ꦠꦺꦲꦺꦴꦫꦶꦠꦤꦃꦗꦮ

25K 1.6K 47
                                    

"Islam iku agama. Kejawen iku budoyo. Ajaran siji karo siji ora iso dibandingke, nanging iso disandingke."
(Islam itu agama. Kejawen itu budaya. Ajaran satu dengan satunya tidak bisa dibandingkan, tapi bisa disandingkan."

__________

*Akun author cuma di atas, selebihnya kalau ada yang upload video konten cerita ini hanya membantu promosi ya!!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

*Akun author cuma di atas, selebihnya kalau ada yang upload video konten cerita ini hanya membantu promosi ya!!

Jangan pernah menghina seseorang yang ijazahnya tidak tinggi atau bahkan tidak punya ijazah sama sekali. Kesuksesan seseorang tidak bisa diukur dari seberapa tinggi ijazahnya. Ingat, ijazah itu hanya tanda kalau kita pernah sekolah.

Semua ada waktunya, jangan membandingkan hidup kita dengan hidup orang lain. Tidak ada perbandingan antara matahari dan bulan, mereka akan bersinar saat waktunya tiba. Masa depan tergantung dari niat dan usahamu, bukan seberapa pintar sekolahmu.

Memasuki kelas duabelas, membuat sebagian dari anak XII-FIRSTCLASS enggan untuk bermain-main lagi. Perjuangan mereka tidak boleh berakhir sia-sia.

Lovidi meregangkan ototnya, setelah beberapa jam berkutat dengan buku pelajaran. Waktu istirahat tinggal sepuluh menit lagi. Seperti biasa, Pak Gundul akan membiarkan semua muridnya berdiam diri, atau mungkin menanyakan sesuatu yang mereka belum paham.

Cowok dengan dasi terikat di lengan kanan itu melirik sekitarnya. "Al, lapo sinau? masa tes olimpiade wes mari," celetuk Lovidi, saat melihat Alvaro masih sibuk berkutat dengan bukunya. (Al, ngapain belajar? Masa tes olimpiade sudah selesai,)

Tahun ini, kelas duabelas tidak ada yang lolos seleksi olimpiade, kecuali Zain. Semua mapel sudah dilibas habis oleh kelas sebelas. Bukan tidak pintar, hanya saja, kelas duabelas sepertinya kurang beruntung.

"Jenenge wae murid. Arep lapo maneh nek ora sinau," jawab Alvaro dengan tenang. (Namanya juga murid. Mau ngapain lagi kalau enggak belajar,)

Bagi Alvaro, kegagalan bukan akhir dari segalanya. Dari kelas sepuluh sampai kelas duabelas, Alvaro memang belum pernah terpilih menjadi peserta lomba. Namun, itu bukan akhir dari segalanya. Jika masih ada waktu, Alvaro akan terus berjuang. Gagal di akademik, maka Alvaro akan mencoba di non akademik. Tidak ada mimpi yang sia-sia jika kita benar-benar mau berusaha.

"Lah. Dengerin itu Alvaro. Jangan main terus kamu, Lovidi!" sahut Pak Gundul.

"Beda orang beda cara berpikir, Pak. Kalau saya sih, urep kui gak perlu ngoyo, wong bakale mati. Penting amale," jawab Lovidi. (Beda orang beda cara berpikir, Pak. Kalau saya sih, hidup itu nggak perlu susah-susah, kan tetap nanti bakal mati. Penting amalnya,)

ZFC (Kita Semua Berhak Sembuh)Where stories live. Discover now