36. Are You Wiling To Be Mine? 🔞

18.9K 1.1K 81
                                    

"Apa kau bicara padanya?" Ava bertanya pada Zafar dikeesokkan hari saat pria itu datang berkunjung untuk membawakan salep serta meminta Ava memakainya secara rutin pada luka di telapak tangannya.

"Aku bicara." Jawab Zafar tak langsung bercerita mengenai respon yang Sebastian berikan. "Kurasa perubahan sikapnya karena dia terlalu sibuk akhir-akhir ini."

"Aku merasa dia menghindariku."

"Dia seorang Raja sekarang. Jadi," kalimat Zafar tergantung disana. Pandangan matanya jatuh pada Ava yang nampak murung hanya karena Sebastian menolak bicara padanya lagi. Membuat Zafar merasa bersalah dan mencoba menghibur, "jadi, tenanglah. Dia akan kembali seperti semula nanti."

"Kapan?"

"Entahlah." Zafar memberi jawaban ambigu, bukan kepastian lalu menambahkan sebuah contoh nyata. "Seperti halnya diriku yang sempat kehilangan diri sendiri selama beberapa waktu setelah kepergian Brianna, mungkin Sebastian sedang kehilangan dirinya. Itu saja. Tunggulah sebentar dan semua akan menjadi baik-baik saja."

"Bagaimana jika tidak?" pertanyaan Ava terdengar mendesak, ini seperti seorang suami yang mendukung istrinya berselingkuh. Mungkin?

"Dia akan kembali. Bukankah kau melihat contoh nyatanya di depan mata? Aku kesal selama beberapa waktu dan menjadi buruk pada semua orang." Ujar lelaki itu menjelaskan, "ketika aku sadar bahwa itu bukan diriku dan itu buruk, aku mencoba mengembalikan diriku."

Ava terdiam, mencerna kalimat yang Zafar ucapkan lalu mengerti setelah beberapa menit pria itu memberi jeda baginya untuk memahami. Sekarang artinya Ava hanya perlu menunggu Sebastian kembali seperti semula. Semua akan menjadi baik-baik saja nantinya, ia hanya  bersabar.

"Lalu apa yang membuatmu kembali? Karena egomu terluka dan ingin membalaskan hal serupa seperti yang Sebastian lakukan?" tanya Ava ingin tahu.

"Kau ingat selama sebulan saat istana sedang di bangun ulang, kau dan yang lainnya tinggal di rumah perburuan milik Orpheus yang ada di hutan?"

Ava mengangguk. "Aku ingat, itu sekitar dua Minggu lalu."

"Aku menghabiskan waktu di makam Brianna. Aku minum, tidur, dan kehilangan arah selama beberapa waktu. Aku mungkin sempat berpikir untuk balas dendam karena merasa tak adil namun mungkin ini karma dari ibuku yang harus kutanggung dan jika aku terus menjadi sosok yang sendirinya tidak kukenal... hanya akan ada kehancuran." Jelas pria itu mendadak bijak, mungkin habis terbentur atau tertiban durian runtuh sewaktu menghabiskan malam disamping makam Brianna.

"Aku memang sempat masih kesal namun pada akhirnya, aku menjadi baik-baik saja dan kembali normal setelah memilih untuk melepaskan segalanya." Lanjut Zafar berkata. "Tidak perlu terlalu memikirkannya, dia akan baik-baik saja dan kembali seperti semula jika sudah selesai dengan dirinya yang sekarang."

Perlahan Ava mengerti  yang Zafar jelaskan padanya dan mengangguk. Terlihat pria itu tersenyum, ia mencoba menjadi seseorang yang lebih baik atau lebih tepatnya kembali menjadi diri sendiri.

"Berikan tanganmu."

"Y-ya?" beo Ava heran.

Zafar lalu meraih tangan kanan Ava yang terbungkus, melepas kain yang membungkuk telapak tangan perempuan itu kemudian mengoleskan salep ke atas lukanya.

"Kau tidak perlu memikirkan perasaan Brianna lebih jauh lagi," ucap lelaki itu menasehati, "cukup dengan menuruti permintaan terakhir yakni, menikah denganku saja sudah lebih dari cukup. Kau tidak harus merasa berat hati karena permintaannya. Kau sudah mematuhi gadis besar permintaannya dan itu sudah. Kau tidak harus melaksanakan sisanya.

"Maksudmu?"

"Anggaplah hubungan kita ini terbuka antar satu sama lain seperti aku bisa bersama siapapun dan kau bisa bersama siapapun tanpa merasa keberatan atau tak enak hati. Singkatnya, aku tak keberatan jika kau menjalin hubungan dengan laki-laki lain dan sebaliknya juga untukku hanya saja... Sebastian, kau yakin? Kau yakin memilih adikku itu?"

How To Survive From Sebastian Where stories live. Discover now