23

45 4 1
                                    

Derap langkah yang diiringi canda gurau dua anak kecil menggema di setiap lorong sebuah sekolah dasar. Kedua anak itu berlari menuju aula dan bersembunyi didalamnya. Ditengah nafas mereka yang terengah mereka menatap satu sama lain sembari terkekeh kecil.

"Aku tidak percaya, kamu akan seberani itu, Aii," Gadis yang dipanggil Ai tadi pun segera berdiri tegap sembari melipat kedua tangannya di depan dada, berlagak seakan dia sedang menunjukkan kewibawaanya. "Kamu saja yang kurang berani, hyun-!"

Benar, kedua anak kecil itu adalah Baekhyun dan Irene yang masih ada di bangku kelas tiga sekolah dasar. Baekhyun dan Irene saling mengenal sejak kecil mengingat Ayah dari Baekhyun dan Ibu dari Irene merupakan mitra kerja. Pada saat mereka sedang menjalin kerja sama keduanya sama-sama membawa anak mereka yang masih pra-sekolah dalam pertemuan itu. Alhasil Baekhyun dan Irene saling berkenalan satu sama lain dan mereka berteman hingga saat ini.

"Siapa bilang aku kurang berani? Dulu waktu pertama kali bertemu kau bahkan menangis begitu melihat wajahku wlee," Ejek Baekhyun kecil sembari menjulurkan lidahnya. "Itu karena kau menyeramkan,"

"Tidak, kata ibuku aku adalah anak laki-laki ibu paling lucu yang ada di dunia," Irene terkekeh melihat Baekhyun yang sedang menggerutu didepannya. "Ibumu bilang begitu karena kamu anak laki-laki satu satunya, coba kalau kamu punya adik lagi, ibumu pasti akan bilang hal yang sama pada adikmu,"

"Siapa bilang-! Aku anak ibuku satu-satunya dan tidak ada yang boleh mengambil ibuku-!" Baekhyun mendengus kencang seraya memanyunkan bibirnya. Mungkin julukan Mama's Boy pantas untuk didapatkan oleh seorang Baekhyun.

"Baiklah, kamu yang paling lucu. Tapi bagaimana kamu bisa ingat waktu pertama kali kita bertemu, hyun?" Tanya Irene yang berusaha mengalihkan topik pembicaraan. "Tentu saja, jangan remehkan ingatanku ya! Aku punya ingatan yang kuat jadi aku gak mungkin melupakan momen apapun itu di hidup aku,"

"Kamu bicara seakan kamu sudah berada di umur remaja, siapa tahu besok waktu sudah besar kamu bakal lupain aku," Baekhyun menautkan alisnya tidak setuju, "Kalau gitu kamu bawakan saja aku coklat setelobeli yang biasanya kamu bawa, aku pasti akan mengingatmu."

"HEY KALIAN DIAM DISANA-!" seorang pria paruh baya berseragam guru itu tampak tengah terengah dan mengatur nafasnya yang terus menderu. "Irene, Baekhyun, berani-beraninya kalian-!"

"Lari-lari," ajak Irene sembari menarik tangan Baekhyun, akan tetapi baekhyun tidak bergeming sedikitpun. "Adakalanya kita harus menerima dan menaati aturan."

Merekapun berakhir berdiri didepan kelas, mengangkat kedua tangan dan satu kaki mereka. "Ish tadi suruh lari gamau, cape tau" gerutu Irene sambil memanyunkan bibir mungilnya.

Tidak menjawab apapun baekhyun hanya mendekatkan tubuhnya pada Irene, sedikit menopang ketidakseimbangan Irene dalam berdiri. Saat Irene melihat hal itu, baekhyun langsung membuang muka seakan dia tidak melakukan apa-apa.

"Terimakasih," gumam Irene. Baekhyun yang mendengar itu hanya tersenyum kecil. Tiba-tiba telinga baekhyun berdenging. Ia menutup kedua matanya berusaha mereda rasa sakit. Akan tetapi dengingan itu semakin keras hingga Baekhyun harus terbangun dari mimpinya.

Ya, mimpi. Baekhyun terbangun dengan tangan yang masih memegang foto dirinya dan Irene pada masa anak-anak. Seperti diperlihatkan kembali memorinya, baekhyun pun langsung mencoba mencari hal lain dalam kotak itu.

Terdapat cukup banyak foto-foto yang telah usang di dalamnya. Semua itu merupakan foto Irene dan Baekhyun. Akan tetapi tidak ada satu pun foto yang dapat diingat oleh baekhyun, hingga tangannya berhenti pada satu foto dimana dalam foto itu terlihat satu-satunya orang yang baekhyun ingat.

Suzy

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 01 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Love and Hate | BaekReneWhere stories live. Discover now