44. PENJELASAN ALDEN

1.4K 82 37
                                    

Happy Reading!!
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian di setiap part-nya🧡

° ° ° ° °

"ALDEN!"

Alden menoleh, begitu seseorang baru saja memanggilnya. Terlihat Serra yang tengah berlari kecil menghampirinya, sambil menggendong tas ranselnya.

Bel pulang sekolah telah berbunyi sejak 10 menit yang lalu, namun Alden baru saja keluar dari kelasnya. Laki-laki itu memang sengaja pulang paling akhir, setelah teman kelasnya itu sudah pulang semua. Dan itu membuat Serra yang sedari tadi menunggunya di koridor kelas berdecak kesal. Lama, pikirnya.

"Kenapa?" tanya Alden, setelah gadis itu berdiri di hadapannya.

Serra diam sebentar menatap Alden, matanya melirik ke kanan dan ke kiri, untuk memastikan, bahwa sudah tidak ada lagi murid-murid di sekitarnya.

"Ikut gue," ucap Serra, sembari menarik tangan Alden untuk menjauh dari koridor.

Gadis itu membawa Alden untuk menuju ke gudang sekolah yang dulu Arion sempat menyuruhnya pergi ke sana. Setibanya di gudang, Serra melepas kasar tangan Alden, dan menatap laki-laki itu dengan tajam.

"Jujur sama gue! Apa benar, Melisa pacar lo?"

Alden sedikit terkejut, namun detik berikutnya, laki-laki itu langsung merubah raut wajahnya.

"Kata siapa?" tanyanya setenang mungkin.

"Jawab gue, anjing! Apa benar Melisa pacar lo?!"

Cukup lama Alden terdiam sambil menunduk, sebelum akhirnya dia kembali menatap Serra, dengan kepala yang mengangguk lemah. "Iya, gue emang pacarnya Melisa."

"Bangsat! Jadi lo yang udah bunuh Melisa?!" tukas Serra dengan nada tertahan. Sebisa mungkin gadis itu menahannya, agar tidak menjerit di hadapan Alden.

Serra sudah memikirkan hal ini matang-matang sebelum pulang sekolah tadi. Gadis itu meyakinkan dirinya, untuk bertemu dengan Alden hari ini juga. Jika dirinya terus diam dan menunggu kedatangan Melisa di dalam mimpinya lagi, itu akan semakin membuatnya lama untuk mencari bukti. Dan setelah bertanya kepada Alden dengan sedikit gertakan, akhirnya laki-laki mau menjawabnya juga.

"Ngomong apa sih Ser? Gue gak mungkin ngebunuh orang yang gue cinta!" bantah Alden. Dia sedikit tidak terima karena Serra yang menuduhnya secara tiba-tiba.

"Terus kenapa lo gak pernah cerita sama gue? Kenapa lo diem aja? padahal lo tau kalo gue sahabat almarhum pacar lo!"

"Gue bahkan gak pernah lihat lo di rumah sakit, di mana Melisa di larikan ke sana dan berakhir gak ada. Jangankan di rumah sakit, di peristirahatan terakhir Melisa aja gue gak ada lihat lo sama sekali. Kenapa lo gak dateng ke pemakaman dia, hah?! Lo sengaja ngehindar, biar polisi gak bisa tangkap lo, gitu?"

Alden diam, membiarkan Serra untuk terus menyudutkannya, tanpa tau bagaimana cerita yang sebenarnya. Dada Alden terasa nyeri, begitu mengingat bayangan kekasihnya yang telah meninggalkannya dengan cara yang tragis.

"Kenapa lo diem? Jadi benar? kalo lo yang udah bunuh Melisa?"

"Kenapa lo beranggapan, kalo gue yang udah bunuh Melisa?" tanya Alden, dengan tatapan yang terlihat begitu sendu.

"Asal lo tau. Melisa selalu datang ke mimpi gue, dia selalu ngasih gue pesan tentang di balik pembunuhan dia. Dan mimpi terakhir kemarin, dia ngasih tau letak bingkai foto yang dia simpan di kamarnya. Gue coba datang ke rumah Melisa buat mastiin, kalo foto itu memang ada atau gak. Tapi ternyata.. ternyata foto itu emang beneran ada. Dan foto itu.. itu foto lo sama Melisa," jawab Serra.

SERIONWhere stories live. Discover now