19. Getting lost

16.4K 1.5K 162
                                    


Seperti malam-malam biasanya, Sebastian akan menyelinap keluar. Tak peduli ayahnya sehat, sakit, atau bahkan mati sekalipun karena sejak kecil ia selalu merasa kasih sayang Malvolio terhadapnya tidak sebesar kasih sayang pria itu terhadap putra sulungnya, Zafar.

Setiap kali Sebastian melakukan kesalahan, Malvolio akan memberi ancaman seperti akan memberi jabatan Pangeran Mahkota pada Zafar walau pria itu lemah secara akademik dan pertarungan fisik.

Lama kelamaan Sebastian jadi memiliki kebenciannya sendiri terhadap sang kakak walau tidak pernah ia utarakan secara jelas dan sikapnya juga terbilang netral, tidak benar-benar menjauh dari lelaki itu malahan cenderung akur walau keduanya jarang terlibat dalam satu agenda yang sama.

Malam ini adalah contohnya, semua orang sedang tidur dan Zafar... ah, pria itu pasti sedang meratapi kepergian sang istri yang tiba-tiba. Sebenarnya tidak tiba-tiba, sejak dulu Brianna sudah dinyatakan tidak akan bertahan hidup lama karena penyakit bawaan.

Sebastian sendiri menyukai Ava tapi tidak sampai siap mati untuk gadis itu. Ia suka Ava karena gadis itu berusaha menciptakan topik obrolan walau aneh, tidak benar-benar mendiamkannya seperti Annelise yang ketakutan.

Tapi, lupakan semua itu. Poinnya malam ini bukan tentang Annelise atau Ava melainkan tentang dirinya yang ingin kembali menjalankan hobi seperti malam-malam biasanya yakni berkeliaran mencari seseorang yang masih berjalan sendiri diantara gelapnya malam lalu membunuhnya.

Namun tiba-tiba sebuah tangan menangkap lengan Sebastian, mencengkramnya cukup kencang. Tak lama sebelum pemuda itu menolah, sebuah suara lebih dulu memberinya interupsi.

"Sebastian, aku tahu setiap malam kau sering menyelinap keluar walau kondisi wilayah istana masih berbahaya. Sekali saja, sekali saja... bawa aku ke tempat kau bersenang-senang." Ucap Zafar dengan nada memohon.

"Bersenang-senang?" alis Sebastian tertaut heran sesaat lalu ia paham arti dari bersenang-senang yang Zafar maksud.

Pria itu mengira selama ini Sebastian suka keluar malam untuk mendatangi tempat yang masih membuka jasa hiburan secara sembunyi-sembunyi di lingkungan yang tertutup padahal nyatanya kesenangan yang Sebastian suka bukanlah itu.

"Kumohon..." nada suara Zafar terdengar sangat putus asa. "Aku tidak bisa berhenti memikirkan Brianna. Aku... aku merasa gila, Sebastian."

"Kakak, memangnya ayah tidak akan marah jika tahu kau ikut bersenang-senang secara rahasia bersamaku?" Sebastian tidak langsung setuju begitu saja, ia memainkan kalimat. "Aku tak mau jika ayah marah nantinya."

Zafar menggeleng. "Hanya diantara kita, tolong beritahu saja tempatnya." Pinta lelaki itu frustasi. "Aku butuh pelarian."

Mendengar hal itu, Sebastian menyeringai bak setan. "Baiklah, sebagai seorang adik... aku merasa tak tega melihat keadaanmu saat ini. Aku tahu perasaanmu, akan kutunjukkan tempat terbaik untuk bersenang-senang dan melupakan segalanya."

Zafar mengangguk, "tolong cepat..."

"Ikuti aku." Ajak Sebastian memimpin jalan.

Keduanya meninggalkan istana bersama, Sebastian mengajak sang kakak–Zafar–ke tempat yang paling luar biasa dari segala tempat kesenangan. Tentu hal itu Sebastian lakukan dengan riang hati, ia tak peduli efek samping yang akan timbul nantinya. Jika efek samping itu buruk, Sebastian akan menjadi orang pertama yang tersenyum lebar.

Setelah dua puluh menit berjalan melewati lorong-lorong gelap diantara rumah para penduduk dan kedai-kedai sepi serta melintasi hutan singkat yang masih ada dalam cangkupan wilayah Orpheus termasuk tempat kesenangan yang ada di depan sana, Sebastian menghentikan langkahnya.

How To Survive From Sebastian Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang