Chapter Thirteen.

8 6 2
                                    

"Ugh."

Aku menoleh ke arah Coby yang nyaris terpeleset tapi berhasil di tahan oleh Joan. Karena berjalan di atas bongkahan es, kami beberapa kali hampir terpeleset.
Namun hal itu tidak berlaku bagi Rafe, dia terlihat dengan santai berjalan memimpin kami di depan sambil beberapa kali melihat peta.

"Aduh!" Pekik Serra yang ternyata terpeleset. Dia memegangi kaki nya yang sepertinya keseleo.
Arion langsung mencoba membantu nya berdiri tapi kelihatannya kaki Serra tidak bisa di paksakan untuk berjalan lagi.

"Kau sebaiknya segera mengobati kaki mu,Serra." Ujar Pearly.

"Kekuatanku tidak bisa ku gunakan untuk diriku sendiri. Itu artinya, aku tidak bisa menyembuhkan diriku dengan kekuatan ini." Ujar Serra.

Dan tanpa banyak bicara,Arion dengan sigap langsung menggendong nya.

Dari kejadian ini, aku baru tahu bahwa setiap kekuatan pasti memiliki kelemahan. Dan aku belum tahu apa kelemahan dari kekuatanku. Aku harap itu bukan hal yang bisa merepotkanku.

"Apa kau tidak apa-apa,Arion?" Tanya Serra.

"Apa maksud mu?"

"Kau menggendongku. Perjalanan ini masih jauh." Ucap Serra.

"Lalu apakah kau mau memaksakan diri untuk berjalan? Jika bisa, maka dia tidak perlu menggendong mu." Celetuk Coby.

"Kakiku terasa sakit sekali saat mencoba berdiri." Eluh Serra.

Setelah itu tidak ada pembicaraan lagi di antara kami selama berjalan. Dylan terlihat sangat antusias dan berjalan di samping Rafe dengan penuh semangat. Dia benar-benar mengagumi kekuatan Rafe.

*****

Beberapa waktu kemudian,aku merasakan sesuatu mengenai kulitku. Aku berhenti dan menyentuh butiran berwarna putih itu.

Salju.

Aku mengadahkan tanganku dan butiran salju yang perlahan turun mengenai nya. Nampaknya semua orang sudah sadar bahwa kami hampir sampai di Galagas.

Dan tidak lama setelah itu, sebuah pulau yang berwarna putih karena penuhi salju terlihat dari kejauhan. Kami berjalan dengan penuh semangat menuju pulau tersebut.

"Hei,Rafe. Apakah kita sampai di Galagas?" Tanya Joan ketika kami sudah menginjakan kaki di pulau.

Rafe terdiam, lalu melihat ke sekeliling.

"Menurut peta,Galagas yang di beri tanda X di peta, benar di pulau ini," ujar Rafe.

Namun sepanjang mata memandang tidak ada apapun di pulau ini. Hanya kabut dan pohon-pohon cemara yang berubah menjadi warna putih karena di tutupi oleh salju yang tebal.

"Tapi tidak ada apapun,di sini." Ujarku.

"Ya, apakah apa yang kita cari benar-benar mitos?" Ujar Pearly.

"Tidak. Tidak mungkin. Mereka pasti ada di sini." Ujar Tim.

Kami memutuskan untuk berpencar dan memeriksa setiap penjuru pulau. Sementara itu Serra yang di temani Dylan dan Pearly menunggu di titik awal kami sampai,karena akan sulit jika Arion terus menggendong nya.

Aku,Runa dan Vilvi memeriksa ke arah barat pulau yang cukup luas ini. Sementara yang lain memeriksa ke arah yang berlawanan. Kami menyusuri setiap sudut, memeriksa reruntuhan yang terbuat dari bebatuan dan berharap mungkin saja ada petunjuk yang bisa kami temukan.
Namun setelah cukup lama mencari, kami tidak menemukan apapun.
Aku,Runa dan Vilvi memutuskan untuk kembali ke titik awal. Mungkin saja yang lain sudah kembali dan berhasil menemukan sesuatu.

MUTINEERS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang