Bab 15. Reuni

868 127 1
                                    


Keenan : Sore jam 5

Bagian bawah Dinar berdenyut saat membaca pesan Keenan, dan dia membalas dengan semangat bahwa dia akan datang ke rumah orang tua Keenan lusa. Merasa belum mencapai kepuasan, Dinar yang penasaran, melepas celana dalamnya, sambil membayangkan Keenan menindih tubuhnya dan meraba-raba miliknya.

"Akh, Mas Keenan. Dinar kangen, akh."

Malam menjelang tidur, Dinar mengaduk miliknya sampai di ujung kepuasan, tubuhnya mengerjang hebat hingga cairan lengket dari dalam tubuhnya memenuhi miliknya hingga lengket di pangkal dua pahanya. Setelahnya, Dinar tidur lagi dengan perasan tenang.

***

Sejak menikah dengan Keenan, Winda ogah memenuhi undangan reuni teman-teman kuliahnya di Jakarta. Namun, setelah yakin akan bercerai, dia sudah merasa bebas dan bisa bertemu siapa saja, hingga Winda pun mau menghadiri undian reuni kuliahnya di sebuah hotel berbintang di Jakarta, yang terdiri dari beberapa mahasiswa dari Indonesia yang berkuliah di kampus yang sama di Singapura, dari tiga angkatan.

Winda datang sendirian malam itu, dan ada beberapa teman yang masih mengingatnya. Ternyata isu dirinya yang akanbercerai dari Keenan sudah banyak yang tahu, dan Winda dengan tenang menjawab pertanyaan mereka dengan cara elegan dan tidak peduli jika mereka membicarakannya dan sinis di belakangnya.

"Jadi, kamu datang di acara reuni kali ini, ingin menunjukkan bahwa kamu sekarang bebas dan sedang mencari jodoh?" Seorang teman Winda menyinggung Winda sambil mengamati tubuh Winda dari atas kepala hingga ujung kaki. Banyak mata-mata kagum tertuju ke Winda malam itu. Winda saat kuliah, dikenal sosok perempuan yang sempurna, dia sangat cantik, memiliki tubuh sempurna, otak yang cerdas, bicara yang tegas, dan tidak bertele-tele.

"Ya, Why not? siapa tau aku akan menemukan satu laki-laki yang ada di sini, yang tentunya sedang tidak memiliki hubungan apapun dengan perempuan lain," tanggap Winda yakin.

Jawaban Winda membuat orang-orang tersenyum, padahal dia belum resmi menyandang status janda, namun dia yakin Keenan pasti akan mempermudah jalan menceraikannya dan itu lebih baik.

"Winda ... Winda. Jangan mentang-mentang papa kamu punya kuasa dan kamu bisa seenaknya berpikir bahwa apa yang kamu inginkan selalu terwujud."

"Kita sedang tidak membicarakan papaku, kenapa kamu bawa-bawa papaku? Kamu iri dengan kehidupanku yang di atas segala-galanya, ha?"

"Eh? Congkak sekali kamu, Winda. Pantas Keenan tidak tahan dengan perempuan congkak seperti kamu."

"Aku harus congkak di depanmu, karena kamu yang memulai menyindir aku dan rumah tanggaku!" Meski kata-kata yang keluar dari mulut Winda menusuk, tapi Winda tetap pandai mengatur emosinya.

"Karena kedatanganmu mengundang tanya, Winda." Ada sosok lain yang membela orang yang "menyerang" Winda.

"Aku punya hak datang atau tidak datang. Kalo kalian tidak senang dengan kedatanganku jangan ajak aku bicara, dan kalian tidak berhak mengusirku."

Dua orang perempuan itu langsung menjauh dan mengajak yang lainnya meninggalkan Winda sendirian. Hampir semua meninggalkan Winda, tapi ada seorang laki-laki tampan yang tidak beranjak dari posisinya. Laki-laki itu justru mendekati Winda dengan langkah elegannya, dan aksinya membuat orang-orang yang meninggalkan Winda terkesima, dan semua menoleh ke arahnya.

"Winda, yang selalu tidak berubah sedari dulu."

Winda bukannya senang didekati laki-laki itu di saat yang lainnya meninggalkan dirinya. Dia justru menunjukkan wajah curiganya.

"Kenalkan, saya adalah Jaya Krisna, Bu COO."

"Ah." Barulah Winda tersenyum. "Jaya, apa kabar?"

Winda menjabat erat tangan kanan laki-laki yang dia kenal dengan nama Jaya. Laki-laki yang sangat populer di kampus yang sempat tergila-gila dengannya.

Pilihan SulitWhere stories live. Discover now