Menuju Dimensi Lain

4 4 0
                                    

Roni diam membisu setelah dia mendengar cerita tentang tetangga Satria ini. Apa yang pemuda itu rasakan jauh lebih parah dari pada saat dia menonton film horor yang paling horor.

Hal yang sungguh di luar nalar, menghidupkan orang yang sudah mati. Meminta pertolongan dari bangsa iblis agar bisa melawan kehendak takdir. Biasanya Roni hanya mendengar kisah seperti itu di film saja, dia tidak menyangka akan mendengar langsung dari kisah nyata penghuni rumah yang saat ini tengah diawasinya.

"Kalau begitu, apa yang akan terjadi pada Satria dan ayahnya? Apa keduanya tidak bisa diselamatkan?" tanya Roni dengan suara parau. Skenario terburuk melintas di benaknya saat ini, bukan berarti dia mengharapkan hal tersebut terjadi pada Satria dan ayahnya.

Sungguh dia tidak menyangka niatannya menginap ke rumah Satria, yang sekedar untuk membuktikan kebenaran ucapan Satria saja. Justru sekarang dia harus berhubungan dengan hal-hal ghaib seperti ini.

"Bukan tidak bisa diselamatkan, selalu ada jalan di setiap masalah bukan? Nah, karena Maghrib juga sudah tiba. Kini saatnya kita beraksi," ucap Mbah Joko tersebut.

Dimatikannya rokok yang sebelumnya dia nikmati, Mbah Joko kemudian membenarkan blangkonnya yang sedikit miring. Iya blangkon miring bukan topi miring.

"Kita mau ke mana, Mbah?"

"Jangan banyak tanya, ikuti saja aku." Mbah Joko mulai melangkahkan kakinya menuju halaman belakang rumah Sekar.

Roni menurut saja dengan ucapan lelaki itu, dia tidak punya pilihan. Saat ini hanya orang tersebutlah yang bisa dia mintai tolong.

Keduanya melangkah menuju pojok halaman belakang rumah Sekar. Halaman yang sangat berbeda dengan rumah Satria, di halaman rumah ini begitu banyak terdapat tulang belulang. Ada juga sisa-sisa sesajen yang dibiarkan begitu saja. Melihat pemandanhan tersebut, Roni makin percaya dengan cerita Mbah Joko. Sekarang pandangan mata Roni beralih ke salah satu titik. Apa yang terlihat di mata Roni yaitu sebuah lubang berwarna hitam yang berputar. Kalau diumpamakan sedikit mirip dengan arah putaran segitiga bermuda.

"Anak muda, ingat namaku Mbah Joko. Selama di dalam sana nanti, jangan pernah kamu pergi jauh dariku. Jika tidak maka kamu akan tersesat di dalam sana untuk selamanya. Kalau kamu dalam kesulitan, panggil namaku. Sebisa mungkin aku akan membantumu, oleh karena itu kamu harus camkan ucapanku ini. Kamu paham?" tutur lelaki yang sedari tadi bersama dengan Roni, yang ternyata bernama Mbah Joko.

"Baik, Mbah. Saya akan ikuti apa yang Mbah katakan," jawab Roni tanpa ada keraguan.

Lagian jangankan disuruh untuk tetap berada di dekat Mbah Joko, Roni pun tidak ada niatan untuk meninggalkan lelaki itu. Dia bukan orang yang pemberani seperti Satria. 

Mbah Joko dan Roni pun perlahan memasuki portal tersebut, keduanya seakan tersedot ke dalamnya. Roni memegang erat ujung baju Mbah Joko,  dia tidak bisa melihat apapun. Kepalanya terasa pusing. Hingga Roni merasakan pergerakan di dalam portal itu tiba-tiba berhenti.

"Ayo kita cari temanmu," ucap Mbah Joko.

Tidak mau menunggu waktu lagi, Mbah Joko kembali melangkahkan kakinya. Hal yang membuat Roni takjub, dia yang masih muda saja kedua kakinya terasa lemas. Hampir saja Roni juga muntah saat mereka baru tiba di tempat yang tidak dia kenal.

"Kita ada di mana Mbah sekarang?" tanya Roni setelah cukup lama diam.

"Kita ada di wilayah iblis itu, kamu harus berhati-hati. Sebab mulai dari tempat ini kekuatan ilmu hitam begitu kuat. Aku yakin Situ dan suaminya itu sudah mengatur berbagai jebakan."

"Jebakan? Jebakan apa Mbah?" tanya Roni lagi.

"Tentu saja jebakan agar kita tidak bisa membawa pulang temanmu itu," jawab Mbah Joko.

Roni pun mengangguk, tanda dia paham atas apa yang dikatakan Mbah Joko. Tentunya orang jahat pasti akan berusaha menggagalkan rencana mereka. Apa lagi ini yang berbagi tumbal, ilmu hitam, ajaran sesat. Hal yang membuat Roni takjub lagi adalah tiap kali Mbah Joko melangkah, ada cahaya dibelakang mereka.

"Mbah, kok bisa ada cahaya di jejak kaki Mbah? Mbah pakai magic apa supaya bisa begitu?" Roni yang tidak bisa menahan rasa ingin tahunya itupun akhirnya menanyakan hal yang membuatnya penasaran setengah mati.

"Fokus, anak muda! Kita sudah dekat di tempat yang akan kita tuju. Kamu bisa baca-bacaan. Ingat lawan kita situ hujan demit teri, tapi rajanya demit," ujar Mbah Joko.

Roni langsung membekap mulutnya, membayangkan demit yang biasa saja menakutkan. Bagiamana dengan rajanya demit?

"Tolong selamatkan kami semua, ya Allah..." gumam Roni dalam do'anya.

Keduanya terus berjalan hingga Mbah Joko tiba-tiba berhenti dan memasang wajah yang mengerikan.

Sekar ( Penghuni Rumah Nomor 13 )Where stories live. Discover now