Chapter Seven.

19 11 1
                                    

Rencana kami untuk pergi dari Bandaneira setelah proses menghilangkan jejak para tentara selesai tertunda karena Runa mendadak pingsan dan tubuh nya mengalami demam tinggi. Dia tidak sadarkan diri selama dua hari dan itu membuat kami terpaksa menunda perjalanan.

Dan selama dua hari kemarin belum ada dari pihak kerajaan yang datang untuk menanyakan tentang para tentara yang belum juga kembali ke Buitenzorg.
Kami benar-benar merasa beruntung.

Di hari ketiga, kami memutuskan untuk kembali melanjutkan perjalanan karena Runa pun sudah kembali pulih. Dan tidak di sangka, Vilvi memutuskan untuk bergabung bersama kami dalam perjalanan ini.
Volvo menyiapkan begitu banyak perbekalan untuk kami. Aku benar-benar merasa beruntung bisa bertemu dengan kurcaci baik seperti nya.

"Dylan. Bawalah susu ini. Jika kau meminum nya,maka kau akan tumbuh bertambah tinggi." Ujar Volvo sambil memberikan dua botol susu berukuran dua liter kepada Dylan.

Dylan memasukannya ke dalam tas. Lalu memeluk Volvo.

"Terimakasih banyak,Volvo." Ucap nya.

"Kau juga harus lebih sering meminum susu agar bisa lebih tinggi." Lanjut Dylan sambil melepaskan pelukannya.

Kami semua tertawa mendengar ucapan Dylan.

"Kau sungguh anak yang pintar,Dylan." Ujar Volvo.

Selanjutnya Vilvi yang memeluk tubuh Ayah nya itu untuk berpamitan. Volvo terlihat sangat sedih melepas anak satu-satu nya. Sebenarnya kami tidak meminta Vilvi untuk ikut, kami merasa tidak enak hati karena sudah menjadi sumber kekacauan di desa mereka. Namun,Vilvi tiba-tiba menawarkan diri ketika tahu bahwa tujuan kami adalah untuk menggulingkan Master de Cleon. Dia ingin menjadi perwakilan bangsa kurcaci dalam memperjuangkan kedamaian, tidak seperti 20 tahun lalu ketika hanya tiga ras saja yang memperjuangkannya.

"Jaga dirimu baik-baik,Ayah." Ucap Vilvi.
Volvo mengangguk lalu mencium kening putri nya tersebut.

Setelah berpamitan, kami langsung pergi meninggalkan Bandaneira. Aku harap desa ini akan baik-baik saja setelah semua kekacauan yang terjadi beberapa hari lalu.

Kami berjalan menyusuri sungai di tepi hutan. Volvo bilang , kami akan sampai di Trembesi walau tidak melihat peta jika mengikuti arus sungai ini.
Aku memperhatikan wajah Runa yang masih terlihat pucat. Sepertinya dia belum benar-benar pulih namun dia memaksakan diri nya agar perjalan kami tidak memakan waktu lebih lama.

"Runa, apa kau baik-baik saja?" Tanyaku. Dia menoleh lalu tersenyum.

"Tenang saja. Sepertinya aku jatuh sakit karena efek terkena kilatan hitam yang beberapa kali membuatku terpental."

"Namun sekarang aku sudah baik-baik saja." Lanjutnya.

"Jika nanti kau merasa lelah, jangan sungkan untuk mengatakannya." Ujar Arion.

Runa mengangguk. "Kalian jangan terlalu mengkhawarirkan nya. Dia bahkan masih hidup ketika dulu pernah di sambar petir." Ucap Tim yang selalu berjalan paling depan.

"Dia seperti kucing. Memunyai 9 nyawa." Lanjut Tim.

Kami terkekeh.

Di tengah-tengah perjalanan kami, sebenarnya ada yang membuatku sedikit merasa terganggu sejak tadi. Aku merasa ada orang lain yang membuntuti kami. Namun saat aku menoleh, tidak ada siapapun.
Aku dan Arion selalu berjalan paling belakang, jadi aku bisa merasakan nya dan mendengar ada langkah kaki selain kami.

"Arion." Ujar ku dengan pelan. Arion menoleh.

"Seperti ada seseorang yang membuntuti kita." Kataku.

MUTINEERS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang