18. Today

16.2K 1.8K 250
                                    


"Saya rasa anda harus memikirkan ulang jika ingin menjalin kerja sama dengan Kerajaan Orpheus." Sebastian berucap sesuai dengan kenyataan yang terjadi mengenai tanah yang ditawarkan oleh sang kakak sebelumnya.

"Sepuluh ribu hektar tanah yang kakakku tawarkan sebelumnya merupakan tanah kering dan tandus yang tidak pernah digunakan untuk pertanian atau perkebunan selama dua puluh tahun terakhir." Tambah pemuda itu jujur, "anda hanya akan mendapat hikmah jika menjalin kerja sama dengan Orpheus."

Ratu Charis diam selama beberapa saat, memikirkan kebenaran yang baru saja dikatakan oleh Sang Pangeran Mahkota Orpheus itu sendiri. Bahwasanya apabila ia tetap ngotot menjalin kerjasama, kemungkinan besar ia hanya akan merugi dengan lahan tak layak tanam yang ditawarkan.

Ava sendiri terkejut karena Sebastian sejujur itu, maksudnya adalah Sebastian tidak mencoba menipu seseorang yang sudah jelas nantinya akan memberi keuntungan besar bagi Orpheus jika kerjasama sungguh terjalin. Alih-alih memperdaya Ratu Charis dengan kalimat-kalimat seperti 'tanah yang kami tawarkan unggulan, bagus, dan lain-lain' Sebastian justru mendeskripsikannya sesuai pada kenyataan.

"Bagaimana?" Sebastian bertanya lagi setelah keheningan dirasa sudah terlalu lama menyelimuti ketiganya di ruangan itu.

"Tidak bisakah kita mengolah ulang tanah yang ada di lahan itu, Pangeran?" Ava tiba-tiba berceletuk walau ia tidak tahu apapun mengenai pertanian atau perkebunan, ia hanya merasa kasihan apabila Ratu Charis tidak mendapat keinginannya terlebih wanita itu terlihat sangat ingin menjalin hubungan baik dengan Orpheus.

"Mengolah ulang seperti?" pertanyaan Sebastian beralih kepada Ava sementara Ratu Charis menyimak.

"Membajak ulang tanah yang ada di lahan itu." Ujar Ava mengusulkan.

"Lahannya kering, terlalu kering."

"Kita buat pengairan seperti... membuat saluran kecil dengan mencangkul tanah dari arah mata air terdekat menuju tanah itu, saluran itu kita buah mengelilingi lahan."

Sebastian menghela nafas. "Memang mungkin tapi membutuhkan waktu paling cepat tiga bulan dan paling lama? tidak ada yang tahu."

"Kita bisa gunakan tenaga kerja manusia untuk membajaknya dan memupuk--"

"Sepuluh tahun sudah di coba dan gagal, tidak ada pupuk yang bisa--"

"Pupuk lain!" ngotot Ava melotot.

Sebastian menghela nafas dengan wajah datar. "Pupuk seperti apa?"

"Pernahkah kau coba pupuk dari kotoran hewan ternak?"

"Hah? Membayangkannya saja membuatku ingin muntah." Desis Sebastian dengan suara kecil, berbisik.

"Bukankah kau ini Pangeran Mahkota? Bagaimana mungkin merasa jijik pada solusi yang dapat digunakan untuk meraup keuntungan besar nantinya." Balas Ava berbisik juga.

"Ekhm," Ratu Charis berdehem, membuat Ava dan Sebastian yang tadinya saling melotot dalam jarak dekat segera menjauh dan menatap lurus ke depan.

"Aku telah mengambil keputusan." Katanya.

Sebastian mengangguk, "anda bisa mengatakannya pada kami."

Ratu Charis menjeda sesaat dengan menghela nafas sebanyak dua kali lalu berucap. "Mari kita coba kemungkinan yang bisa dilakukan seperti yang dikatakan oleh Nona Ava."

"Benar sekali!" sambar Ava semangat karir alis dibuat-buat. "Anda tidak perlu merasa khawatir, Ratu. Saya dan Pangeran Mahkota akan turun tangan langsung serta memberi laporan pada anda setiap bulannya."

"Apa maksudmu?" Sebastian melotot, "kenapa aku?"

"Lalu kakakmu?" balas Ava berbisik.

"Baiklah, aku saja." Dengan cepat Sebastian mengubah pertanyannya menjadi persetujuan.

How To Survive From Sebastian Where stories live. Discover now