1. Menepi

32.4K 2.9K 82
                                    


"Abang, ada mainan!"

Jeno berteriak histeris ketika melihat toko mainan pinggir jalan. Etalase luar mereka sangat menarik perhatian orang sekitar. Termasuk Mark yang kalau boleh jujur juga sempat mupeng menatap toko tersebut.

"Iya. Tapi kita tidak bisa membelinya karena tidak punya uang." Kata Mark sedikit lirih. Ia hanya ada uang berwarna merah 2 lembar, itu saja uang hasil mengambil diam-diam uang ibu panti.

Maafkan Mark, namun Mark berjanji setelah dia sukses nanti dia akan kembali ke panti untuk mengakui kesalahannya yang sangat besar mencuri uang dan menggantinya.

"Adek punya!" Kata Jeno dengan semangat. Mark yang mendengar adiknya memiliki uang langsung menatap adiknya dengan penuh harap.

"Apakah banyak?" Tanya Mark memastikan.

Jeno dengan cepat membuka tas ranselnya lalu mengobrak-abrik isi tas tersebut dengan semangat. Mark yang berdiri disamping adiknya tidak kalah semangat melihat Jeno yang sedang menacari duitnya. Dan benar saja, Jeno mengeluarkan beberapa lembar uang cukup banyak berwarna merah biru dari ransel Jeno.

Mark membelak kaget, "Uang dari mana?" Tanya Mark keheranan. Ia menatap Adiknya penuh tanda tanya. Uang sebanyak itu tidak mungkinkan Jeno mencuri bukan?

"Ini uang saat Adek pernah di adopsi selama 7 hari itu, saat mereka pergi bekerja mereka selalu meninggalkan uang di tas sebelum meninggalkan Adek di DayCare dan tada ini uang yang berhasil adek tabung." Ujar Jeno kelewat polos atau pintar.

Mark teringat, Adiknya ini memang sudah beberapa kali pernah di adopsi. Namun, tidak pernah bertahan lama karena Jeno akan terus menangis untuk meminta kembali ke Panti bertemu dengan Abangnya.

Yah, alasan mereka kabur juga salah satunya karena itu, Jeno akan kembali di adopsi. Setiap orang mencari anak untuk di adopsi di Panti mereka, entah mengapa selalu Jeno yang menjadi pilihan utama. Mungkin karena mukanya yang sedikit bule dan badannya yang gembul.

"Ayok Abang, Adek yang akan beliin Abang mainan." Kata Jeno dengan semangat. Mark tergiur tentu saja, ia mengangguk dengan cepat dan berlari mengikuti adiknya yang sudah masuk duluan kedalam toko mainan tersebut.

"Abang ini 300ribu bukan? Uang adek segini cukup?" Tanya Jeno sambil melihatkan uangnya kepada sang Abang. Mark mencoba menghitung dengan pelan dan tenang, biarpun dia belom pernah bersekolah. Tapi ia bisa cara menghitung dengan baik dan benar.

"Cukup. Uang Adek sisa 300 jika membeli yang ini." Kata Mark membuat Jeno membelak kaget.

"Masih banyak! Cukup untuk membelikan Abang satu juga. Abang mau yang mana?" Jeno dengan semangat menjelajahi rak mainan tersebut. Mark awalnya tampak berpikir, uang Jeno itu bisa untuk makan mereka selama seminggu ini. Tapi mainan robot-robotan dihadapannya sangat menggiurkan.

"Abang mau yang biasa saja." Ujar Mark pada akhirnya.

"Tidak mau yang besar? Uang adek cukup kok!" Jeno memastikan. Mark hanya menggeleng lalu mengambil mainan yang harganya setengah dari mainan Jeno. Toh, Nanti bisa tukeran. Pikir Mark.

"Gapapa, Abang mau yang ini ya dek." Katanya sambil mengangkat mainan yang ia inginkan, Jeno mengangguk sambil tersenyum.

"Adek bayar dulu." Kata Jeno seperti orang dewasa. Mark hanya terkekeh geli melihat adik gembrotnya itu.

Lihat saja setelah ini dia akan merengek meminta makan kembali.

"Mbak kalau Adek minta plastiknya di pisah uangnya ditambah lagi atau gak ya?" Tanya Jeno polos.

Kasir tersebut terkekeh melihat bocah kecil dibawahnya, "Gratis kok dek." Kata kasir tersebut.

"Oke, Adek mau plastiknya 2 ya."

Choose Family Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang