14

144 48 12
                                    

🎵 Janji setia - Tiara Andini

🎵 Janji setia - Tiara Andini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

BUGHH

Satu pukulan hebat mendarat di pipi Jungwoo, Kun lah pelakunya.

"Kalian ngapain berdua disini?" Tanya Kun dengan mata berapi - api, namun tetap tenang karena bagaimanapun mereka sedang berada di tempat umum. "Jawab!"

"Mas, sabar mas."

"Apa kamu sedang membela laki - laki miskin ini?"

"Mas!"

Renjun tidak menyangka jika kata - kata itu akan muncul dari mulut suaminya, padahal Jungwoo adalah sahabat karibnya. Mengapa bisa demikian jahat?

Kun kembi terpancing emosi kala Renjun menghalangi nya seolah olah seperti membela Jungwoo.

"Mas, udah!"

Jungwoo hanya diam, dia tidak ingin orang - orang tau dan akhirnya itu akan menjadi aib untuk ketiganya.

"Kalian ada hubungan apa?" Tanya Kun sekali lagi. "Kalau kau mau mendua, pilih lelaki yang lebih baik dari ku. Harga diriku seperti diinjak - injak rasanya jika begini."

Karena Jungwoo tak kunjung kembali, keluarga Kim pun menghampirinya. Namun mereka terkejut kala melihat Jungwoo tengah berada dalam sebuah keributan.

"Ada apa ini?" Ujar Tuan Kim.

"Ayo pulang!"

"Mas-"

"PULANG!"

Melihat keluarga Kim datang menghampiri, Kun pun bergegas pergi. Di tariknya Renjun dengan kasar untuk mengikutinya.

"Jangan kasar." Ujar Jungwoo mencoba maju.

Kakaknya menghalau. "Sudah- jangan ikut campur."

Akhirnya Jungwoo hanya bisa  diam melihat Renjun diperlakukan dengan kasar oleh suaminya. Dirinya juga tidak bisa berbuat banyak karena dirinya sedang bersama keluarga, nama baik keluarga juga perlu dirinya jaga.

"Kejar dia nak." Ujar Tuan Kim

Jungwoo menatap sang Ayah dengan tatapan bingung.

"Ayah takut jika terjadi apa - apa." Jelas Tuan Kim. "Ikuti saja, tapi jangan ikut campur."

"Baik, ayah."

*****

Kun meninggalkan restoran dengan perasaan yang sedikit buruk. Namun apapun yang terjadi Kun tetap berusaha memperlakukan Renjun dengan baik meski suasana hatinya sedang buruk.

Kun melirik Chenle yang sudah tertidur di kursi penumpang.

"Keluar! Kota bicara di luar."

Kun bergegas keluar mobil, begitu juga Renjun. Kun memutuskan untuk berbicara di luar karena takut Chenle akan bangun. Mereka juga tidak mau membawa pertengkaran mereka ke rumah.

"Apa yang ada di pikiranmu, Huang Renjun?"

Renjun tidak menoleh. "Apa maksud mas?"

"Mengapa kamu bersama Jungwoo, kalian tidak saling kenal sebelumnya!"

"Mas Jungwoo membantuku-"

Kun meradang. "Mas? Mas Jungwoo? Sejak kapan kamu memanggil orang asing dengan sebutan Mas?"

"Kami saling kenal-"

Kun menyeringai. "Apa kamu baru mengakui kalau kalian diam - diam bersama di belakangku."

"MAS!"

Semuanya benar, Renjun mengakuinya- namun dirinya merasa fidak seharusnya dirinya diperlakukan seperti ini.

"Kamu pikir aku bahagia, Huang Renjun?"

"Stop-"

"Meskipun aku selalu memikirkan wanita lain, namun aku setia padamu- aku tidak pernah berselingkuh."

"Mas-"

"Tapi kau malah- ah sudah lah." Kun berusaha menahan emosinya. "Jungwoo itu sahabatku! Kenapa harus dia? Dia miskin, memang dia pantas jadi ayahnya Chenle?"

"Mengapa mas jadi seperti ini?"

"Kau yang mulai."

"Mas pikir aku jadi begini karena siapa?"

"Cukup-"

"Sengaja tidak pernah pulang, tidak peduli pada anak. Setelah aku hendak bercerai baru mas mencoba perhatian pada Chenle. Aku juga punya perasaan, memang mas pikir tidak lelah? Aku seperti patung yang di pajang, di depan semua orang aku istrimu- tapi jika tidak ada orang , tidak ada yang mengajakku bicara."

"Renjun-"

"Mas pikir, jika mas tidak berselingkuh- itu sudah cukup?" Tanya Renjun sambil menahan air mata. "Itu bare minimum namanya. Aku lelah menjalani kehidupan seperti ini."

"Lalu apa yang kamu mau?"

Renjun sudah berpikir bulat. "Berpisah."

"TIDAK."

"Kenapa?"

"Chenle-"

"Berhenti membawa nama Chenle untuk menakuti ku."

Renjun bergegas pergi. Dirinya tidak bisa berpikir dengan jernih, dirinya hanya ingin menyingkir dan menyudahi permalasahan yang menimpa dirinya.

Lari dari masalah memang bukan jalan keluar, namun Renjun ingin rehat dari beban pikiran yang sudah lama membebani kepalanya.

"RENJUN! RENJUN!"

Panggilan dari Kun pun tak Renjun hiraukan, entah apa yang merasuki Renjun sehingga dirinya mantap melangkah pergi. Entah tidur dimana malam ini, entah apa yang ada di depannya nanti. Renjun hanya, ingin pergi.

Kun pun tidak bisa berbuat banyak karena dirinya pun tidak mungkin meninggalkan Chenle sendirian.

*****

Jungwoo kehilangan jejak Kun dan Renjun. Kun yang kesetanan menyetir tanpa pertimbangan.

Sisi rasional Jungwoo memberitahunya intuk kembali, karena kemungkinan besar Kun dan Renjun sudah kembali ke kediamannya. Namun hati Jungwoo berkata lain, memohon untuk terus mencari - karena di dalam lubuk hati Jungwoo, dirinya khawatir kala melihat Renjun diperlakukan kasar oleh suaminya.

Dengan telaten Jungwoo menyusuri jalan sekitar restoran yang menuju ke rumah Renjun. Matanya tidak berhenti mencari, kalau - kalau ada hal buruk yang terjadi.

Sepuluh menit sudah Jungwoo menyusuri jalanan, hampir saja sisi rasionalnya menang- Jungwoo melihat seseorang yang tengah berjalan dengan gontai.

Itu Renjun.

Dengan kedua matanya, Jungwoo melihat beberapa kali tangan Renjun terangkat untuk menyeka air mata yang jatuh. Jungwoo yakin jikalau sesuatu pasti sudah terjadi.

Jungwoo menepikan mobilnya, dan bergegas keluar.

"Renjun?"

"Ma- Mas Jungwoo?"

Happy Saturday

Despair [jungwooxrenjun]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang