20. One Week

15.5K 1.5K 201
                                    

Seminggu setelah kematian Brianna tak ada yang tahu Zafar sama sekali tidak pulang sejak keluar bersama Sebastian malam itu. Selain karena anggota kerajaan lain sibuk mengurus Malvolio yang belum diketahui sakitnya karena apa sebab hasil pemeriksaan darah belum keluar, mereka memang cenderung tidak peduli. Hanya Ava yang sesekali meletakkan nampan berisi makanan di meja samping kamar Zafar, itupun tidak pernah disentuh.

"Yang Mulia..." seorang pelayan mendekat dan berbisik pada Ava, "Pangeran Mahkota sudah menunggu anda dibawah."

"Sekarang juga?" Ava menghela nafas, kepalanya sedikit berdenyut, "dia memanggilku untuk apa lebih tepatnya?"

"Agenda mengenai lahan," ujar sang pelayan memberitahu.

"Baiklah, aku akan turun." Angguk Ava patuh setelah selesai meletakkan nampan baru ke atas meja di samping kamar Zafar lalu menyerahkan nampan semalam kepada pelayan tadi.

"Jika aku belum pulang di siang hari, tolong ganti makanannya dan ketuk saja pintunya lalu beritahu makanannya sudah diganti. Mengerti?" ucap Ava pada pelayan itu.

Pelayan itu pun mengangguk, "baik, saya mengerti." Lalu membungkuk hormat begitu Ava berjalan cepat melewatinya.

Tadinya Ava berniat mengunjungi mertuanya dulu tapi, tangannya ditarik langsung oleh Sebastian begitu pemuda itu melihat dirinya muncul sebab sedari tadi Sebastian memang menunggu di tangga.

"Yang Mulia, lepaskan aku!" Ava melototi laki-laki itu sambil memukuli lengannya beberapa kali. "Aku harus mengunjungi Yang Mulia Raja dulu!"

"Tidak ada kunjungan pagi ini, kakak ipar." Ucap Sebastian memberitahu bahwa pagi tadi Tabib meminta waktu bagi dirinya untuk memeriksa Malvolio secara intens sambil menunggu hasil tes darah yang masih belum bisa terindentifikasi, maklum caranya pun tradisional tak seperti di dunia Ava sebelumnya.

"Ibu dan yang lain juga ada di kamar, bukankah pembajakan ulang lahan adalah idemu?"

"Itu idemu, tapi--" kalimat Ava berhenti disana, bukan karena mendadak Sebastian meremas dadanya seperti waktu itu melainkan karena kedatangan Zafar dalam kondisi berantakan.

Kemeja putih yang pria itu kenakan nampak kusut, dua kancing teratasnya terbuka, rambutnya juga terlihat agak lepek dengan kantung mata menghitam. Ada beberapa tanda kemerahan di permukaan leher Zafar yang tidak perlu dijelaskan apa itu pasti semua sudah tahu. Hal-hal seperti mabuk, tidur bersama wanita, dan lain-lain merupakan hal wajar dalam zaman itu malahan konon semakin banyak istri/selir yang dimiliki oleh pemimpin dari suatu wilayah menandakan betapa makmurnya wilayah tersebut.

Sebastian refleks menarik Ava dan menyembunyikan gadis itu ke belakang tubuhnya tepat saat Zafar menaruh pandangannya jatuh ke arah Ava.

"Kita pergi." Ajak Sebastian atau lebih tepat disebut sebagai sebuah perintah sebab pemuda itu langsung menarik tangan Ava dan membawanya keluar melewati Zafar.

Ava sendiri merinding ketika melihat Zafar dalam kondisi seperti itu. Bukannya Ava mendadak tutup mata dan tidak mau peduli, hanya saja ia takut sesuatu terjadi pada dirinya jika mencoba bertanya pertanyaan basi seperti 'kau kenapa?' pada Zafar terlebih aroma alkohol pekat menguar dari tubuh lelaki itu.

Tidak masalah semua orang pergi, Zafar tidak peduli.

Tetapi, Serophine... wanita itu tidak membiarkannya lolos begitu saja ketika berpapasan dengan putra dari selingkuhan suaminya.

"Dari mana saja kau?" tanya Serophine yang rupanya sadar bahwa Zafar tidak pulang selama seminggu, "Zafar!" teriaknya saat pertanyaan awal tidak dijawab.

Terlihat Zafar seperti orang linglung, pria itu mengalihkan pandangannya pada Serophine namun tidak mengatakan apa-apa sehingga tatapan wanita itu berubah menjadi sangat kesal dan sebelum sempat mendengar pertanyaan dari wanita itu lagi... Zafar ambruk tak sadarkan diri.

How To Survive From Sebastian Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz