02. White Tea

273 53 15
                                    

Kota Harapan adalah jenis wilayah yang dikelilingi oleh pegunungan. Tentu saja ada bukit-bukit juga di sana. Kebun teh superluas di Bukit Bulan adalah destinasi favorit keluarga Felix.

Pekan ini pun, mamanya Felix ingin pergi ke sana.

"Tapi aku ada shift weekend, gimana dong?" Lelaki berkulit coklat itu langsung menyanggah saat Mama mengutarakan rencana beliau. "Nggak ada yang ngantar nanti."

"Gampang itu, Lix. Mama kan bisa naik taksi sama adik-adikmu." Mama bersikukuh. Beliau menepuk kepala si bungsu yang tidak ada mirip-miripnya dengan Felix. "Ya kan, Dek?"

Bocah perempuan dengan rambut hitam lurus yang ditanya Mama mengangguk-angguk.

Mana tega Felix membiarkan tiga perempuan—yang dua bocah, pula—pergi sendirian tanpa penjagaannya sebagai satu-satunya lelaki dalam keluarga? Karena Mama sama sekali tidak bisa diajak kompromi, jadilah Felix yang harus mengajukan izin cuti sehari ke Kafe Rahasia. Untung saja dapat. Juan adalah tipe manajer kafe yang santai selama sikapmu dalam pekerjaan tidak kelewat menyebalkan.

Kebun teh di Bukit Bulan butuh waktu tempuh kurang lebih satu jam. Sepanjang jalan, si tengah dan bungsu terus mengoceh, berdebat tentang nama-nama pohon yang ada di kanan-kiri. Mama tidur. Felix menyetir.

Mama jadi suka pergi ke kebun teh semenjak mendiang Papa berpulang. Papa memang pekerja di sana dulunya. Mana bisa si pirang itu membantah keinginan mamanya yang rindu? Dirinya paham betul rasanya kehilangan. Lagipula, tinggal Mama dan kedua adiknya keluarga yang tersisa. Felix tidak ingin ada lebih banyak penyesalan dalam hidup.

Hamparan pohon teh yang mirip semak-semak versi rapi sungguh menyenangkan mata dan hati. Dua bocah SD yang Felix bawa langsung bermain di sela-sela kebun, macam main labirin. Mama sendiri duduk di kedai milik pengelola kebun teh dan memesan teh putih. Minuman favorit Papa.

"Sampai sekarang, aku masih belum paham kenapa Papa sesuka itu dengan teh putih." Felix meraih cangkirnya sendiri. "Rasa teh putih itu ringan banget. Favorit Papa rata-rata rasanya berat."

Wanita dengan keriput yang sudah mulai menghiasi mata coklatnya itu tertawa mendengar celetukan sang sulung. "Justru itu namanya mengimbangi, Lix. Kamu kan kerjanya masak-masak, masa tidak paham?"

Benar juga. Masuk akal. Felix tertawa, lantas menyeruput lagi teh putih miliknya. Sayang sekali teh putih ini masih belum disetujui Juan untuk masuk dalam menu Kafe Rahasia. Padahal, teh putih dari Bukit Bulan ini termasuk kuliner yang cukup populer di Kota Harapan dan belum banyak yang menjualnya di area kota. Kalau sudah ada, kan, Mama tidak perlu jauh-jauh ke tempat ini untuk mengingat kembali rasa teh putih yang otentik.

"Itu mamanya Liz, bukan?" Tiba-tiba perhatian Mama teralih.

Mendengar nama Liz, hati Felix mencelus. Meski begitu, ekspresinya masih cukup terkontrol. "Bukannya keluarga Liz udah pindah waktu itu?"

"Sudah pindah bukan berarti mereka tidak boleh kembali, Felix." Pandangan Mama masih fokus ke wanita sebaya beliau di seberang kedai yang dibilang mamanya Liz. "Coba kamu sapa. Dulu, kan, kamu sama Am suka main ke rumah Liz."

Felix tercenung. Di hari kematian Liz, kedua orang tua sang gadis begitu histeris. Bahkan mama Liz nyaris tidak bisa mengikuti penguburan putri sendiri karenanya. Seperti Am, Liz itu anak tunggal. Setelah pemakaman, beliau hanya menatap kosong ketika Felix datang ke rumah dan sama sekali tidak mengabari kepindahan mereka beberapa minggu kemudian. Itu saja sudah cukup untuk ditangkap sebagai sinyal keengganan bertemu.

Lelaki itu takut kejadiannya berulang. Jadi, Felix menggeleng.

"Biarin aja, Ma." Felix menanggapi seraya berlutut, mengamati daun teh. "Takutnya mereka jadi sedih lagi kalau lihat aku."

Dalam hati, Felix menertawakan ucapannya sendiri. Kata-kata itu lebih cocok untuk dirinya yang masih belum bisa beranjak dari cintanya di masa lalu. Padahal, gadis pujaan hatinya sudah berkalang tanah dan pasti tinggal belulang sekarang.

Tema: Buatlah cerita tentang liburan bersama keluarga.

Sederhana, tapi OC-OC peserta lain pada kesulitan (dilempar)

Yang lain pada gelap2 banget deh ....

Btw, teh putih itu beneran ada ya. Kalau nggak salah, di marketplace namanya silver needle. Tapi emang beda-beda gitu rasanya menurutku, tergantung daun tehnya. Teh putih paling enak versi Dina masih yang ada di Lawang WKWK dasar orang Malang :))

Tea Time Stories - Daily Writing Challenge NPC 2024Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang