Perasaan itu

50 5 0
                                    

Indah menghentikan langkah nya di depan pintu Coffe Jogja yang sedang sepi pengunjung itu. Semalam Indah akhirnya mengirim balasan chat ajakan bertemu yang Langit ajukan.

"Temuin Ndah, lo nggak bisa terus lari begini. Lo harus selesaikan masa lalu lo sama dia, ini demi diri lo dan perasaan lo juga,"

"Nggak ada salah nya lo iyain ajakan dia buat ketemu. Toh, lo juga mau ngajak dia ketemu kan?"

Perkataan Farah masih terngiang di telinganya dan membuat Indah membulatkan tekad nya untuk menemui Langit.

Dan disini lah ia, Langit menentukan tempat kedua nya bertemu yang memang jarak nya tak terlalu jauh dari rumah sakit tempat Indah bekerja, dan tak terlalu jauh dari rumah milik pribadi Langit.

Indah mendorong pintu Coffe Jogja dan suara sapaan ramah barista terdengar, Indah membalas nya dengan senyuman nya yang menawan.

Ia mengedarkan pandangan nya dan terlihat di pojok ruangan dekat jendela yang sedikit terbuka itu, disana sosok pria yang sudah menunggu nya.

Indah melangkahkan kaki nya menuju meja itu. Saat langkah nya semakin mendekat, Langit tersenyum dan berdiri menyambut kedatangan Indah.

"Hai," sapa Langit dengan suara yang membuat Indah membeku. Setelah delapan tahun berlalu, ini kali pertama ia mendengar suara pria itu kembali.

Indah menganggukkan kepalanya dengan tersenyum tipis, ia duduk dan diikuti oleh Langit.

Indah pun memesan Coffe untuk dirinya, karena Langit sudah memesan lebih dahulu. Kedua nya terdiam, membiarkan suasana Coffe Jogja itu yang menjadi backsound pertemuan kedua nya.

Coffe yang Indah pesan pun datang, dengan perlahan ia menghirup aroma pekat Coffe Late milik nya.

"Kamu kemana aja, Ndah?" Akhirnya pertanyaan itu keluar dari mulut Langit yang sudah sedari tadi ingin bertanya, namun tenggorokan nya tercekat.

Perasaan tak menentu yang di rasakan Langit, ia memandangi sosok gadis yang dulu berusia 19 tahun itu kini menjelma menjadi gadis dewasa yang sangat mempesona di mata nya.

Aura kecantikan nya tak pernah luntur sedari dulu.

"Aku waktu balik ke Bandung, dan memutuskan untuk melanjutkan kuliah ku di Jepang, baru hampir satu tahun ini kembali ke Yogyakarta untuk pekerjaan," jawab Indah setenang mungkin.

Langit menganggukkan kepalanya mengerti. Lalu ia pun kembali melontarkan pertanyaan pada gadis cantik di hadapan nya.

"Hari itu aku mencari kamu ke asrama dan kelas kamu. Ternyata kamu udah nggak tinggal disana, dan bahkan kamu udah nggak masuk kelas,"

"Kenapa pergi tanpa kasih penjelasan apapun ke aku Ndah?" tanya Langit dengan tatapan nya yang terus mengunci satu objek di hadapan nya.

Indah menarik nafas nya pelan-pelan, lalu membuang nafas itu juga dengan perlahan. Ia menyesap kopi nya yang sudah sedikit mendingin.

"Penjelasan apa yang kamu mau denger dari aku Mas? Penjelasan yang mana? Aku merasa, aku nggak punya hutang penjelasan ke kamu," jawaban itu terlontar dengan sedikit emosi yang bergejolak di dalam hati Indah.

"Aku nggak ada hubungan apapun sama Karin, Ndah. Kamu salah, aku nggak selingkuh. Aku nggak khianatin kamu sedikitpun, seharusnya kamu nggak pergi gitu aja,"

"Seharusnya kamu temui Mas dan tanya sama Mas, Ndah," ucap Langit yang langsung melontarkan pernyataan yang selama ini ia tahan karena kehilangan nya sosok Indah.

"Aku nggak mungkin pergi begitu saja, kalau aku nggak mengamati Mas. Aku mengamati kamu sejak hilang nya kabar kamu berhari-hari setelah makan malam kita di asrama ku," ucap Indah yang kini mata nya menatap mata tajam Langit.

Dia LangitWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu