat dulu ya, kamu baik baik di rumah. Jangan kemana mana kalo butuh apa langsung minta tolong mbok. Kalo ada apa apa langsung telpon aku, maaf ya sayang malam ini kayanya aku lembur lagi," Salma mengangguk dalam senyumannya. Menyalami tangan Rony kemudian ia mendapatan kecupan singkat di dahinya dari lelaki itu.

"Dek, baba berangkat kerja dulu ya. Kita ketemu lagi malam nanti, adek jangan rewel ya. Baba nitip ibun ya dek, tolong jagain okey?" Rony mengusap pelan perut datar milik Salma kemudian mengecupnya singkat.

"Aku berangkat ya sayang assalamuaikum," Rony berlalu masuk ke dalam mobilnya.

Entahlah keadaan pagi ini cukup kurang baik bagi Salma. Ada sedikit kemarahannya pada sang suami yang akhir akhir ini terlihat begitu sibuk dengan pekerjaannya. Salma merasa, Rony sedikit mengabaikannya yang tengah hamil muda ini. Rony masih perhatian, namun Salma merasa ada yang berbeda dan tak seperti biasanya. Entah itu benar terjadi, atau hanya sugestinya sebagai ibu hamil yang begitu sensitif.

***

Salma terdiam dalam kamarnya, menonton TV yang entah sedang menayangkan apa. Cukup lama Salma terdiam, sebuah ide terlintas dalam otaknya. Jalan jalan ke mall sepertinya bisa memperbaiki moodnya. Wanita itu segera bersiap, kemudian mengotak atik ponselnya untuk memesan taksi. Salma tak berani untuk kembali melakukan kesalahan dengan menaiki motor apalagi tanpa izin dari Rony.

"Mbak Salma mau kemana," suara seorang pembantu mencegah langkah Salma yang hendak berjalan menuju luar rumah.

"Mau jalan jalan mbok, aku bosen di rumah."

"Loh mbak, mas Rony udah bilang sama saya katanya mbak Salma ga boleh kemana mana. Kalo butuh apa apa mbak bilang aja sama mbok nanti mbok belikan." Ucap mbok Surti sebagai asisten baru yang diangkat Rony untuk menemani dan membantu segala kebutuhan istrinya ketika ia masih kerja.

"Mbok, Salma lagi bosen banget di rumah pengen jalan jalan. Mbok jangan bilang bilang sama mas Rony, dia ga tahu aku mau pergi. Lagian kalo aku izin dia pasti ga di izinin."

"Tapi mbak-"

"Plis mbok, ini rahasia kita. Janji aku bakal pulang cepat biar mas Rony ga curiga."

"Mbak Salma sendirian?"

"Iya,"

"Gimana kalo sama saya aja mbak, saya khawatir nanti mbak kenapa kenapa kalo berangkat sendirian." Mendengar ucapan mbok Suryi, mata Salma berbinar.

"Boleh mbok, ayuk ikut Salma, biar Salma ada temannya."

***

Berbagai macam toko telah Salma lewati bersama asistennya. Raut wanita itu terlihat begitu riang, mungkin karena sudah terlalu lama berdiam diri di rumah tanpa melakukan apapun yang terasa begitu membosankan.

"Mbok kita makan di resto itu yuk, abis itu kita pulang."

"Mbok mau pesan apa?" Tanya Salma ketika waiters telah berdiri di sampingnya.

"Aduh gausah mbak, saya gaenak dari tadi udah dibelikan banyak baju dan barang sama mbak Salma. Masa sekarang harus ikut pesen makan juga." Sungguh wanita tua itu benar benar terlihat tak enak dengan kebaikan majikannya.

"Ih mbok gapapa tau, selama ini mbok udah tulus membantu saya, pekerjaan rumah, bantu saya sama mas Rony, temenin saya pas mas Rony lagi kerja, nurutin semua kemauan saya yang kadang sulit dan aneh aneh. Jadi ini sebagai balasan buat semua kebaikan mbok,"

"Gapapa mbak Salma itukan udah kewajiban saya, ini terlalu berlebih buat saya, saya jadi gaenak."

"Mbak pesanannya samain sama punya saya saja ya," waiters itu mengangguk kemudian berlalu untuk membuatkan pesanan milik wanita cantik berhijab itu.

"Mbok jangan bilang gitu lagi dong Salma ga suka. Mbok udah aku anggap ibu aku sendiri kok, mbok kan tau sendiri orangtua aku tinggalnya jauh di luar kota. Jadi adanya mbok tinggal di rumah Salma, udah bikin Salma ngerasain kasih sayang seorang ibu."

"Mbok juga udah anggap mba Salma sebagai anak mbok, mbak Salma kan juga tau anak mbok udah meninggal dari lama. Mbok cuma hidup sendirian, untuk mbak Salma sama mas Rony baik banget buat nerima mbok jadi pembantu kalian. Tapi kalo mbak Salma terlalu baik ke saya kaya gini kan mbok jadi gaenak mbak,"

"Gapapa atuh mbok, sekali kali juga. Udah ah jangan gaenak mulu, Salma sama mas Rony gapapa kok."

Setelahnya makanan mereka datang, Salma yang telah lapar itu segera memakan makanan yang terlihat begitu menarik dihadapannya. Hingga ketika wanita itu mengedarkan pandangannya pada setiap penjuru ruangan, matanya menangkap sesuatu yang membuat dadanya terasa begitu sesak. Jantungnya berdekup kencang dengan segala rasa sakitnya.

Wanita berhijab itu mematung, mencoba meyakinkan netranya bahwa apa yang ia lihat saat ini benar benar sosok yang begitu ia kenali. Entah keberanian dari mana, Salma berdiri dari duduknya untuk menghampiri sepasang manusia yang tengah duduk di sudut ruang. Salma mengenali mereka berdua, amat sangat mengenali. Tentu saja mbok Surti yang melihat itu, turut mengikuti langkah kaki Salma.

"Salma," Rony yang melihat kedatangan istrinya itu terlihat begitu terkejut. Lelaki itu berdiri dari duduknya, mencoba menjangkau tangan Salma untuk menenangkan wanita itu. Tentu saja Salma menepisnya, segala rasa sesak telah ia rasakan saat ini. Ketika suaminya sendiri bertemu dengan Bianca, wanita yang dulu begitu Rony cintai. Mereka bertemu, tanpa sepengetahuannya.

"Eh Salma? Sal udah lama ya kita ga ketemu. Kamu apa kabar?"

Mencoba menyembunyikan kekecewaannya, Salma tersenyum manis di hadapan wanita berambut gelombang itu.
"Baik Bi, kamu sendiri gimana? Lama ya kita ga ketemu."

"Aku baik Sal, iya terakhir kali kita ketemu waktu itu aku masih jadi pacar Rony ya." Wanita itu terlihat begitu bahagia ketika mengatakannya.

"Eh udah dulu ya aku masih ada keperluan. Ron aku harap kamu mau mempertimbangkan permintaan ku tadi ya. Aku pergi dulu ya Sal bay," wanita itu berlalu. Meninggalkan keheningan yang tercipta antara Rony dan Salma. Rony yang takut istrinya berperasangka buruk, sedangkan Salma yang terdiam dengan sejuta kekecewaan yang tak mampu ia utarakan.

"Sayang kamu salah paham," Rony mendekat. Hendak menjangkau tangan milik istrinya, namun Salma segera menarin tangannya kemudian berlali untuk berlalu dari dalam resto itu.

Melihat itu, Rony dan mbok Surti berlarian untuk mengejar Salma. Apa wanita itu tidak ingat jika tengah hamil muda? Apa Salma tak merasa bahwa apa yang ia lakukan kini bisa berbahaya bagi kandungannya?

"Sal, tunggu dulu kamu jangan lari larian gini." Berhasil menjangkau tangan Salma, Rony segera menarik wanita itu untuk masuk ke dalam mobilnya. Mobil itu berlalu ke arah rumah mereka, dengan keheningan yang senantiasa tercipta diantara mereka. Salma menatap jendela mobilnya, melihat begitu padatnya keadaan di luar sana dengan kendaraan yang berlalu lalang. Wanita itu menangis dalam diam, hatinya sakit, amat sangat sakit.

***

Hai hai gimana dengan part ini frennnn

Happy Reading🕊✨

GEMURUH RASA 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang