20. Sidang

36.5K 2.9K 279
                                    


"Woah! Adek mau ini, Opa."

Taeyong yang sedang berada di dapur bersama Jung Hera— Ibu dari Jaehyun, hanya bisa mendesah berat mendengar teriakan Jeno yang terdengar hingga ke dapur.

"Papa kamu sehatkan, Nak?" Tanya Ibu Jaehyun di sela-sela ia memotong kentang.

Taeyong mengangguk, ini bukan sekali ia bertemu Ibu Jaehyun. Mengingat Taeyong dan Jaehyun sudah berteman cukup lama, secara tidak langsung Taeyong sudah mulai akrab dengan wanita tua tersebut.

Terbukti saat Ibu Jaehyun balik dari liburan, Taeyong akan menjadi orang yang pertama kali mendapatkan oleh-oleh darinya. Bahkan Jaehyun sempat iri dengan keakraban keduanya, bagaimana tidak Taeyong dan Hera hanya berkomunikasi melalui telfon, namun kedekatannya sangat luar biasa seperti orang yang sudah kenal bertahun-tahun.

"Sehat, Moms. Mommy juga kelihatannya lebih seger, enak ya di Kanada?" Tanya Taeyong tampak akrab, ia terakhir kali melakukan video call bersama saat Jaehyun berada di kamarnya.

"Oh jelas, Mommy sekarang udah produktif banget. Setiap hari udah lari pagi sama Daddy." Katanya dengan semangat.

Taeyong tersenyum hangat, "Keren banget, Taeyong sekarang udah jarang olahraga." Ujar Taeyong.

"Loh kenapa? Jaehyun nggak mau nemani? Ah— Mommy tau, karena anak-anak kalian ya?" Tanya Hera membuat Taeyong sedikit tersentak, tepat sasaran.

"Moms, Mommy percaya sama Taeyong dan Jaehyun kan?" Tanya Taeyong hati-hati.

Hera hanya menatap Taeyong dalam, "Tunggu Mommy di ruang keluarga." Katanya terdengar begitu datar.

Taeyong mendesah berat, namun tetap mengangguk dan menuruti perintah Hera untuk pergi ke ruang keluarga. Langkah kaki Taeyong terlihat berat, kepalanya terasa tak kalah pusing membayangkan bagaimana menjelaskan ini semua kepada orang tua Jaehyun.

"Opa, Adek belum punya ini loh. Adek mau ini ya, Opa."

"Adek, jangan banyak mau!" Balas Mark.

Lagi-lagi suara teriakan Mark dan Jeno terdengar, anak bontotnya itu memang sangat tau jika Kakeknya orang kaya. Terbukti sudah berapa kali Taeyong mendengar jika si bontot sudah meminta semua hal yang dia lihat di rumah besar ini.

"Duduk." Ujar Howon ketika melihat Taeyong baru saja masuk kedalam ruang keluarga. Mata Taeyong sedikit membelak kaget, ia mengangguk dengan canggung.

Ia semakin takut kala tidak melihat Jaehyun berada di ruang keluarga, hanya ada Jeno yang sedang naik diatas bahu Howon, Taeyong rasanya ingin menegur anak bontotnya itu. Namun lidahnya terasa kelu hanya untuk mengeluarkan satu kata saja.

"Mamih liat, ruang keluarga di rumah Opa gede banget. Adek bisa main mobil remot tanpa kepentok dinding, Mih. Abang ayok ambil mainan yang kita beli tadi di Mobil." Semangat Jeno.

"Nanti Adek, kata Papih kan mainannya nggak boleh dimainin dulu." Tolak Mark mengingatkan dan Jeno langsung mendesah kecewa.

Taeyong hanya diam menatap Jeno, lalu melirik Mark yang sedang membaca buku di sofa. Taeyong membawa dirinya untuk duduk di dekat Mark di lantai ketimbang duduk disamping Ayah Jaehyun. Selain ia sangat canggung, Jeno yang duduk diatas bahu Howon membuat Taeyong mengelus dada ngelihat kelakuan si bontot yang sangat luar biasa menguji kesabaran.

"Adek! Astaga! Turun dek, kasian itu Opanya keberatan." Kata Jaehyun yang baru saja masuk ruangan sudah mendepati Jeno nangkring di bahu Ayahnya.

"Nggak usah teriak gitu, Jae. Kamu kira ini di hutan, lagian Daddy yang menyuruhnya duduk di bahuku." Kata Howon membela bontot, sang pelaku udah senyum masam melihat dirinya ada yang membela.

Choose Family Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang