Melepaskan yang Sesungguhnya

44 5 0
                                    

Di bawah Langit yang gelap, di terangi oleh bulan dan bintang, serta angin yang berhembus menerpa wajah nya.

Seorang gadis cantik yang sedang duduk di teras rumah nya, menelisik awan hitam dengan tatapan mata nya yang sendu. Sudah sebulan terhitung ia meninggalkan kota Yogyakarta, kota istimewa yang ia datangi untuk menempuh pendidikan serta mendekatkan diri pada sosok laki-laki yang di jodohkan oleh nya.

Gadis cantik itu masih mengingat jelas bagaimana ia bahagia tinggal di kota yang sama dengan laki-laki yang akhirnya ia cintai itu. Namun ternyata semua nya kini hanya semu, hanya kenangan.

Jika ada yang bertanya, apakah sekarang ia rindu pada sosok laki-laki itu? Maka jawaban nya, Ya !!!

Ia rindu. Rindu dengan senyum nya, rindu mendengar suara nya, rindu melihat tatapan matanya, dan rindu akan perlakuan nya.

Indah menarik nafas nya dalam-dalam, ini keputusan nya, dan tolong... Jangan membuat nya juga tersiksa.

Malam telah berganti, mentari pagi terlihat begitu menyapa dengan ceria. Indah menarik koper nya untuk ia masuki ke dalam bagasi mobil milik sang ayah.

"Ayo Ayah nanti kita telat," ucap gadis itu dengan semburat senyuman yang terpatri di bibir nya.

Mobil hitam mewah milik sang ayah pun melaju melintasi keramaian kota Bandung. Indah menurunkan kaca jendela mobil nya, menghirup udara pagi kota Bandung yang begitu segar.

"Aku akan merindukan Bandung," celetuk Indah.

"Aku akan merindukan batagor, siomay, seblak dan kawan-kawan nya,"

"Lalu kamu tidak merindukan Ayah nanti nya, hm?" tanya sang Ayah yang fokus menyetir.

"Rindu dong Ayah. Nanti Ayah dateng liburan ya," ucap Indah seraya menarik turunkan alis nya.

"Ya pasti dong. Nanti Ayah bawain batagor dan kawan-kawan nya," tawa Indah meledak mendengar penuturan sang Ayah.

"Oke oke aku tagih nanti,"

Mobil hitam Ayah Sena pun tiba di Bandar Udara Husein Sastranegara. Ayah Sena membuka bagasi nya, mengeluarkan koper besar milik putri nya. Lalu ia menggenggam tangan putri nya, mengantar kepergian putri nya untuk melanjutkan pendidikan serta menyembuhkan patah hati nya.

Masih teringat jelas oleh Ayah Sena bagaimana sang putri menanyakan penawaran yang dulu pernah putri nya tolak itu.

"Ayah, dulu ayah menawarkan aku untuk menempuh pendidikan ku di Jepang kan?"

"Iya, dan kamu menolak nya," sahut Ayah Sena santai.

"Penawaran itu... Masih berlaku nggak?" Tanya Indah hati-hati.

Ayah Sena mengernyitkan dahi nya, ia melipat koran nya dan menoleh kearah sang putri.

"Kenapa?" Tanya Ayah Sena yang sebenarnya sudah tahu jawaban nya apa.

"Aku... Mau kuliah di Jepang aja. Boleh?" Cicit Indah pelan.

"Kenapa nggak jadi pindah disini? Masih takut ketemu Langit?" tanya Ayah Sena dengan melipat kedua tangan nya di dada.

"Nggak, bukan." Pekik Indah cepat.

"Y-ya... Aku cuma pengen ke Jepang aja. Lagian kan, hubungan ku sama Mas Langit sudah selesai Ayah,"

"Hm... Oke," hanya itu yang keluar dari mulut Ayah Sena.

"Oke apa? Ayah izinin aku?"

"Ya... Kamu lagi patah hati, dan Ayah izinkan,"

Dia LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang