JIL05

69 24 36
                                    

"Jangan jatuh cinta sendirian. Itu rasanya sangat menyakitkan."

★ HAPPY READING ★

"Maaf, ya, gue nggak jadi temenin lo buat ketemu Narendra. Pak Malik nyuruh gue sama Della buat ke ruangannya."

Begitulah kalimat yang diucapkan oleh Selvi setelah bel istirahat berbunyi. Alhasil mau tidak mau, Ayana harus sendirian mencari keberadaan Narendra di sekolah.

Tujuannya kali ini adalah perpustakaan. Ayana menuruni tangga menuju lantai pertama, karena perpustakaan terletak di sana. Narendra siswa yang cukup pintar, sudah pasti tongkrongannya di perpustakaan. Pikirnya.

Di lepasnya sepatu, kemudian menaruhnya di sebuah rak sebelah kanan pintu. Perpustakaan sekolahnya memiliki ruangan yang cukup luas. Setara dengan ruangan kelas. Ada sekitar tujuh rak besar berisikan buku-buku yang tertata rapi.

"Kok gue baru tahu kalau di perpustakaan ada komik sih?" Ayana berdiri di depan rak khusus buku fiksi. Ada puluhan novel dan komik berjejer dalam rak tersebut. Sudah jelas sangat menggoda bagi Ayana, gadis pecinta cowok fiksi.

Seakan lupa dengan tujuannya datang ke perpus, matanya terfokus memilih beberapa komik untuk dipinjam. Ya, Ayana sangat menyukai komik atau manga dari Jepang. Selain itu dirinya juga sangat menggemari menonton anime.

Kesukaannya pada cowok gepeng bermula saat dirinya selalu mengejek Helga karena suka menonton anime. Hingga suatu hari, Ayana mendapat tantangan dari Helga dan dari salahlah sekarang Ayana sangat menyukai cowok gepeng.

Sudah banyak judul manga atau anime yang ditontonnya. Bahkan ia rela membeli beberapa merchandise atau action figure dari karakter favoritnya.

Bola matanya berbinar saat melihat sebuah komik yang saat ini sedang dibacanya. Ia sedikit berjinjit untuk menggapainya. Namun, tiba-tiba sebuah tangan terlebih dulu mengambilnya. Ayana menoleh ke samping, mendapati postur tubuh tinggi memegang komiknya.

"Naren?" Merasa namanya dipanggil, cowok pemilik senyum pipit itu menaikkan satu alisnya.

"Komiknya gue duluan yang nemu," kata Ayana sambil menunjuk ke komik yang dipegang Narendra.

Narendra menatap komik tersebut, kemudian menatap balik ke Ayana. "Tapi, gue yang ambil," katanya sambil mengangkat komik berjudul 'Blue Lock' dengan cover berwarna merah.

Benar juga, benak Ayana. Namun, ia tak mau menunggu lebih lama untuk membaca komik kesukaannya.

Entah mendapat kekuatan dari mana, Ayana merasa sekarang tidak gugup saat berhadapan langsung dengan Narendra. Ia bahkan tidak gagap berbicara dengan crush-nya, tidak seperti sebelumnya.

Semua ini sepertinya berkat sebuah komik kesukaannya.

"Tapi, gue duluan yang lihat. Harusnya gue duluan yang pinjam,"

"Salah siapa pendek." Tak pernah terpikir dalam benaknya bahwa tiga kata pedas itu akan terucap dari mulut cowok yang di sukainya.

Merasa diejek, Ayana berkacak pinggang. Menatap Narendra kesal. Ia baru tahu kalau Narendra memiliki sifat menyebalkan. Sepengetahuannya, Narendra itu cowok cuek. Yah, tidak terlalu cuek juga sih.

"Wah, masa Ketua OSIS kita malah jadi pelaku bully, sih?" sindir Ayana, membuat ekspresi Narendra berubah drastis. Tatapannya semakin menyalang.

Ayana yang ditatap tajam merasa terintimidasi. Ia menengguk ludahnya susah payah. Mengerutuki mulutnya yang asal ceplos berbicara. Lagian salah siapa Narendra mengejeknya pendek. Jelas tidak terimalah.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 10 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Journal In LoveWhere stories live. Discover now