Chapter Five.

23 13 4
                                    

Setelah sepanjang malam berjalan tanpa henti menyusuri hutan yang gelap gulita, akhirnya kami bisa keluar dari hutan. Cahaya matahari pagi menerpa wajah kami yang terlihat lesu dan di penuhi rasa kantuk.
Di hadapan kami terlihat sebuah padang rumput yang begitu luas dan hijau yang cukup menyegarkan mataku saat melihat nya. Dylan yang sedari tadi merengek kini berteriak kegirangan karena bisa terbebas dari nyamuk-nyamuk mematikan yang bisa menghisap habis darah nya.

"Yeay! Aku tidak akan kehabisan darah." Ujar nya lalu berlari ke padang rumput di hadapan kami.

"Tunggu! Dylan!" Teriak Joan. Namun Dylan sudah merebahkan tubuh nya di atas rerumputan yang basah karena embun pagi. Aku menyusul Dylan dan turut merebahkan tubuhku di samping nya. Ah! Rasanya aku ingin tidur sebentar di sini.

"Kita akan beristirahat sebentar." Ujar Tim.

"Hip-hip horeee!!" Teriak ku dan Dylan,kegirangan.

Arion memotong-potong sebagian daging rusa untuk menjadi menu sarapan kami pagi ini. Sementara Tim dan Runa sedang menyalakan api di pinggiran hutan untuk memanggang daging rusa tersebut. Joan menghampiri Arion dan membantu nya untuk memotong daging.

Aku membuka tas ku lalu mengeluarkan botol air minum yang sudah kosong.

"Dylan, ayo kita isi air minum." Ajakku. Dylan bangun dari posisi nya lalu mengangguk.

Aku berjalan menghampiri Arion dan Joan. "Arion, aku dan Dylan akan pergi mengisi air."

"Dimana?" Jawab Arion.

Aku menunjuk ke arah beberapa pohon yang tumbuh melingkar seolah menjaga sesuatu di tengah-tengah padang rumput.

"Sepertinya itu adalah sumber air. Mungkin danau kecil." Ujarku.

"Baiklah. Hati-hati." Jawab Arion.

Aku dan Dylan langsung berjalan menuju sumber air yang terlihat seperti oasis yang biasa berada di tengah gurun.
Dan benar saja, air nya terlihat sangat segar dan jernih.
Aku langsung mengisi beberapa botol dan memasukan nya lagi ke dalam tas.

"Dinginnn." Celetuk Dylan saat menyentuh air untuk membasuh wajah nya.

"Tapi itu akan menyegarkanmu, kau tidak akan merasa mengantuk lagi." Ucapku.

"Kau benar. Aku merasa sangat segar." Jawab Dylan setelah selesai membasuh wajah nya.

Setelah mengisi semua botol air minum, aku dan Dylan langsung kembali menghampiri Arion dan yang lainnya. Joan terlihat sangat serius memanggang daging rusa yang sudah di tusuk-tusuk seperti sate.
Aku menghampiri Arion yang sedang duduk memperhatikan Tim dan Runa yang sedang sibuk membaca buku catatan yang di bawa Joan.

"Ini, minumlah." Aku memberikan satu botol air minum kepada Arion.

"Terimakasih."

Tim dan Runa nampak sangat serius,sesaat kemudian Runa kembali memasukan buku catatan itu ke dalam tas lalu mengeluarkan lagi peta yang dia bawa.
Dia dan Tim berjalan menghampiri ku dan Arion.

"Setelah melewati padang rumput ini, kita akan menemukan sebuah desa bernama Bandaneira. Desa para kurcaci." Ucap Runa sambil menunjuk ke suatu titik di peta agar aku dan Arion melihatnya.

"Kurcaci itu mahkluk yang kurang bersahabat. Namun jika kita bisa meyakinkan mereka untuk ikut beraliansi, mereka akan menjadi rekan yang bisa di andalkan." Ujar Tim.

"Bagaimana kalian tau mereka kurang bersahabat?" Tanyaku.

"Kurcaci menolak untuk bergabung memperjuangkan kedamaian dengan 3 ras sebelum nya." Kata Arion.

MUTINEERS Where stories live. Discover now