02

414 85 17
                                    

"Saya kirimkan kontak atasan saya, ya, Pak. Langsung komunikasikan saja ke atasan saya, besok setelah dia sampai di Indonesia." 

Setelah mengakhiri telepon, Juna menerima kiriman nomor kontak yang dinamai oleh Karlo Kartanegara—asisten pribadi seorang model yang mau menyewa jasanya sebagai arsitek untuk pembangunan sebuah hunian—dengan 'Tuan Putriku'.

Namun, ketika Juna hendak mencoba menyimpan, nomor tersebut sudah duluan tersimpan di daftar kontaknya. Sudah sangat lama mangkrak, tidak pernah dihanguskan Juna, meski tidak pernah juga disapa.

Aca

Pesan-pesan yang pernah Juna kirimkan dan balasan-balasan dari Aca tidak pernah dihapus Juna, masih ada di arsip WhatsApp-nya, masih suka Juna tengok kadang kala, masih ... 

... Juna mengharapkan tiba kesempatan untuk bisa memperbaiki semuanya.

Kerusakan yang terjadi lima tahun lalu, Juna selalu ingin membenahi, tetapi Aca selalu terasa di luar jangkauannya. Sekalipun Aca dekat dengan pandangan mata, berkeliaran di area kampus yang sama dengannya, kadang tanpa sengaja dipapasinya, bagi Juna ... Aca sudah jauh.

Puncaknya adalah ketika Juna dengar kabar dari Joni bahwa Aca akan memulai karirnya sebagai model di Italia.

Saat itu, Juna yang sudah menjadi sarjana satu arsitektur sedang berkesempatan bekerja di salah satu perusahaan konstruksi besar di Jakarta. Wisuda Aca pun, Juna hanya menitipkan sebuket bunga dan sekotak pizza—makanan kesukaan Aca—pada Joni.

Italia, jauh sekali. Pikir Juna saat itu.

Namun, seringkali, seiring waktu berjalan, Juna berpikir untuk menyusul Aca ke sana, atau setidaknya dalam enam bulan, ada satu kali, Juna merencanakan liburan ke sana, berharap bisa berjumpa dengan Aca, dengan atau tanpa sengaja.

Sialnya, pikiran-pikiran Juna tidak pernah terealisasikan. Realitanya, ia hanya menjadi warga Bandung sejati sebab Jogja—kota lahirnya—untuk beberapa alasan sudah tidak lagi nyaman ditinggali, mengurusi kerjaan dan bisnisnya saban hari, kadang nangkring di warung kopi bersama Joni.

Iya, masih Joni, teman yang paham Juna luar-dalam dan mau menerima Juna lengkap beserta ngeyelnya, introvert-nya, slowrespon-nya, dan kekurangan-kekurangan Juna yang lain. Masih Joni yang bisa mengatasi itu.

"Coba di-chat aja Aca-nya," ucap Joni, tiap kali Juna mengajaknya ke warung kopi yang bukan sekedar untuk mereguk secangkir kopi tapi juga mereguk secangkir keresahan hati.

Joni tahu, seberapa keras Juna berusaha menyibukkan diri dan seberapa lama pun itu, kegagalan Juna adalah mutlak.

Juna memang sukses menanggalkan title sebagai karyawan dan memulai bisnis properti disamping profesinya sebagai konsultan arsitektur. Namun, Juna tidak pernah sekalipun berhasil menanggalkan Aca dari hatinya.

"Kata gue, chat aja sih, Jun. Telepon kalo perlu, bilang kalo lo kangen, ajak balikan kalo perlu. Aca tuh masih sayang sama lo. Kalo lo ngajak balikan, dia pasti mau kok."

Selama ini, saran-saran Joni hanya masuk kuping kanan keluar kuping kiri. Juna tidak pernah mengusik Aca, meski keinginan untuk itu ada, dan meski Aca terus mengusik pikirannya.

Namun, pagi itu, Juna ....

Aca
memanggil

Aca
berdering

"Halo."

"Pesawatnya sampe Indonesia jam berapa, Ca?"

"Jam lima pagi."

"Bandara Husein 'kan?"

"Iya."

"Aku jemput, ya."

Menurut Juna, apa yang Joni katakan itu ada benarnya. Aca mungkin saja masih menyimpan perasaan padanya.

Bukti pertama, di antara banyaknya arsitektur profesional yang ada di Bandung, Aca memilihnya yang notabenenya saat ini tidak terlalu profesional karena ketimbang menjadi arsitek, Juna lebih suka jadi pengusaha.

Bukti kedua, Aca tidak pernah mengganti nomor ponselnya. Meski ia lama berada di Italia, provider-nya tetap Indonesia, tetap nomor yang Juna simpan dengan nama sewajarnya sekalipun sang pemilik nama pernah jadi manusia paling istimewa dan sampai hari ini pun masih istimewa.

Iya, Juna memang tidak seromantis itu. Tidak ada 'Tuan Putri' seperti sebutan Karlo pada Aca yang ia akui sebagai atasan.

Bukti ketiga, kalau dulu, Aca kerap berkata, "Enggak usah, Jun. Aku bisa sendiri," kali ini Aca ....

"Boleh, kalo kamu nggak keberatan."

[]

Juna (28)yang mau jemput mantan pacar

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Juna (28)
yang mau jemput mantan pacar

***

ih baru sadar kalo aku keseringan jadiin
Bandung sama Jogja sebagai latar cerita :( 
bener-bener enggak punya gambaran kota lain :'(

hehe, terima kasih sudah baca :)

SEANDAINYA KITA MEMULAI KEMBALI [END]Where stories live. Discover now