Chapter 106 ♗

148 21 3
                                    

Sekeliling yang ramai membuat Wistar mengedarkan pandangannya kesana kemari. Suasana berbeda yang kental membuatnya merasa agak segar. Suasana hatinya meningkat cukup banyak. Apalagi, teman dari keluarga Count Bardev yang paling dia sukai itu kini ada di sana bersamanya dan juga ketiga orang yang lain tidak seperti kemarin. "Cale. Kalau begini area pencariannya jadi luas sekali, kan? 101 tahun lalu mungkin area ini belum memiliki banyak bangunan seperti ini. Sekarang Raja Karsia telah menjadikan tempat ini area pemukiman utama masyarakat. Semisal cermin itu tersembunyi dengan cara terkubur, maka akan sulit sekali. Bagaimana jika cerminnya terkubur di bawah sebuah bangunan?"

Valias, yang nama samarannya dipilihkan oleh Wistar, telah menyadari hal-hal yang disebutkan Wistar barusan.

Menimbang-nimbang opsi apa yang harus dia ambil.

Kemarin, mereka berempat pulang tidak menemukan apapun. Kepercayaan diri Wistar jadi berkurang dan bertanya apakah ketika pergi ke tempat kedua Valias bisa ikut.

Frey awalnya melarang mengingat habis dari kondisi apa Valias sebelumnya. Dia tidak menyangka Valias akan mengiakan permintaan Wistar.

Frey mengerutkan kening. Valias pasti menyadari itu. Tapi pemilik rambut merah itu tidak memberitahukan alasan yang dia punya.

Valias juga melihat apa yang Wistar lihat. Dia menolehkan kepalanya ke samping membuat gestur kalau dia bicara pada ketiga orang lainnya yang ada di belakangnya. "Aku merubah tujuan kita hari ini. Untuk sekarang di kondisi ini aku hanya ingin melihat-lihat sekitar untuk melihat kerajaan seperti apa Karsia. Kita kesampingkan apa yang kita cari. Aku akan memikirkan apa yang bisa kita lakukan di lain waktu."

Oza berkata. "Jadi kau bukan seorang pemaksa seperti yang kukira."

"Kupikir jika itu kau maka kau akan langsung menemukan caranya," lanjutnya sinis.

Valias berujar. "Jika memang tidak memungkinkan maka ubah tergetnya saja."

"Jika yang ketiga itu tidak memungkinkan juga, berarti waktuku jadi terbuang sia-sia?" Oza mengernyit.

Dylan dan Wistar sama-sama melihat pada Oza. Orang yang bersangkutan sama sekali tidak peduli tentang itu. Valias berkata. "Ya. Tapi tergantung bagaimana kau melihatnya. Bagiku tidak ada yang sia-sia."

"Kau untuk pertama kalinya bergabung dengan kita. Kau melihat bagaimana cara kami bekerja. Kau menilai apakah kau menyukainya atau tidak. Jika tidak kau bisa mengeluh. Lalu, kau kini lebih mengenal Wistar dan Dylan. Kau juga sudah familiar dengan Mage Edgar. Itu tidak buruk." Valias menoleh pada Oza. "Kita mungkin memang tidak akan bisa mendapatkan apa yang di awal kita cari. Tapi aku memang berencana untuk melihat kerajaan Karsia serta yang lainnya. Jika kau tidak tertarik kau bisa merobek perkamenmu."

Oza mengerang karena kali ini pun dia tidak bisa menyerang Valias. "Ughh.... bicara denganmu memang selalu melelahkan."

Edgar melihat Valias dari tempatnya. Dia bicara. "Tuan Muda Cale. Jika diizinkan saya ingin ikut dengan Anda."

Valias mengiakan. "Tentu."

"Aku juga! Dan kuyakin dia juga akan." Wistar tersenyum lebar melihat Dylan.

Valias berbalik untuk menjadi yang pertama melangkah sekaligus juga sebagai penentu jalan. Yang lain mengikutinya, tersisa Oza yang merasa jengkel tapi lama kelamaan juga memilih untuk ikut dengan kelompok itu.

Valias memulai dengan masuk ke dalam area pemukiman itu. Melihat orang-orang seperti apa masyarakat Karsia, melihat makanan-makanan mereka, uang yang mereka gunakan, barang-barang seperti apa yang dijual para pedagang, lalu dia mencari sebuah perpustakaan kota untuk mencari peta.

[HIATUS] Count Family's Young Master 백작가의 젊은 주인Where stories live. Discover now