Pergi

45 5 0
                                    

"Aku tidak bisa menikah dengan pria yang ternyata tidak mencintai ku, Tante,"

"Aku mencintai Mas Langit. Persentase tertinggi mencintai itu adalah merelakan kan? Dan mulai saat ini... Aku____" Indah memejamkan mata nya, menguatkan sendiri hati nya untuk tetap baik-baik saja.

"Aku melepaskan Mas Langit dari hubungan ini. Maaf,"

Akhirnya, Indah berhasil mengeluarkan kalimat yang sudah ia susun sejak tadi pagi. Kalimat yang mungkin menyakitkan berbagai pihak.

"Maaf Tante, maafkan aku____"

"Aku permisi Tante, tugas ku sudah selesai, aku permisi pulang Mbak Arun," Indah bangkit seraya melempar senyum tipis nya dan berjalan keluar dari ruang keluarga itu.

"Assalamualaikum,"

Indah membalikkan tubuhnya, air mata yang ia tahan akhirnya luruh sudah. Telapak tangan yang ia sedari tadi berkeringat itu ia kepalkan menahan segala rasa yang bergejolak di dalam diri nya.

Hati nya telah sakit, hubungan nya kini telah usai. Tidak ada lagi yang perlu Indah pertahankan. Semua nya... Sudah berjalan sesuai dengan keputusan yang Indah ambil.

Kini... Tugas nya hanya kembali ke Bandung, meninggalkan kota Yogyakarta yang memiliki sejuta kenangan itu.

Dua tahun bukan lah waktu yang sebentar, waktu dimana ia mencoba membuka hati untuk sosok laki-laki yang akan menjadi laki-laki masa depan nya itu, disaat rasa itu telah hadir... Namun ternyata, rasa itu tak bisa membuat nya untuk tetap memiliki laki-laki nya.

"Aku lupa tidak meminta pada semesta untuk tetap kamu menjadi milik ku, Mas,"

Taxi yang ditumpangi Indah sudah pergi meninggalkan kediaman Tirtoadji. Taxi online nya kini berhenti di Bandara. Indah menghampiri Ayah nya yang sudah menunggu nya sedari tadi di Bandara.

"Kamu benar-benar mengakhiri nya?" tanya Ayah Sena lembut seraya memeluk tubuh putri nya yang mulai kurus.

"Aku tidak salah kan ayah?" Tanya Indah lirih.

"Tidak ada salah sayang. Jatuh cinta itu harus siap dengan segala konsekuensinya, termasuk patah hati," sahut Ayah Sena lembut.

"Keputusan mu sudah benar. Bunda mu tidak akan membenci mu hanya karena wasiat nya tidak di jalankan dengan baik,"

"Sekarang kamu sudah waktunya fokus pada dirimu. Jika memang kamu berjodoh dengan nya, suatu saat semesta akan membawa takdir lain untuk kalian kan?"

"Dengarkan ayah, ayah akan selalu ada disisi mu,"

"Sekarang lebih baik kita pulang, dan fokus untuk operasi mu. Kamu tidak boleh melakukan apapun yang membuat mu stress,"

Indah menganggukkan kepalanya mengerti. Ia merangkul pinggang ayah nya dengan penuh kasih sayang.

Ternyata benar, cinta pertama anak perempuan itu adalah Ayah nya sendiri. Dan itu terbukti, disaat ia patah hati, ayah nya adalah pria setia yang menemani nya.

"Aku sayang ayah,"

"Ayah lebih sayang kamu dong,"

"Kalau begitu... Aku sayang ayah dengan ukuran sedunia,"

"Waduh... Teu bisa ieu mah, sayang ayah sedunia mah atuh ka Bunda," ucap ayah Sena dengan logat Sunda nya itu.

"Ayaaaaaah..." Rengek Indah dengan mencebikkan bibir nya seperti bebek.

Ayah Sena tertawa kencang melihat putri semata wayang nya merajuk. Ia jadi teringat mendiang istri nya, putri nya itu benar-benar menjelma seperti mendiang istri nya.

Dia LangitDonde viven las historias. Descúbrelo ahora