CHAPTER 1 | MPLS

118 9 1
                                    

"A person who can only talk untrue things about other people is a truly very stupid person!"

- Lisa Arashelena -

Hari ini siswa-siswi baru disambut dengan bahagia oleh kepala sekolah SMA Athala. SMA Athala sedang mengadakan MPLS atau Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah.

"Rival lo." bisik seorang laki-laki-laki tepat ditelinga sahabatnya.

Laki-laki yang dibisikin itu lalu menoleh kesamping, melihat rivalnya bersama sahabat-sahabatnya yang sedang tertawa bahagia. "Gue denger dia sekolah di SMA Xavier?" tanya laki-laki itu yang masih menatap rivalnya.

"Iya apa, Vin?" tidak percaya Taki yang juga ikut melihatnya.

Calvin melirik Taki sebentar, lalu kembali memainkan ponselnya.

"YA?!" teriak seorang gadis. Hal itu sontak saja membuat perhatian siswa-siswi disekitar, bahkan panitia pun ikut menyaksikannya.

Sang gadis menoleh kekanan dan kekiri, dia menutup wajahnya yang benar-benar sangat malu.

"Anjir lah!" guman gadis itu. "Malu banget gue, this is driving me crazy!!" batin gadis itu berteriak.

"Woy, anjir lah lo, baru awal masuk udah ngegas aja!" ujar seorang gadis disampingnya.

"PERHATIAN UNTUK SISWA-SISWI BARU, SILAHKAN MASUK KEDALAM AULA!!!" ucap seorang panitia MPLS menggunakan microfon.

Seluruh siswa-siswi baru berhenti didepan aula yang disediakan untuk kegiatan MPLS.

"Silahkan berbaris menurut gender!" perintah panitia tak terbantahkan.

"Kalau ada yang banci gimana dong kak? Baris sendiri ya?" tanya seorang laki-laki yang berbaris paling belakang. Diketahui namanya adalah Taki Aliraza.

Sontak hal itu membuat gelak tawa diantara siswa-siswi yang lainnya.

"SIAPA YANG NYURUH KALIAN KETAWA, HAH?!" gertak salah satu laki-laki yang mengambil alih.

Laki-laki itu menghampiri Taki. "Kamu bancinya?!" tegas laki-laki itu menatap tajam Taki. Dia adalah Devan Abraham yang notabennya adalah Ketua Pelaksana MPLS.

"Mainly gini, dibilang banci? Katarak lo, kak?" ucap Taki menatap balik kakak kelasnya itu. Tatapan berani itu sengaja dia lemparkan agar tak terlihat lemah dihadapan kakak kelasnya.

"Jaga ucapan kamu, dek! Mana sopan santun kamu?!" tegas seorang panitia MPLS yang juga menghampiri Taki.

"Silahkan semuanya masuk!" perintah kakak kelas tadi. "Buat kamu, silahkan pilih partner buat tampilin bakat kamu, harus cewek!" lanjut Devan.

Taki mengangguk pasrah, ulah konyolnya malah membuat dia mendapat hukuman. Contoh 'Stupid people' yang tidak boleh ditiru!

Semua siswa-siswi baru saja memasuki Aula.

"Lo kenapa sih udah buat masalah, baru awal masuk ini!" dumel sahabat Taki yang diketahui namanya adalah Calvin.

"Greget gue, anjing!" ujar Taki menggebu-gebu. "Dia gak sih anak pemilik yayasan??" tanya Taki memastikan. Laki-laki itu masih menatap kesal Devan.

Calvin mengangguk. "Woy Riell, cariin si Taki partner buat nyanyi!" perintah Calvin pada Gabriell.

Gabriell mengangguk cepat. "Bentar woy! Anjay! Pacar gue sekolah sini?" Gabriell menatap tak percaya Irene, selaku pacar Gabriell Lauv.

Daniel menutup mulut Gabriell yang masih menganga melihat Irene. "Emang lo gak dikasih tau? Kalau dia sekolah sini? Apa lo gak nanya sama dia?" Pertanyaan bertubi-tubi terus-terusan dilemparkan oleh Daniel.

The Way I Want It To BeWhere stories live. Discover now