Indah dan Langit

159 11 6
                                    

Di ruangan yang luas dan di penuhi rak - rak buku, ruangan yang memiliki ketenangan untuk setiap mahasiswa nya, ruangan yang di namai Perpustakaan itu terlihat ramai, namun terdengar sunyi.

Seorang gadis berambut hitam legam, dan panjang nya sebahu itu. Sedang berdiri di hadapan rak - rak buku tebal. Gadis itu menatap satu persatu nama - nama judul buku yang ada di hadapan nya. Ia sedang mencari buku yang kemarin ia baca, namun belum selesai membaca nya, dan hari ini ia ingin melanjutkan nya kembali.

"Dimana ya?" Gumam nya, mata nya menelisik satu persatu buku - buku tebal di hadapan nya.

"Ah, ini dia," pekik nya pelan dengan senang. Mata nya berbinar melihat buku dengan sampul hijau lumut itu.

Gadis itu meraih buku nya, dan berjalan meninggalkan rak-rak buku yang menjulang tinggi itu, dan kini gadis itu telah berada di depan meja piket perpustakaan.

"Belum selesai baca nya memang neng?" Tanya seorang pria paruh baya yang menjadi petugas penjaga perpustakaan itu.

"Hehe... Belum pak, jadi mau pinjem lagi," jawab nya.

"Tiga hari seperti biasa ya neng," ucap pria paruh baya itu yang mengingatkan gadis cantik itu.

"Siap pak, terimakasih pak," Gadis itu melenggang pergi meninggalkan perpustakaan dengan senyum merekah. Ia sudah membayangkan betapa mengasikkan nya waktu malam nanti, karena ia akan sibuk membaca buku pinjaman nya itu.

"Indah," Gadis itu menoleh kearah sumber suara yang terdengar memanggil nama nya dengan sangat kencang.

Ya, perkenalkan. Dia Indah Sahara Kertawijaya, mahasiswi semester 4. Si cantik Kutu buku, dan jangan lupa perihal Indah adalah tunangan laki-laki bernama Raden Langit Tirtoadji.

Indah mengernyitkan dahinya bingung saat melihat sosok pria bertubuh tinggi, berkulit putih serta mata nya yang hitam dan sipit.

Dia Chiko Andreas, si ketua basket di kampus nya yang terkenal sebagai ketua Genk dari tongkrongan nya itu.

"Ya?" Indah hanya menyapa nya seperti itu.

"Pulang bareng yuk, rumah kita searah," ucap Chiko dengan senyum manis nya yang menawan.

"Ah... Pasti kamu bingung kan? Kenapa aku bisa tau kalau rumah kita searah?"

Indah hanya diam mendengarkan segala ucapan dan tebakan yang di lontarkan oleh si sang ketua basket.

"Aku tahu segala tentang kamu loh, aku juga tahu kamu tinggal di asrama putri, dan sangat kebetulan sekali searah dengan rumah ku,"

"Bagaimana kalau kita setiap hari pulang bareng? Jadi kamu nggak perlu harus naik angkot, ataupun naik ojol," ucap Chiko panjang lebar.

Drt

Drt

Belum juga menjawab ucapan Chiko, ponsel milik Indah sudah bergetar, menampilkan sebuah notifikasi pesan.

"Sorry Koh Chiko, saya sudah ada janji dengan teman untuk pergi bersama, jadi seperti nya tidak bisa. Maaf ya," ucap Indah dengan suara lembut nya.

"Loh? Kalau gitu ayo aku antar. Kamu sama teman kamu mau kemana?" Tanya Chiko penuh antusias.

"Seperti nya Koh Chiko tidak bisa ikut, kami ingin girls time," jawab Indah seraya meringis, merutuki dirinya yang berbohong.

"Ah... Seperti itu ya, baiklah. Bagaimana kalau besok?" Tanya Chiko yang masih belum puas karena Indah sangat sulit untuk di dekati oleh nya.

"Lihat nanti ya Koh, saya tidak bisa berjanji. Saya permisi," Indah langsung melenggang pergi begitu saja tanpa ingin mendengarkan kembali sahutan Chiko.

Dia LangitWhere stories live. Discover now