07

287 45 5
                                    

Kau menatap dompetnya nanar. Entah sudah berapa porsi es krim dan wafel yang dihabiskan Irene. Terkadang dia bingung, bagaimana lidi berjalan itu bisa makan sebanyak buta ijo?

"Enak?" tanya Kai berusaha menahan perih dompet kosongnya.

"Huum," Irene mengangguk-anggukkan kepalanya. Ini sudah mangkuk es krim yang ketiga dan piring wafel yang keempat.

Padahal es krim dan wafel milik kami belum berkurang sedikitpun, hanya eskrimnya yang mulai mencair.

"Aku ingin lagi," ujar Irene sambil memanyunkan bibir tipisnya.

"Ah- anu, kau makan saja punyaku," aju Kai. Jika sampai Irene memesan lagi mungkin dia harus mencuci piring untuk membayarnya.

Gadis itu sangat licik, dia memilih toko di pinggir jalan yang tidak bisa menggunakan black card sebagai media pembayarannya.

"Terus kau bagaimana?"

'Ah sial! Puppy eyes itu lagi,' batin Kai meronta. "Aku masih kenyang kok, hehe."

"Baiklah kalau begitu." Irene pun memakan lahap es krim yang sudah sedikit mencair itu.

Kai hanya bisa meneguk ludahnya sendiri, padahal kerongkongannya sudah berteriak kehausan.

"Nih, kau ikut makan," Irene memberikan sesuap es krim dihadapan Kai. Kai pun memakannya perlahan.

"Enak?" tanya Irene. Kai mengangguk-anggukkan kepalanya sambil tersenyum. Irene pun memakan lagi es krimnya.

'Tunggu, sendok itu kan bekas Irene. Jadi? Ini? Ciuman secara tidak langsungku dengannya?!' pekik Kai dalam hati.

Wajah kau mulai memerah, bagaimana bisa ia terlambat menyadari hal itu.

Kai pun menatap Irene yang memasang tampang tak berdosanya. Dia melihat Irene memindahkan sebagian es krim keatas wafel lalu menekuk wafel tersebut.

"Nih, makan! Aku gamau kalo nanti tiba-tiba kau tumbang dijalan,"

Kai pun tersenyum, dia menerima wafel es krim itu dan memakannya perlahan.

'Aku bisa merasakan bibir irenen di es krim ini,' batin Kai sambil tersenyum malu.

"Kenapa senyum-senyum sendiri? Kau seperti orang gila," Kai hanya menggeleng-gelengkan kepalanya sambil melahap wafel es krim yang ada di tangannya.

"Makan yang benar, dasar bayi beruang hitam!" ujar Irene sambil melemparkan Tissue saku yang Ia bawa kemana-mana.

"Nanti saja, tanganku masih memegang wafel ini, aku tidak bisa mengambilnya,"

"Dasar," tangan Irene terulur untuk mengambil Tissue dan mengelap es krim yang tertinggal di sudut bibir Kai.

'Tuhan!'

Tangan kai bergetar, wafel es krimnya jatuh dan menyenggol piring wafel tadi hingga..

PRANG

Love and Hate

"Makannya kalo makan jangan sambil ngelamun! Mana ganti piringnya pake uangku lagi, sama aja aku bayar makananku sendiri," omel Irene sepanjang jalan.

"Iya, maaf." Kai pun menundukkan kepalanya.

"Pemilik toko tadi galak banget deh, sumpah. Yakali harga piringnya jadi tiga kali lipat harga piring pada umumnya," terocos Irene dari tadi. Kai hanya bisa manggut-manggut tidak jelas.

"Jong! Denger ga si?! Dari tadi kamu diem aja?" Kai mengela nafasnya, berat. Ternyata cewe pms itu berat. Lebih berat dari rindu dilan ke milea.

"Iya, udah, sabar, sekarang kita pulang ya, aku udah nelfon pak supir buat jemput kita disini." ujar kai sambil mengelus pelan bahu Irene berusaha menenangkan gadis itu.

"Tapi kan.." ucapan Irene terhenti. Matanya terpaku pada sosok yang selama ini dia kagumi. Iya, Byun Baekhyun. Dia sedang bersama seorang gadis di sebrang jalan. Gadis itu bergelayut manja di lengan Baekhyun.

Melihat ada yang aneh, Kai pun mengikuti arah pandangan Irene. Dia juga tampak terkejut dengan pemandangan itu. Matanya beralih pada Irene, dia melihat ada Kilauan di ujung mata Irene.

Dengan sigap Ia memeluk Irene, berusaha menutupi pandangan Irene dengan tubuhnya. Ia tidak tega melihat gadis pujaannya itu menangis.

Selang beberapa saat mobil keluarga Kim pun datang, Irene masih menangis di pelukan kai. Mereka segera masuk ke mobil dan mobil pun melaju.

"Non Irene kenapa?" tanya pak sopir khawatir. "Tidak apa-apa, pak. Kita langsung ke rumah saja," pak sopir pun mengangguk.

Setibanya di rumah keluarga Kim, Irene sudah tertidur.

'Mungkin dia kelelahan' pikir Kai. Dengan sigap dia menggendong Irene memasuki rumahnya.

Di dalam rumah, seorang Kim Suho yang sedang menyesap kopi hitam favoritnya terkejut melihat Kai menggendong Irene yang tertidur.

"Ada apa? Kenapa matanya sembab? Apa dia habis menangis?" tanya Suho beruntun. "Bawa dia ke kamarmu sana!"

Kai pun segera membawa Irene ke kamarnya. Ia meletakkan Irene di kasurnya dengan perlahan, melepaskan sepatunya, dan menyelimutinya. Kai sendiri duduk di samping kasur sembari membenarkan selimut Irene.

"Apa ada hubungannya dengan Baekhyun lagi?" tanya Suho sambil meletakkan segelas air putih di meja.

"Hyung pasti sudah tahu sendiri," Kai menatap gadis itu, gadis yang sejak dulu mengisi dan mewarnai hari-harinya. Dia tersenyum dan mengelus-elus puncak kepala Irene.

"Memang apa lagi yang dilakukan Baekhyun kepadanya?" Suho ikut duduk di samping kasur. "Tidak ada,"

"Lalu?" Kai menghela nafasnya, "Tadi kami melihat Baekhyun jalan dengan seorang gadis. Gadis itu bergelayut manja di lengan Baekhyun. Aku yakin pasti Irene sakit hati,"

"Lalu hatimu?"

Kai pun mengalihkan pandangannya pada Suho. "Maksud Hyung?"

"Bagaimana dengan hatimu saat melihat orang yang kau sayangi menangis karena orang lain?"

Love and Hate | BaekReneWhere stories live. Discover now